Berkuliah di kota “The Spirit of Java” alias Solo, membuat saya belajar sedikit demi sedikit tentang kota kelahiran Bapak Presiden RI yang sekarang ini. Tentu saja tempat kuliah saya adalah Universitas Sebelas Maret. Oleh karena saya perantau, mau tak mau, saya ngekos. Ya iyalah, mosok turu neng gerbang kampus. Dan dalam tulisan ini, saya mau berbagi keluh kesah saya ngekos di UNS.
Jadi sejauh ini, lokasi kosan di sekitar UNS ini dibagi menjadi dua. Gerbang depan (gerdep) dan gerbang belakang (gerbel). Ada juga lokasi lain, tapi secara umum dua tempat itu sudah menjadi patokan universal seluruh mahasiswa di UNS dalam mencari tempat bernaung. Fakultas saya berada di paling belakang, seharusnya saya mengambil kos di gerbang belakang agar lebih dekat. Terlebih lagi saya belum membawa motor.
Namun, karena keasikan bermalas-malasan, saya justru kehabisan stok kamar kosong di kosan gerbel. Sehingga mau tidak mau saya akhirnya ngekos di gerbang depan, dan syukurnya dapat satu kamar yang masih kosong. Setelah hampir lima bulan ngekos di area gerdep ini, saya hanya bisa mengatakan dua hal.
Lokasi manis, tapi konsumsi tragis!
Sebelum tulisan ini mengundang kemarahan mahasiswa UNS yang ngekos di gerdep, izinkan menghaturkan bahwa tulisan ini sepenuhnya subjektif. Silahkan dikoreksi di kolom komentar, tapi kalau bisa jangan bahasa Jawa soalnya saya nggak ngerti. Maklum, anak rantau. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semua kos-kosan di area gerbang depan itu termasuk jalan utama di Kota Solo. Sehingga sangat enak jika menggunakan motor karena space jalan yang lumayan banyak. Sisi minusnya, kalau mau masuk ke tengah-tengah ramainya kendaraan mungkin harus ekstra bersabar. Namanya juga jalan utama, semua jenis transportasi ada. Mulai dari BST, truk, bus wisata, dan lain sebagainya.
Karena keramaian ini pula, selalu ada pahlawan-pahlawan yang berdiri di tengah jalan sambil mengatur dan mengarahkan jalur terbaik. Jadi tidak usah risau takut salah belok, mereka sudah terlatih dan teruji. Sebagaimana tulisan di jalanan sini, “budaya tertib cermin budaya wong Solo.”
Selanjutnya, saya tidak tahu ini termasuk benar atau tidak karena sifatnya relatif. Dalam pemahaman saya, jalanan yang ramai pastinya tidak terlalu berpotensi mengundang adanya tindak jahat. Sekali lagi, tolong koreksi kalau salah.
Kemudian enaknya di gerbang depan ini, selalu ada jalan kecil di sebelah jalan utama. Ilustrasinya adalah bayangkan sebuah jalan yang amat besar, lalu di sebelahnya ada jalan aspal mini yang sangat serbaguna. Untuk jalan bisa, jualan masyarakat bisa, dan kalau macet motor-motor juga mengambil jalur itu.
Bukan itu saja, jalan kosan pun juga termasuk nyaman. Sepengalaman saya, kosan-kosan di gerbang depan itu masuk ke gang-gang dan jalanan gangnya tidak terlalu menurun tajam, malah cenderung datar atau pas. Saya pernah beberapa kali main ke kosan teman di gerbang belakang. Dan percayalah kawan, jalanan gang di sana memiliki turunan yang amat tajam seperti mulut tetanggamu.
Mari kita masuk ke bagian tragis, yaitu konsumsi dan fasilitas. Sekadar info, di Solo banyak sekali makanan dengan harga murah. Sayangnya, semua itu tak ada artinya jika warung yang ada hanya sedikit. Itulah realitas yang terjadi di area kosan gerdep UNS. Jumlah tempat makannya dikit banget!
Jika kalian mencari makanan ringan di gerbang depan UNS, saran saya jangan berharap banyak. Isinya ya itu-itu saja. Kalau kalian nggak mudah bosan, pasti suka. Tapi yang mudah bosan kayak saya, ya pasti lumayan bete.
Jauh sekali jika dibandingkan dengan gerbang belakang UNS. Semua jenis makanan ada di sana, mulai dari ringan sampai berat. Kafe dan burjo untuk nongkrong juga lebih bervariasi. Bahkan menurut teman-teman saya, harga di gerbang belakang lebih murah ketimbang gerbang depan.
Bukan makanan saja, fasilitas di gerbang belakang mungkin hampir semua ada. Saya telah membuktikannya sendiri. Mulai dari tempat fotocopy yang di mana-mana, jasa duplikat kunci, bengkel, toko kelontong, cuci kendaraan, hingga toko seperti Alfamart juga mudah untuk dijangkau. Rasanya, gerbang belakang UNS itu adalah sebuah provinsi tersembunyi.
Tapi, mau bagaimanapun, saya tetap bangga berada di gerbang depan UNS sebagai tempat ngekos. Sebagaimana kata pepatah, nanti terbiasa karena bisa. sejauh ini baru bisa stres sih, tapi lama-lama bisa bahagia. Kayaknya.
Teruntuk teman-teman kos gerbang depan UNS, semangat. Semangat cari makan yang bervariasi maksudnya.
Penulis: M. Guntur Rahardjo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 10 Istilah Unik yang Cuma Diketahui Mahasiswa UNS, Apa Saja?