Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Begini Rasanya Bertetangga dengan Kandang Kambing

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
6 Februari 2022
A A
Begini Rasanya Bertetangga dengan Kandang Kambing Terminal Mojok

Begini Rasanya Bertetangga dengan Kandang Kambing (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Hidup di samping jalan utama memang terkesan urban banget. Namun, terkadang masih ada sisa-sisa dari kehidupan kampung, entah itu secuil sawah, pohon pisang dan pepaya yang menjulang, hingga orang yang memelihara hewan. Di samping rumah orang tua saya yang terletak di jalan utama, juga masih ditemukan kehidupan kampung yang kental. Ya itu tadi, memelihara hewan, tepatnya peternakan kambing yang lumayan besar. Tentu kandang kambing itu hadir setelah puluhan tahun nenek buyut mendirikan rumah yang kini ditempati orang tua saya.

Setiap tempat punya aromanya sendiri-sendiri, begitu juga kandang kambing. Segala budaya urban bisa luruh dengan sendirinya saat bersinggungan dengan aroma semacam itu. Jika ada kantor Tesla sekalipun di samping kandang kambing, niscaya segala hal berbau hi-tech dan kecanggihan masa depan akan kalah begitu saja. Tidak ada canggih-canggihnya lagi, yang terasa hanya vibes Shaun The Sheep di pedesaan yang permai. Begitulah aromanya, mungkin Anda sudah mengerti.

Sang pemilik kandang juga sepertinya tak mau repot-repot memasang penyaring atau penghalau bau kotoran kambing. Mungkin karena memang alat semacam itu memang tak ada. Dan entah kenapa, dari berjuta-juta orang pandai dan cerdas, tak ada yang mau menciptakan alat seperti itu, atau jerami alas berak aroma buah seperti pasir milik para anabul.

Saat kecil saya juga sering berkhayal, seandainya kambing-kambing di samping rumah kotorannya bisa seharum bunga. Namun, semakin dalam saya berkhayal, waktu yang berjalan membuat saya sadar hidung saya makin kuat. Kami sekeluarga akhirnya bisa betah. Bukan karena kami pro kehidupan kampung dan menentang kehidupan urban, melainkan karena sudah terbiasa, sehingga hidung tak lagi begitu tersiksa. Kalau hidung saya ini diibaratkan bisep binaraga, boleh dibilang hidung saya sekuat bisep milik Ade Rai. Tapi, tidak dengan hidung tamu-tamu kami.

Lantai kotor bisa dipel, gelas berdebu bisa dicuci, namun aroma kotoran kambing dari kandang sebelah tak ada lawan. Mungkin karena jaraknya yang terlalu dekat, Stella yang perkasa pun tetap akan loyo menghadapi serbuan aroma kandang. Kadang saya tak menyadari kalau tamu yang datang ke rumah tak nyaman dengan bau-bau nan bersahaja itu. Apalagi pas gebetan, kekasih hati, maupun kawan sekolah yang datang main ke rumah. Lebih susah lagi saat harus menawari makan.

Dua atau tiga bulan sekali bau kandang sebelah meningkat pesat. Mau tak mau daya adaptasi saya kalah telak. Seolah bisep Ade Rai itu ditimpa beban sepuluh ton. Pembersihan kandang rutin sekaligus penjualan berkuintal-kuintal pupuk kandang mentah yang menjadi penyebabnya. Tapi sesudah itu, bau aneh khas kandang hilang sehari setelahnya. Hanya bertahan selama beberapa hari, sih, sebelum akhirnya para kambing mengisi ulang kandangnya dengan sumber kehangatan yang baru, dan Stella yang akhirnya tak lagi memainkan peran.

Beberapa kambing juga suka sok hebat. Mereka pamer kemampuan tarik suara di malam hari. Apalagi saat mereka berlatih bersama. Koor nan suram dari mereka mengganggu tidur cantik saya. Untung saja hal semacam itu tak terjadi setiap hari. Paling pol hanya sebulan sekali. Selebihnya hanya penampilan solo serak-serak ambrol yang tak mengganggu. Sekali lagi, bukan karena saya penikmat musik alam kontemporer, namun karena sudah terbiasa. Bahkan saking seringnya, saya sudah bisa membedakan mana kambing jantan, betina, remaja, fakboi, hingga bangkotan, hanya dari suaranya.

Bertahun-tahun tinggal di samping kandang kambing, tak melulu rasa pahit yang nyantol. Contohnya saat Lebaran Haji. Kami tak perlu mengundang ahli sembelih dan menguliti kambing. Para pekerja dan pemilik kandang itu sudah ahli. Gerakan mereka mirip Zorro yang digabungkan dengan Bathousai. Lincah dan kilat. Dan sudah pasti, ada beberapa ekor kambing yang dikurbankan oleh sang pemilik kandang.

Baca Juga:

Derita 3 Tahun Bertetangga dengan Pemilik Sound Horeg, Rasanya seperti Ada Hajatan Tiap Hari

Derita Punya Tetangga yang Pelihara Ayam: Bau Tidak Sedap Jadi Musuh Sehari-hari, Sudah Diingatkan Malah Ngeyel

Saya menyadari, saya juga tetangga yang memiliki peluang jadi menjengkelkan. Sawang sinawang. Sebau apa pun mereka, mereka hanya hewan yang tidak suka fitnah dan rasan-rasan tetangganya, meski sebenarnya saya juga tidak paham bahasa kambing. Apalagi saya tetangga dekat, sudah pasti sering dikasih tongseng atau pun tengkleng kambing, secara si pemilik peternakan juga punya rumah makan.

Segala bau tak sedap itu, tetap akan kalah dengan rasa kasih sesama tetangga. Dan mau seperti apa pun aromanya, saya sudah terbiasa. Lagi pula daging kambing itu enak, apalagi gratis. Setidaknya, tetangga saya hanya punya kandang kambing, bukan kerangkeng manusia yang diperbudak. Ngeri.

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Februari 2022 oleh

Tags: kambingKandangtetangga
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

3 Sisi Menyebalkan Ibu-ibu Tetangga Saat Bertamu ke Rumah Mojok.co

3 Sisi Menyebalkan Ibu-ibu Tetangga Saat Bertamu ke Rumah

30 Juli 2024
Alumni Fakultas Peternakan Tidak Harus Jadi Peternak terminal mojok.co

Alumni Fakultas Peternakan Tidak Harus Jadi Peternak

15 Desember 2021
Dear, Tetangga. Apalah Artinya Rumah Gede, Pagar Tinggi, kalau Nggak Punya Bel? Nyusahin!

Dear, Tetangga. Apalah Artinya Rumah Gede, Pagar Tinggi, kalau Nggak Punya Bel? Nyusahin!

8 Maret 2023
Punya Tetangga Nyinyir Adalah Sebuah Keuntungan

Punya Tetangga Nyinyir Adalah Sebuah Keuntungan

16 Juni 2023
investasi kambing mojok.co

Pengalaman Duka Pengangkut Kambing: Dianggap Nggak Ramah Lingkungan Sampai Dikira Maling

29 Juni 2020
Bisnis Laundry Rumahan Lebih Banyak Buntung daripada Untung karena Tetangga yang Ngutangan Mojok.co

Bisnis Laundry Rumahan Lebih Banyak Buntung daripada Untung karena Tetangga Sering Ngutang

19 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.