Saya tidak pernah relate dengan keluhan-keluhan netizen tentang kotanya. Keluhan-keluhan itu terasa amat jauh dengan keseharian yang saya jalani di pelosok Bangkalan Madura. Asal tahu saja, Bangkalan adalah sebuah kabupaten yang terletak di sisi paling ujung sisi barat Pulau Madura.
Sebenarnya, kabupaten ini merupakan gerbang masuk pendatang dari Pulau Jawa. Di sana terdapat Pelabuhan Kamal dan Jembatan Suramadu. Namun, dua fasilitas publik itu tidak menjadikan daerah-daerah di kabupaten ini menjadi lebih baik, terutama daerah pelosoknya.
Fasilitas umum kurang memadai
Banyak orang bilang, fasilitas umum menjadi salah satu pertimbangan seseorang untuk menetap di suatu daerah. Kalau begitu, seharusnya tidak ada masyarakat yang mau tinggal di Bangkalan Madura karena fasilitas umumnya buruk. Ambil contoh, transportasi publik, tarif angkot di Bangkalan tergolong mahal.
Saat saya masih SMP, ongkos bolak-balik rumah ke sekolah hanya Rp2.000 saja. Tarif naik, ongkos bolak-balik rumah ke sekolah menjadi Rp6.000. Lebih parahnya lagi, saat saya masuk SMA, tarif angkot menjadi Rp12.000 pulang pergi.
Bayangkan terjadi peningkatan harga hingga 6 kali lipat hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun. Tidak heran, banyak tetangga saya yang masih anak sekolah dan belum cukup umur mengendarai kendaraan nekat naik motor ke sekolah. Bagaimana lagi, kenyataannya memang jauh lebih hemat kalau naik motor.
Memang, ongkos yang meningkat itu salah satunya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Namun, terlepas dari itu, permaian tarif memang memungkinkan di Bangkalan karena mayoritas angkot milik perorangan atau pribadi. Sedihnya, permainan harga itu seolah-olah luput dari pengawasan pemerintah setempat.
Baca halaman selanjutnya: Hiburan di Bangkalan Madura …