Saya berharap sebagian besar pembaca di Terminal Mojok ini memiliki masa kecil yang dipenuhi dengan kebahagiaan alih-alih penderitaan. Bagi saya sendiri masa kecil adalah masa yang penuh dengan petualangan, keingintahuan, kenakalan, kegambrengan, kebebasan, imajinasi, dan kreativitas tanpa batas.
Ada yang menyebut bahwa setiap anak kecil adalah seorang filsuf. Bahkan sastrawan besar Rusia, Fyodor Dostoyevski, mengatakan bahwa pendidikan terbaik dalam hidup kita, bisa jadi adalah satu kenangan yang tertinggal dari masa kecil. Sungguh luar biasa bukan masa kecil itu?
Masa kecil adalah masa-masa yang penuh dengan keingintahuan, sebagian dari kita dilimpahi keberuntungan, dan sebagian yang lain mungkin dicoba dengan kemelaratan dan kesusahan hidup.
Tapi satu yang saya pahami bahwa jiwa masa kecil manusia memandang bahwa hidup ini adalah sebuah permainan, yang penuh dengan canda tawa belaka. Di mana musuh terbesar anak kecil seluruh dunia hanya berkutat pada soal-soal matematika. Bahkan saat menginjak dewasa pun rumus matematika masih dijadikan musuh bebuyutan, kecuali cara menghitung uang.
Anak kecil juga selalu melakukan dan memikirkan hal-hal baru dan bahkan terkesan aneh, unik lebih tepatnya. Keponakan saya yang masih seumur jagung misalnya, ia memiliki kebiasaan memakan upil dan kentut sembarangan. Anak kecil juga beranggapan bahwa biji salak yang tertelan akan tumbuh di dalam perutnya, bisa berhutang darah ketika melangkahi kepala temannya, lalu memiliki pertanyaan aneh semisal bubur itu enaknya diaduk apa dibiarin?
Kebetulan beberapa waktu lalu saya mendapati sebuah pertanyaan yang menyentak jiwa kanak-kanak yang bersemayam dalam tubuh saya. Yakni pertanyaan mengapa anak kecil gemar tiduran di tumpukan baju yang baru diangkat dari jemuran? Mungkin bagi sebagian orang pertanyaan ini adalah pertanyaan dari orang konyol yang kurang kerjaan. Sebuah pertanyaan remeh remeh dan terkesan receh. Tapi bagi saya sendiri yang waktu kecil dulu mengalami hal yang dipertanyakan itu, ikut bertanya-tanya pula, dan mengiyakan apa yang menjadi pertanyaan itu.
Beberapa hari tidur saya terganggu memikirkan pertanyaan tersebut. Hingga pada akhirnya saya mencoba memberikan jawaban dengan kapasitas saya sebagai orang yang pernah mengalami masa kecil dengan dinamika suka dukanya.
Jawaban-jawaban di bawah ini saya kumpulkan dari pengalaman dan pertanyaan yang saya buat di status WhatsApp saya. Ternyata yang melakukan hal tersebut bukan hanya saya saja. Tapi sebagian teman WhatsApp saya juga pernah melakukannya. Berikut adalah jawaban dan analisis yang saya berikan untuk menjawab pertanyaan mengapa waktu kita kecil gemar tiduran di tumpukan baju kering yang baru diangkat dari jemuran.
Satu: Memberikan Kehangatan
Ini adalah jawaban yang paling logis, masuk akal, dan menempati posisi teratas dalam kasus ini. Kehangatan adalah hal yang dicari oleh seluruh umat manusia. Kehangatan merupakan kunci agar manusia senantiasa tetap hidup dan waras menjalani kehidupannya.
Dari zaman batu sampai zaman postruth seperti sekarang ini, manusia mustahil untuk bertahan hidup tanpa adanya sebuah kehangatan. Entah itu kehangatan yang menghangatkan tubuhnya, atau terlebih yang menghangatkan jiwanya.
Anak kecil sebagai bagian dari peradaban umat manusia juga memiliki rasa itu, menyukai kehangatan. Apalagi jika ia merasa kedinginan dan kesepian maka tumpukan baju kering yang baru diangkat dari jemuran adalah sepercik jawaban dari segala duka citanya dalam menjalani kehidupan masa kecil yang begitu “berat”.
Dua: Aroma Kenangan
Dalam sains, aroma hujan memiliki zat kimia yang disebut petrikor. Ia dihasilkan dari senyawa kimia antara air hujan dan bakteri penghuni tanah, juga dari minyak tumbuhan tertentu yang dilepaskan ke udara ketika hujan. Aroma ini menimbulkan efek menyenangkan dan mampu memicu ingatan emosional. Hal ini juga dapat mengakibatkan orang yang sedang rebahan di kasur saat hujan turun berevolusi menjadi keinginan untuk tidur.
Nah, dalam kasus tumpukan baju kering ini, saya menduga sisa deterjen yang digabungkan dengan proses penjemuran dari sinar matahari akan menghasilkan senyawa yang memilki jenis harum dan tingkat keharuman yang menyenangkan, sama seperti petrikor. Ya saya tidak tahu nama kimianya apa, tapi saya menyebutnya sebagai aroma yang menyenangkan dan mudah untuk memicu me-recall memori-memori yang selama ini tersimpan.
Apalagi indra penciuman manusia adalah indra yang paling peka untuk membuka kotak rahasia ingatan masa kecil kita. Saat kita lewat di sebuah pasar misalnya, ada orang dengan aroma parfum Casablanca, ingatan kita akan terbuka dan mengenang aroma 20 tahun lalu saat kita masih kecil dan umbelen. Anak kecil juga sangat peka dengan aroma-aroma di tumpukan baju kering itu meskipun aromanya aneh. Ya, karena aroma harum yang aneh itu adalah aroma kenangan.
Tiga: Memberikan Kenyamanan
Kenyamanan adalah hal yang paling mewah yang diinginkan oleh setiap manusia. Jangankan anak kecil, gebetan kalian kalau nggak nyaman aja bisa tiba-tiba ninggalin dan memilih bersama orang lain yang lebih memberikan kenyamanan. Apalagi kalau kalian udah nggak bikin nyaman, kebanyakan gaya, ora gableg kocrot pula.
Nah, anak kecil yang tidur di tumpukan baju kering itu merasakan kenyamanan itu. Makanya kita waktu kecil itu betah berlama-lama rebahan di tumpukan baju kering yang baru di angkat dari jemuran.
Ya mungkin itu adalah analisis “mengagumkan” dari saya tentang alasan saat kecil kita gemar tiduran di tumpukan baju kering yang baru diangkat dari jemuran. Semoga anak-anak kecil yang bersemayam dalam diri kita dapat bahagia dan sehat selalu. Dan semoga anak-anak kecil di seluruh dunia diberi kesehatan, kegembiraan, serta makan 4 sehat 5 sempurna.
BACA JUGA Pamer Baju Baru dan Menyalakan Petasan Bukan Budaya Kita atau tulisan Juli Prasetya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.