Satu hal yang paling amat saya sukai dari anak Vespa itu adalah cara pandang mereka dalam memandang Vespa lain. Tak peduli, mau itu Vespa mahal atau murah, bagus atau jelek, modif atau standar, serta mau belinya kontan ataupun kredit, nyatanya tak membuat anak Vespa pilih-pilih dalam menyapa ataupun menolong.
Seperti yang kita tahu, sesama anak Vespa itu kalau tak sengaja berpapasan di jalan, pasti mereka akan tersenyum dan melambaikan tangan. Kadang ada juga yang sambil teriak, “Woiii” biar lebih afdal. Walaupun secara harfiah mereka itu tak saling mengenal, tapi Vespa seolah menjadi jembatan untuk menyaudarakan orang-orang. Tak hanya itu, tiap kali motor kita mogok di pinggir jalan, bila ada pengguna Vespa lain yang kebetulan lewat pasti akan berhenti. Mereka akan berjabat tangan lalu menanyakan keadaan motornya.
Meski tak saling mengenal, mereka dengan senang hati akan membantu. Mungkin bisa dengan meminjami alat, ikut memperbaiki motor, atau bisa juga dengan membantu mendorong motor hingga ke bengkel. Luar biasa ya, hanya karena sebuah motor bisa membuat orang yang tak dikenal berasa saudara sendiri.
Alangkah indahnya, jika semua manusia di muka Bumi ini menempatkan makhluk lainnya seperti halnya bagaimana Vespa memandang vespa lain. Tentu dunia ini akan sangat menyenangkan. Melihat manusia yang bertegur sapa dengan manusia lainnya, lalu melihat manusia menolong manusia ataupun makhluk lainnya. Tanpa harus bertanya apakah kita kenal mereka atau tidak? Apakah mereka kaya atau tidak? Apakah mereka se-agama dan se-ras dengan kita? Selama mereka sesama makhluk hidup, jadi kita punya tanggung jawab untuk menolong.
Padahal dulunya, budaya kita itu terkenal akan keramahtamahannya. Kadang pada tamu asing saja kita sangat mudah untuk mengumbar senyum dan bertegur sapa. Namun entah kenapa, zaman kemudian membuat orang enggan berbasa-basi dengan orang yang tak dikenal. Jangankan orang asing, kadang bertemu seseorang yang masih satu kelas, satu kampus, atau satu desa saja jika bertemu di jalan tanpa sengaja, kita sudah malas untuk menegur. Hmmm
Anak Vespa itu sangat fanatik dalam mencintai. Meski tiap tahunnya ada motor keluaran baru yang semakin trendi dan keren, mereka tetap setia dengan Vespanya. Perasaan cintanya pada motor berbentuk unik itu, tak akan goyah meski ada pendatang baru.
Bahkan ada yang bilang, “Jangan pernah meminta pacarmu untuk mengganti motor Vespanya, karena untuk anak Vespa garis keras mereka kadang lebih memilih mengganti pacarnya ketimbang motornya!”.
Begitulah anak Vespa dalam hal mencintai. Jika sudah mencintai satu orang, dia akan selalu setia. Ban Vespa mungkin ada cadangannya, tapi cinta anak Vespa tak akan memiliki cadangan. Weleh..weleh. Mereka itu terkenal sangat sulit untuk pindah ke lain hati. Jangankan pindah ke lain hati, buat mindahin ban dalam Vespa saja mereka kadang gak bisa. Fyi, yang namanya mindahin ban dalam Vespa, itu susahnya minta ampun. Berat, Men!
Kadang tak semua bengkel mau menerima jasa menambal ban. Apalagi kalau ban belakang yang bocor. Ban belakang itu sangat susah dibongkar tanpa bantuan dongkrak. Ini nih satu-satunya motor, yang butuh dongkrak buat ganti bannya. Sudah seperti mobil saja pokoknya si Vespa ini kan. Istimewa.
Vespa itu juga identik dengan mogok. Sering kan ya liat motor-motor Vespa menepi di pinggir jalan karena ada yang ngadat. Tuh, kan motor rewel aja mereka masih tetap sabar, apalagi pacar yang rewel. Uhuu…gombal terossss.
Sebenarnya ada hikmah yang bisa dipetik dari sebuah mogoknya motor Vespa. Hal itu bisa dikatakan sebagai love test atau ujian cinta. Perlu kalian tahu, cinta itu juga perlu diuji, biar kita tahu apakah mereka yang kita cintai itu benar-benar mencintai kita atau tidak. Kalau mencari teman atau pacar yang diajak hura-hura, senang-senang, itu mah gampang. Orang yang tak dikenal aja bisa langsung menyamar jadi saudara ini maha.
Tapi saat di mana kita susah dan di bawah, jangankan orang lain, saudara saja kadang tiba-tiba pura-pura jadi orang tak dikenal kok. Seseorang yang hanya sanggup bersama kita di masa senang, tentu tak akam bertahan. Dan mereka yang tulus, tentu akan tetap menemani, memberi dorongan, dam tetap setia untuk selalu bersama.
Satu hal kendala yang sering dihadapi pengguna Vespa adalah putusnya tali kopling. Namun, bagi mereka ini, tali kopling mungkin boleh putus, tapi yang namanya tali silaturahmi di antara mereka tak boleh putus begitu saja. Makanya Indonesia ini katanya menduduki urutan kedua, dalam kategori memiliki komunitas Vespa terbesar di dunia.
Lagi pula kalau menurut saya, anak Vespa itu pada baik-baik kok. Setidaknya mereka gak buat geng motor untuk begal orang. Gak lucu kan ya, masak ada pembegal naik motor Vespa. Vespa itu motor perdamaian. Peace and love.
Seperti sejarahnya, katanya motor ini dulunya datang ke indonesia sekitar tahun 1960-an. Motor ini diberikan sebagai hadiah untuk tentara Indonesia yang ikut berartisipasi dalam rangka menjaga perdamaian dunia di Kongo. Sampai sekarang pun vespa tersebut masih ada dan sering disebut sebagai Vespa Kongo. Meski seperti yang kita tahu, semua Vespa itu dibuat di negara Italia, namun spesial untuk Vespa satu ini dirakit di Jerman.
Tentu, akan bahagia bila kita bisa mencintai keunikan dalam diri orang lain. Bisa sabar menerima kekurangannya. Dan bisa tetap setia meski ada yang lain.
Sehat disyukuri, mogok diragati.
Salam Vespa Uwuu uwuu…