Ketika menikmati sebuah pertarungan atau kompetisi, adalah wajar jika kita memilih pihak yang kuat. Secara logika pun harusnya begitu. Bahwa kita punya kecenderungan untuk mendukung pihak yang kuat. Jaminannya jelas, yaitu kemenangan dan kepuasan diri. Termasuk dalam ajang sepak bola, di mana tim terkuat akan menjadi “rebutan” orang-orang untuk didukung. Pertimbangannya, ya antara tim jagoan, atau pilihan dalam judi. Kita tidak tahu pasti.
Pada gelaran Euro 2020 yang sudah berjalan ini, misalnya, tim-tim besar macam Perancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Belgia menjadi rebutan. Banyak orang yang entah dari dulu atau bahkan tiba-tiba mendukung tim-tim tersebut. Wajar, karena tim-tim inilah yang digadang-gadang akan menjadi tim terbaik benua Eropa. Ini menjadikan tim-tim lain, yang kelas menengah atau bahkan tim kecil tidak punya pendukung, selain warganya sendiri. Kasihan.
Mendukung tim besar itu memang enak dan cukup kecil risiko kecewanya. Ya iya, lah, langganan menang bagaimana mau kecewa. Namun, mendukung tim kecil atau tim medioker sebenarnya juga tidak kalah menyenangkan. Bukan perkara kuat atau tidak, tetapi urusan kepuasan yang muncul akan berbeda. Kalau tim kecil yang kita dukung kalah, kita akan memakluminya karena memang tim kecil, tim medioker. Akan tetapi kalau menang, puasnya bukan main. Apalagi kalau menangnya lawan tim besar.
Kita mungkin ingat, bagaimana kiprah Yunani pada Euro 2004. Yunani, seperti kita tahu, bukan negara yang erat dengan sepak bola. Yunani lebih dikenal dengan dewa-dewanya daripada sepak bola. Namun, pada Euro 2004, Yunani mampu membuktikan bahwa tim medioker mampu berbuat banyak. Perancis dan Spanyol adalah korban Yunani, yang mana berhasil dibungkam. Pada partai final, Yunani bahkan mampu mengalahkan Portugal, sang tuan rumah, yang diisi oleh pemain-pemain bintang. Bagi pendukung Yunani saat itu, pasti puasnya bukan main.
Contoh lain adalah Islandia pada gelaran Euro 2016. Islandia, yang notabene tim baru, tim yang apa adanya, juga mampu berbicara banyak di Euro 2016. Meskipun tidak sesukses Yunani yang sampai jadi juara, Islandia setidaknya mampu lolos dari fase grup hingga sampai perempat final dan mengejutkan negara-negara lain. Laga ikonik mereka tentu pada saat mengalahkan Inggris dengan skor 1-2 di babak 16 besar. Semua orang (termasuk saya) dan semua fans Islandia, kecuali fans timnas Inggris, pasti sangat puas dan bahagia.
Nah, pada gelaran Euro 2020 ini, memberikan dukungan pada tim-tim kecil akan tetap saya pertahankan. Meskipun saya punya jagoan pasti yaitu timnas Jerman, saya akan tetap membagi dukungan saya terhadap tim-tim kecil, tim-tim medioker, yang keikutsertaan mereka di Euro masih sedikit atau belum pernah sebelumnya. Pilihan saya kali ini tentunya jatuh pada Finlandia, tim yang baru masuk ke kejuaraan internasional pada tahun ini, alias pertama kali ikut Euro sepanjang sejarah mereka.
Alasannya sederhana. Saya ikut dalam program Mojok Euro, di mana saya masuk dalam 24 penulis yang mewakili masing-masing negara peserta. Nah, berdasarkan hasil undian, saya kebagian timnas FInlandia. Awalnya, saya masih asing dengan timnas FInlandia. Maklum, di kepala saya, tidak ada frasa sepak bola ketika memikirkan Finlandia. Setelah dipelajari sebentar, saya sudah cukup paham tentang seluk-beluk timnas Finlandia, dan mulai nyaman mendukungnya. Kalaupun Finlandia ternyata tidak lolos grup, ya sudah, tidak ada kekecewaan apa-apa. Santai saja. Paling hanya tidak lanjut menulis FInlandia di Euro lagi.
Meskipun kadang dianggap aneh, kebiasaan saya mendukung tim-tim kecil ini sudah terbukti mengasyikkan. Bukan juara atau kesuksesan yang dicari, melainkan mencari kejutan-kejutan yang muncul. Kejutan itulah yang ternyata membuat saya bisa lebih bahagia daripada ketika tim jagoan saya, Jerman, jadi juara. Toh Jerman sudah sering juara, jadi santai saja. Sudah saatnya kita bagi dukungan ke tim-tim kecil. Kasihan, mereka tidak punya pendukung lain selain warganya sendiri.
BACA JUGA 5 Tipikal Manusia Ketika Nobar Sepak Bola dan tulisan Iqbal AR lainnya.