Kemarin, Selasa, 29 November 2022 adalah peringatan Hari Kopri. Selamat ulang tahun ya, ASN se-indonesia. Semoga selalu amanah dan bersemangat mengemban tugas melayani masyarakat.
Kinerja pegawai negeri, atau yang dahulu pernah dikenal dengan nama ambtenaar di zaman kolonial Belanda, selalu berada di bawah sorotan. Salah satu alasannya, anggaran negara yang digunakan untuk menggaji pegawai negeri atau PNS, yang menjadi bagian dari ASN (Aparatur Sipil Negara), berasal dari pajak.
Oleh sebab itu, sangat tidak berlebihan jika masyarakat luas mengharapkan kinerja para ASN lebih baik dari waktu ke waktu. Effort yang telah dikeluarkan masyarakat berupa pembayaran pajak, sewajarnya mendapatkan timbal balik yang sesuai dari orang-orang yang sebenarnya secara tidak langsung telah dibayar masyarakat tersebut.
Image pegawai negeri belum harum
Sudah umum rasanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan dan integritas yang diminta dari para aparat ini. Meskipun sudah cukup banyak perbaikan di sana dan sini, tetapi mungkin karena belum menyeluruh, tampaknya image ASN belum seharum yang diimpikan kita semua.
Hanya saja ada satu catatan penting, bahwa ASN kita ini merupakan cerminan dari masyarakatnya sendiri. Baik dan buruknya seorang individu ASN, sangatlah tergantung dari baik buruknya masyarakatnya.
Misalnya, ASN sering tidak disiplin dalam bekerja. Coba kita lihat dari masyarakatnya sendiri. Apakah mereka juga sudah disiplin? Memang sih, tidak amburadul sekali, namun juga tidak sedisiplin masyarakat negara maju semacam Jepang atau Jerman contohnya. ASN yang disiplin biasanya berasal dari masyarakat yang etos kerjanya bagus. Begitu pula sebaliknya, sesuai pengamatan sederhana yang saya lakukan.
Pengaruh masyarakat
ASN itu, sejak lahir, dibesarkan dan menjalani masa kanak-kanaknya di tengah masyarakat. Mereka sekolah dan kuliah juga tidak mungkin berjauhan dengan masyarakat tempat mereka berproses.
Setelah diterima sebagai ASN, setiap harinya mereka juga akan kembali ke rumah dan kembali berinteraksi dengan masyarakat. Jadi, mau tidak mau, pengaruh masyarakat kepada aparaturnya pastilah akan sangat membekas.
Maka dari itu, saya merasa agak kurang pas dengan kalimat ini: “ASN itu seharusnya memberikan contoh dan tauladan yang baik kepada masyarakat.”
Kadang saya memikirkan ini: Jumlah anggota masyarakat, dalam lingkup terkecil saja misalnya RT, jumlahnya pasti lebih banyak ketimbang anggota warga yang berstatus pegawai negeri. Oleh sebab itu, yang terwarnai justru aparatur pemerintahnya, bukan masyarakatnya.
Perbaiki kehidupan masyarakat dulu
Bahkan ketika pegawai negeri itu robot mekanik. Meski dikata bakal kebal oleh pengaruh, tapi malah separuhnya salah. Robot itu bisa diatur cara berpikirnya oleh manusia. Oleh sebab itu, pengaruhnya justru semakin terasa.
Namun, ASN bukan robot, melainkan manusia yang katanya makhluk sosial. Meski berusaha sekuat tenaga menangkis pengaruh buruk dari lingkungan, pada akhirnya akan membekas juga.
Jadi, kalau mau memperbaiki kinerja aparatur pemerintah, kita harus sama-sama sadar untuk mengubah sifat buruk masyarakat. Pengaruh buruk itu nggak cuma ke ASN, tapi ke semua individu, kan. Kalau lingkaran besarnya buruk, otomatis, lingkaran kecilnya pasti akan terpengaruh. Terkadang, hal kayak gitu hanya soal waktu saja.
Penulis: Rizky Purwantoro S
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 7 Karakter Pimpinan ASN yang Paling Dibenci