Memahami yang namanya dark joke dan mencoba menginterpretasikannya adalah sesuatu yang tidak mudah. Mau paham atau nggak paham, hasil yang didapat cuma dua: kita ketawa-dan-atau-marah gara-garanya.
Konsep awal dark joke sebenarnya untuk lucu-lucuan. Sampai sekarang pun sebenarnya masih digunakan untuk bahan bercandaan dan lucu-lucuan sih (dan tentunya untuk sindiran). Agak jarang kita lihat di indonesia orang pakai joke ini untuk bercanda. Yang saya tahu, yang suka pakai jenis joke macam ini meme-meme dari reddit, komik strip (salah satu contohnya adalah komik Benny and Mice, atau komik di akun Instagram thekonyol serta gump n hell. Di sini banyak selipan joke yang lumayan dark) dan joke yang dibikin para stand up comedian.
Kalo ngomongin stand up comedian sih… Ya banyak lah ya, saya rasa banyak dari kalian yang sudah tahu. Termasuk stand up comedian yang “itu”, yang suka mengklaim kalau joke yang mereka buat emang dibikin biar orang “berpikir” dan punya pemikian yang lebih maju. Jadi, “kata mereka” yang paham dark joke itu ya cuma orang-orang yang punya tingkat intelegensi tinggi. Padahal yaaaah, ada lho yang cuma ikut-ikutan suka dark joke biar “keliatan” punya nalar yang logis hhe hhe.
Anyway, agak mundur dikit. Sebelum bahas lebih jauh, saya mau jelasin dikit siapa penemu istilah ini, dan sebenernya apa sih definisi yang disepakati mengenai dark joke itu.
Oke, jadi berdasarkan beberapa sumber yang saya rangkum. Istilah ini katanya diciptakan oleh Andre Breton pada tahun 1935. Entah benar atau salah, beberapa sumber sepakat menyebut Andre Breton sang pencipta istilah ini. Dia cuma menciptakan istilah loh ya.
Andre Breton menyebut istilah dark joke di dalam bukunya yang berjudul Anthologie de l’humor noir. Dan di dalam buku itu juga Andre Breton mengatakan bahwa pencipta sejati joke yang dark ini adalah Jonathan Swift. Dark joke sendiri dalam artian sederhananya adalah humor atau guyonan yang didasarkan dari hal-hal tabu, nyeleneh dan kebanyakan lahir dari hal-hal negatif yang terjadi masyarakat yang di dalamnya ada unsur sarkas dan satirnya. Jadi dark joke semacam gabungan dari dua hal tersebut tapi dengan penyampaian yang garis keras.
Dark Joke memang tidak diciptakan dengan unsur kesopanan yang sesuai dengan etika moral manusia. Justru joke jenis ini mencoba membuat mental kita senam dulu baru bisa memahaminya. Maksudnya jika kita ibaratkan senam yang di dalamnya terdapat bermacam gerakan sehingga menimbulkan keringat. Begitu lah karakteristik joke ini. Pikiran kita semua dibuat berkecamuk dan bergerak-gerak hingga akhirnya kita mencoba untuk menyimpulkan apa maksud dari sebuah joke yang dilontarkan.
Ketika dark joke menimbulkan berbagai kecamuk dalam pikiran kita semua. Pertanyaannya adalah bagaimana cara terbaik kita memahaminya? Sebenarnya joke ini sendiri adalah permainan psikologis. Ketika berbicara candaan atau hal yang umum kita sebut humor. Bapak psikoanalisis sebenarnya sudah pernah membahasnya.
Lewat esainya yang berjudul Der Humor, Sigmund Freud mengatakan bahwa, “Ego manusia pada umumnya selalu menolak untuk tertekan terhadap provokasi realitas. Manusia tidak mau dirinya dipaksa menderita ketika melihat hal-hal buruk yang terjadi di masyarakat. Maka dari itu cara untuk membuat manusia-manusia itu bisa memahami penderitaan di masyarakat secara tidak langsung adalah dengan cara memprovokasinya dalam balutan kesenangan yang tentunya juga memberikan trauma tersendiri bagi mental.” Dan dark joke adalah salah satu konsep provokasi itu menurut Sigmund Freud.
Konsep ini jika ditelaah lebih dalam memang cukup rumit dan tentunya akan memakan banyak halaman jika dijelaskan lewat tulisan. Memahami joke ini sebenarnya sama saja memahami ambiguitas pikiran manusia. Rumit dan tentunya merepotkan untuk ditelaah. Karena seberapapun hebatnya para ahli pembaca pikiran, manusia adalah makhluk yang paling sulit ditebak pikirannya. Bahkan ahli psikologi yang paling ahli pun tidak bisa seratus persen tepat memahami pikiran manusia.
Tentunya ketika saya mengaitkan hal tersebut dengan bagaimana seorang Coki Pardede melemparkan sebuah cuitan di Twitter yang mungkin kebanyakan orang berpikir dan menganggap cuitan yang ditulis Coki Pardede itu dark. Di situlah sebenarnya alasan dark joke dibuat. Kalau kata kaum pencinta joke ini, “mikir dong!”. Ya, kita perlu memahaminya dengan berpikir. Semacam kita disuruh kaya filsuf gitu lahhh~
Tapi sebenarnya memahami joke jenis ini tidak cukup dengan berpikir. Walau pada dasarnya adalah sebuah humor yang jika kita mencari makna sederhana humor yaitu sebentuk candaan yang di dalamnya lahir banyak tujuan. Kadang tujuannya itulah yang membuat joke ini bisa dicerna atau justru menimbulkan kontroversi.
Okelah mereka yang katanya “berpikir” menyebut bahwa joke itu adalah sebuah komedi yang memerlukan tingkat intelegensi yang tinggi untuk memahaminya. Namun ketika berbicara bagaimana memahami dark joke di tengah kesulitan dan kesedihan yang mungkin joke tersebut dibuat dengan tujuan “menyentil.” Tapi ya bukan berarti kesedihan dan kesulitan yang terjadi di masyarakat yang masih kuat memegang etika moral serta empati layak dijadikan joke kaleeeeeeee.
Betul dark joke adalah media untuk memprovokasi ketidakberesan yang terjadi di masyarakat agar kita semua menyadarinya. Tapi setidaknya kita patut sadar bahwa joke ini juga harus memahami bagaimana tembok bernama kultur dan budaya juga bisa berpengaruh terhadap konsep berpikir terkait apa itu joke yang dark.
Maka dari itu selain memahaminya dengan berpikir (katanya pikirannya harus logis banget). Bagaimana jika joke yang dibuat terkhusus di Indonesia juga sebaiknya dipikirkan oleh si pembuat. Setidaknya cobalah pikirkan situasi dan kondisi. Toh, kesedihan, kesulitan, ng**e, maksiat, mabok dan azab bukanlah hal yang bisa dinalar secara positif oleh semua orang di Indonesia.
Terutama saya, saya jadi merasa sangat bodoh untuk memahami dan mencerna makna kalimat, “buat yang semalem ga “maksiat” tapi ikut kena dampak “azab” banjir, nyesel kan anda ? Kalo tau sama sama kena banjir juga, mending semalem mabok dan n**we. Kami Basah basahan tapi dalam keadaan senang. Anda basah basahan tetep sebel hahahahahaha.” Saya terlalu goblok untuk menafsirkan kalimat dark dari joke tersebut. Jadi mohon maaf untuk para pencinta dark joke, saya masih tidak terlalu paham makna filosofis kalimat itu.
Mungkin ada yang mau menjelaskan?
BACA JUGA Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya! atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.