Mending beli rumah di kampung halaman sendiri
Keputusan ini tentu berlaku bagi perantau yang bercita-cita menghabiskan masa pensiun di kampung halaman. Bagi yang sudah telanjur cinta dan bercita-cita menghabiskan masa pensiun di tanah rantau, ya monggo. Mungkin poin ini kurang relate bagi kalian.
Tetapi bagi orang-orang yang mendambakan pulang dan pensiun di kampung halaman, poin ini seharusnya jadi pertimbangan sebelum memutuskan ambil KPR di perantauan. Daripada KPR di tanah rantau, membeli rumah di kampung halaman adalah investasi jangka panjang yang tepat. Lebih masuk akal juga mengingat harga tanah dan rumah di perkotaan semakin ugal-ugalan.
Sebaliknya, di kampung halaman, kemungkinan harga tanah dan rumah masih bersahabat. Setidaknya harganya nggak semahal di perkotaan. Selain itu kalaupun nanti tiba masa pensiun dan harus pindah, kita tak akan kerepotan memikirkan nasib rumah yang ada di tanah rantau.
Developer tidak amanah
Ingat, tidak semua developer yang menggarap proyek KPR amanah. Wacana tak seindah realitasnya, Gaes.
Contoh nyata yang kami alami misalnya. Sekadar untuk memasang meteran listrik, saya dan suami harus pakai dana sendiri. Jadi developer tidak mengurus printilan semacam itu. Selain itu, selokan tanpa gorong-gorong dan jalan perumahan tanpa diaspal atau dicor bikin kami harus mengeluarkan uang tambahan. Akhirnya tiap hujan turun jalan perumahan kami mendadak jadi kolam.
Sementara kalau bicara soal kualitas bangunan, rasanya hal itu sudah banyak diketahui orang. Sudah banyak yang tahu kalau rumah KPR, apalagi KPR subsidi, belum 5 tahun saja sudah banyak yang perlu diperbaiki.
Jual rumah KPR ternyata sulit
Penyesalan selanjutnya mengambil KPR di tanah rantau berkaitan dengan jual rumah. Sebenarnya yang ini saya belum mengalaminya langsung. Tetapi beberapa tetangga dan teman sudah mengalami poin terakhir ini.
Jadi beberapa tetangga kami memutuskan oper kredit KPR dengan harga yang anjlok Sementara itu teman saya di perumahan lain yang sudah melunasi KPR, ingin menjual rumahnya. Namun sejak beberapa tahun silam sampai sekarang rumah tersebut belum laku juga.
Tak dimungkiri lokasi dan fasilitas perumahan menjadi pertimbangan dan memengaruhi kecepatan laku dan harga jual rumah. Realitasnya, perumahan yang kami tempati termasuk strategis tapi akses jalannya tragis. Makanya banyak yang kemudian pikir ulang sebelum membeli di sini.
Itulah beberapa hal yang kami sesali dari keputusan mengambil KPR di tanah rantau. Meski menyesal, kami tetap melanjutkan membayar angsuran tiap bulan karena kami tak punya pilihan lain selain nrimo ing pandum lan diakehi syukur. Kami hanya bisa berharap semoga cita-cita kami pensiun di kampung halaman bisa terwujud dan nantinya ada yang berminat meminang rumah kami di perantauan agar kami punya modal hidup di kampung halaman.
Penulis: Intan Aida Diliana
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















