Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Banjir dan Macet, Dua Sejoli yang Bikin Ngalam Bernasib Malang

Dani Alifian oleh Dani Alifian
8 April 2022
A A
Banjir dan Macet, Dua Sejoli yang Bikin Ngalam Bernasib Malang Terminal Mojok

Banjir dan Macet, Dua Sejoli yang Bikin Ngalam Bernasib Malang (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Salam satu jiwa, Malangkucecwara!

Macet dan banjir akhir-akhir ini jadi langganan Kota Malang. Kota yang dulunya menawarkan suasana adem ayem, berwibawa dengan pendidikan, nyaman dan tenang, kini menjelma menjadi kota yang miris dan bernasib malang akibat banjir yang berulang terjadi dan kemacetan di sana-sini.

Saya beruntung, tulisan pertama saya soal Kota Malang mendapat tanggapan. Tanggapan itu disampaikan langsung lewat direct message dari akun Instagram @sam.sutiaji. Begini isi balasan blio:

Masya Allah. Matur nuwun, saya yakin di balik berbagai cara penyampaian, ada niatan tulus dan tujuan baik. Setiap aspirasi, apalagi jika disertai dengan ide dan gagasan, akan saya jadikan masukan untuk kemajuan dan kesejahteraan warga masyarakat Malang. Matur Nuwun.

Wali Kota yang cemerlang! Mendengar keluh kesah warganya—sekalipun hanya pendatang—Bapak Wali Kota Malang, H. Sutiaji, layak merengkuh jabatan untuk periode yang ketiga. Soal tiga, ehem, biar sekalian sama dengan anu.

Kemacetan setelah hujan (Unsplash.com)

Pujian saya sudah cukup, kan? Kini giliran sedikit unek-unek kondisi kota Ngalam yang bernasib Malang. Banjir mendera di sana-sini, air genangan meluluhlantakkan kenangan.

Dari artikel sebelumnya yang membahas Kota Malang, ada satu masalah yang luput dari pembahasan, yaitu soal banjir. Macet dan banjir ibarat dua sejoli. Jika yang satu hadir, yang lainnya lahir. Saat banjir terjadi, macet panjang turut menjadi buntut. Dua sejoli itu sudah menjadi pasangan kekasih yang menjadi batu sandung Kota Malang.

Banjir di Kota Malang sama dengan macet. Sudah dalam tahap stadium parah! Di kolom komentar tulisan soal macetnya Kota Malang, banyak orang yang juga menyoroti perihal banjir di Malang.

Baca Juga:

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Peristiwa banjir terbaru di Malang terjadi pada hari Senin (4/4) lalu. Hujan yang hadir dua jam memunculkan dua sejoli, banjir dan macet. Genangan air terjadi di lima titik di Kota Malang. Dilansir dari beberapa media, banjir terjadi di daerah Jalan Karya Timur, Sudimoro, Ahmad Yani, Sunandar Priyo Sudarmo dan Letjen S. Parman, dan Sukarno-Hatta.

Ilustrasi banjir (Unsplash.com)

Dari peristiwa banjir, saya sebagai warga pendatang yang dianggap Pak Sutiaji “peduli”, memandang persoalan ini sebagai persoalan bersama. Tentu tak adil jika hanya menyalahkan wali kota yang jelas-jelas apresiatif. Bismilah komisaris.

“Banjir menjadi perhatian dan prioritas penanganan, tentu tidak sendiri, perlu bersama dengan masyarakat,” begitu tulis akun TikTok dengan nama @sam.sutiaji.

Benar sekali, Pak, penanganan banjir memang tugas bersama termasuk masyarakat dan tanggung jawabnya membuang sampah. Tapi, harapan dan rengkuhan Kota Malang yang utama tetap di tangan Bapak.

Banjir dan macet adalah elemen yang lahir, hidup, dan berkembang di Kota Malang karena salah bersama. Dampak dari kebiasaan masyarakat yang sembrono seperti buang sampah di sungai, parkir sembarangan, hingga tinggal di bantaran sungai.

Kampung Warna-Warni (Unsplash.com)

Buang sampah di sungai ini sudah jadi kebiasaan masyarakat Kota Malang yang tinggal di sepanjang bantaran sungai. Kalau tidak percaya, coba main-main ke daerah Muharto atau sekitar kampung warna-warni Jodipan. Masyarakat dengan “ringan tangan” membuang apa pun ke sungai. Saat banjir melanda, masyarakat “sembunyi tangan” menyalahkan satu pihak.

Membunuh dua sejoli, banjir dan macet, saya pandang sebagai kewajiban bersama. Meski dengan berat hati saya harus akui kalau kewajiban penuh tetap ada di tangan Pak Wali Kota. Memang enak menyalahkan pihak lain seperti tulisan ini, tetapi kalau tidak begitu nantinya tidak sadar, dong?

Di samping persoalan tata kelola kota, ada hal lain yang juga perlu dibenahi, yaitu pembuatan terasering dan selokan. Minimnya selokan di sepanjang jalan Kota Malang jadi pemicu banjir saat terjadi hujan lebat. Sekalipun ada di beberapa titik, volume selokan sangat kecil sehingga air mudah meluap saat curah hujan besar.

Pembuatan terasering juga penting, terutama di daerah bantaran sungai. Tanah di daerah bantaran rawan tergerus air sungai, sehingga saat air sungai meluap ada dampak susulan yaitu longsor. Sebaiknya, Pak, pembuatan selokan dan terasering lebih diperbanyak lagi, mengingat dampaknya adalah banjir yang semakin sering terjadi.

Wali Kota Malang mungkin sudah saatnya muhasabah. Masyarakat Malang, baik pendatang maupun penduduk asli, sudah saatnya menyadari bahwa Malang bukan hanya milik pemerintah, melainkan milik seluruh warganya. Menjaga Malang kewajiban bersama, itu mutlak!

Penulis: Dani Alifian
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Penyebab Surabaya Jadi Kota Termacet di Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 April 2022 oleh

Tags: banjirmacetMalang
Dani Alifian

Dani Alifian

ArtikelTerkait

Kemacetan di Jember Bukan karena PKL, tapi karena Mahasiswa!

Kemacetan di Jember Bukan karena PKL, tapi karena Mahasiswa!

18 November 2023
Malang Creative Center, Bukti Terbaik Jika Anggaran Dimanfaatkan secara Tepat Guna

Malang Creative Center, Bukti Terbaik Jika Anggaran Dimanfaatkan secara Tepat Guna

16 Juli 2024
Akui Saja, Batu Lebih Menarik Menjadi Destinasi Study Tour Ketimbang Jogja dan Bali Mojok.co

Sebagai Warga Lokal, Saya Setuju Study Tour ke Batu Malang Lebih Menyenangkan karena Study Tour ke Jogja dan Bali Sangat Membosankan

8 Mei 2025

Dilema Jadi Orang Kota Batu yang Dikira Masih Bagian dari Malang

6 April 2020
Pancen Edan! UM Itu Singkatan dari Universitas Negeri Malang, Seorang Ganjar Pranowo pun Ikut Salah Sebut

Pancen Edan! UM Itu Singkatan dari Universitas Negeri Malang, Seorang Ganjar Pranowo pun Ikut Salah Sebut

28 Oktober 2023
Betapa Sulitnya Meromantisasi Kota Pekalongan Terminal Mojok

Kota Kreatif, Pembangunan Terbaik, dan Kebohongan Lain tentang Kota Pekalongan yang Harus Diluruskan

31 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.