Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Berdiskusi Ekspektasi Gaji di Media Sosial: Niat Memotivasi Malah Bikin Keki

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
29 Oktober 2019
A A
Berdiskusi Ekspektasi Gaji di Media Sosial MOJOK.CO
Share on FacebookShare on Twitter

Bicara soal materi memang tidak akan ada habisnya. Apalagi di satu sisi mengetahui bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sekaligus dengan kemampuan finansial yang berbeda pula. Ada yang kebutuhan serta keinginannya cukup banyak, tapi tidak diimbangi dengan usaha. Ada pula yang sudah bekerja keras, dengan gaji yang diterima selama ini meski terbilang pas-pasan, tetap bersyukur karena kebutuhan tetap tercukupi. Selain itu, ada pula orang yang sering kali merasa gajinya tidak mencukupi segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ekspektasi gaji dan kenyataan: tidak sinkron.

Semuanya, memang kembali kepada diri masing-masing. Entah solusinya bekerja sambil ada usaha sampingan atau menemukan pekerjaan dengan besaran gaji sesuai keinginan. Namun, jika ingin berdiskusi soal ekspektasi gaji, rasanya tidak perlulah dibicarakan di forum terbuka seperti media sosial.

Pasalnya, untuk sebagian orang, besaran dan ekspektasi gaji termasuk ke dalam ranah privasi dan akan menjadi tidak nyaman jika harus diumbar kepada publik. Jangankan diinfokan di media sosial, memberi tahu atau menanyakan besaran gaji ke teman pun rasanya sungkan. Jika tidak bijak dalam berdiskusi soal nominal gaji yang didapat, bisa berujung pada kecemburuan sosial, minder, dan parahnya mungkin akan tidak bersyukur. Niat mau berbagi cerita, eh, malah emosi jiwa.

Seperti beberapa waktu lalu yang sempat ramai jadi perbincangan di jagat Twitter. Akun @BigAlphaID membuat cuitan:

“Kalau nanti cari pasangan (suami atau istri), ekspektasi gaji mereka di angka berapa? Dan kenapa? Dms are open.”

Banyak pengguna Twitter yang merespons, berkomentar—memberi tahu ekspektasi gaji dari calon pasangan masing-masing—tidak sedikit pula yang me-retweet atau memberi cuitan tersebut like. Dalam pembahasan tersebut, banyak pula yang sekaligus menceritakan berapa nominal gaji mereka saat ini juga harapan di masa mendatang.

Topik pembahasan soal gaji tersebut juga sempat menuai pro dan kontra. Namun, rasanya tidak perlulah mengotak-ngotakkan bahwa yang pro adalah mereka yang memiliki pemikiran terbuka. Sementara mereka yang ada di pihak kontra, seakan masih belum dewasa dan menganggap pembahasan soal nominal gaji adalah hal yang tabu. Ini tidak perlu dibahas. Bukankah tiap orang memiliki sudut pandang masing-masing, Mz, Mb? Mau setuju ya, monggo. Nggak setuju pun sah-sah saja.

Di luar dugaan, pada kolom komentar ada banyak pengguna Twitter yang terbuka soal berapa pendapatan mereka saat ini dan berapa ekspektasi gaji calon pasangannya di kemudian hari. Ada yang masih sekolah tapi sudah memiliki penghasilan sekitar 2-3 juta. Bahkan tidak sedikit yang memiliki penghasilan sekitar 50-100 juta dalam satu bulan. Dan mereka berharap kelak memiliki pasangan yang penghasilannya di atas mereka.

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Alasannya beragam, dari mulai supaya kondisi finansial terus stabil, memiliki wirausaha dalam skala besar, juga tabungan untuk keluarga di masa mendatang—termasuk kebutuhan pendidikan bagi anak-anak. Sebetulnya, masuk di akal, sih. Namun, bukan berarti gaji yang masih berkisar UMR dipertanyakan soal cukup atau tidaknya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kan?

Seperti pada topik yang diusung BigAlphaID sebelumnya, ketika ada seseorang yang mengaku merasa cukup jika besaran gaji pasangan 3-5 juta karena gaji orang tuanya pun ada di nominal yang sama—dan tetap berkecukupan. Pengakuan tersebut langsung diberi sudut pandang yang berbeda—sekaligus seakan dibuat ragu—oleh BigAlphaID dengan caption, “Yakin cukup? Ingat, orang tua kita hidup di zaman yang berbeda […] coba pelajarai konsep time value of money.”

Sebetulnya tidak salah, sih, memberi pemahaman dari sudut pandang lain sekaligus mengajak orang lain untuk tetap realistis dalam memikirkan besaran pendapatan. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, BigAlphaID memberi ruang berdiskusi kepada khalayak tentang informasi keuangan, meski tidak disadari.

Tujuannya mungkin saja baik, yakni agar banyak orang lebih melek finansial. Ditambah, saat ini kebutuhan seseorang semakin meningkat. Supaya neraca keuangan tidak defisit, tentu harus diimbangi dengan besaran penghasilan yang terbilang paripurna.

Meskipun begitu, cukup atau tidaknya besaran gaji yang diterima, kembali lagi kepada tiap individu. Oleh karena itu, kalimat orang tua saya, rasanya masih relevan hingga saat ini dan tetap bisa dijadikan acuan, “Gaji mau nominalnya sebesar apa pun tidak akan pernah cukup untuk mengimbangi gaya hidupmu. Yang terpenting bersyukur terlebih dahulu agar rezeki dirasa lebih dari cukup dan terus bertambah.”

Lagipula, tidak perlu lah terlalu fokus pada besaran gaji yang dimiliki orang lain. Sebab, pada akhirnya yang paling penting adalah terus mengembangkan kemampuan diri agar bisa menerima gaji sesuai dengan ekspektasi.

BACA JUGA Berbahagia dengan Gaji UMR atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 29 Oktober 2019 oleh

Tags: ekspektasi gajigajiMedia SosialPasangan
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

menegur

Menegur dan Mengingatkan Tanpa Mempermalukan

15 Juni 2019
Kesal dengan Teman yang Jualan di Akun Instagram Pribadi. Norak Sumpah terminal mojok.co

Kesal dengan Teman yang Jualan di Akun Instagram Pribadinya. Norak Sumpah

17 Oktober 2020
Patrick Star dalam SpongeBob SquarePants Sebenarnya Orang Kaya yang Pura-pura Bodoh demi Bisa Bahagia

Patrick Star dalam SpongeBob SquarePants Sebenarnya Orang Kaya yang Pura-pura Bodoh demi Bisa Bahagia

1 Februari 2024
Syarat Pendaftaran Magang Mahasiswa: Disuruh Repost Ini Itu Bikin Repot. Mending Mundur!

Syarat Pendaftaran Magang Mahasiswa: Disuruh Repost Ini Itu Bikin Repot. Mending Mundur!

13 Januari 2024
Bukit JLS Pantai Sine Tulungagung, Tempat Berkumpulnya Manusia Taruhan Nyawa demi Konten Media Sosial

Bukit JLS Pantai Sine Tulungagung, Tempat Berkumpulnya Manusia Taruhan Nyawa demi Konten Media Sosial

10 Januari 2024
Membayangkan Yeo Jeong Woo di Drama Korea Doctor Slump Tinggal di Indonesia: Tersandung Kasus Malapraktik dan Masuk Lambe Turah

Membayangkan Yeo Jeong Woo di Drama Korea Doctor Slump Tinggal di Indonesia: Tersandung Kasus Malapraktik dan Masuk Lambe Turah

17 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.