Pada tanggal 18 Juli kemarin, Twitter sempat diramaikan oleh cuitan tentang Hogwarts. Banyak warganet mengunggah gambar yang menyatakan bahwa dirinya diterima di sekolah sihir terbaik di dunia itu. Cuitan-cuitan tersebut memang ditujukan sebagai candaan beraroma halu saja, kurang lebih sama seperti candaan halu para ARMY yang menganggap idola mereka sebagai suaminya lah.
Finally gue jadi murid Hogwarts, Btw mau bikin sibling goals keluarga Lovegood sekaligus bikin genk ciwi ber 4 gue, Luna,Hermione, Ginny,😌
Bye temen temen gue baliknya pas natal doang itu aja kalo ngga kehalang voldemort😚🖤 pic.twitter.com/V68dCiBgin— 𝕙𝕩𝕔𝕒𝕟𝕪𝕓𝕖𝕖 (@hxcanybee131) July 18, 2021
Sejujurnya, melihat trending topic diisi oleh hal-hal nggak jelas seperti itu merupakan jeda yang melegakan dari arus berita duka yang lagi deras-derasnya. Di tengah dunia internet yang mulai kelabu karena dihantam kabar duka bertubi-tubi, muncul setitik cahaya dari rentetan orang-orang yang mengaku dirinya diterima di sekolah sihir Hogwarts.
Mungkin orang-orang ini terlihat aneh dan terdengar terlalu halu, ya? Memang, tapi nggak apa-apa. It’s totally fine, Gaes, let people enjoy things saja. Simpan baik-baik semua kesinisanmu. Nggak semua hal remeh-temeh harus dinyinyirin, kok. Lagi pula kebanyakan dari kita merupakan alumni “ngaduk dalgona” waktu PSBB kemarin, kan? Xixixi.
Ramainya warganet yang merayakan penerimaan dirinya di Hogwarts mungkin merupakan fenomena kabur dari realita secara kolektif. Mungkin mereka merasa kehidupan nyata di tengah pandemi ini sangat depresif sehingga perlu melampiaskannya di ranah yang paling aman, yaitu dunia imajinasi.
Tapi kenapa Hogwarts yang dipilih? Kalau kita coba telaah lagi, sekolah sihir ini memang merupakan tempat paling ideal untuk kondisi pandemi seperti sekarang.
Dalam dunia sihir, ada banyak jenis ancaman mulai dari makhluk berbahaya seperti Troll dan Yeti, hewan aneh seperti Aragog dan Nagini, hingga penyedot kenangan dan kebahagian bernama Dementor. Hal ini membuat sisi pertahanan sekolah harus kuat karena pihak sekolah nggak ingin membuat murid-muridnya berada dalam bahaya.
Selain itu, kalau kita ingat pada perang dunia sihir kedua, Hogwarts memiliki semacam perisai pelindung yang sangat sulit ditembus. Spesifikasi seperti ini tentu sangat sempurna jika disandingkan dengan kondisi pandemi seperti sekarang. Bisa dipastikan Hogwarts aman dari ancaman virus Corona.
Hogwarts juga memiliki sosok pemimpin yang karismatik, bijak, kuat, serta mencintai dan dicintai rakyatnya dalam diri Profesor Dumbledore. Blio juga dikelilingi oleh staf yang memang mumpuni di bidangnya masing-masing. Dengan fakta ini, tentu akan memberikan rasa aman yang hakiki bagi para warganya, dan ini tentu merupakan salah satu indikator penting yang menandai kesuksesan jalannya pemerintahan. Meskipun roda pemerntahan tak lagi dipegang oleh Dumbledore, sosoknya yang menjadi simbol pemimpin akan terus melekat di benak para penggemar Harry Potter.
Banyak hal yang Hogwarts miliki, tapi kita nggak punya. Dan kalau dibanding-bandingkan, saya nggak heran kenapa banyak orang di Twitter yang merasa senang keterima di sana.
Lihat kita sekarang, kita mau tak mau terjebak dalam tempurung PPKM. Sebuah kebijakan yang cenderung melarang tanpa memberi solusi. Karenanya ribuan jiwa sedang dilanda dilema: kesehatan keluarga atau susu anaknya?
Kita lahir dan tumbuh di negara kepulauan terbesar di dunia yang merdeka karena semangat persatuan. Tapi di saat kondisi menuntut umat manusia untuk bersatu, eh, kita malah pecah karena sibuk berkonspirasi. Akhirnya kita semua bingung, mencari-cari siapakah yang salah?
Banyak dari kita berpendapat, pemerintah nggak becus urus negara. Kasus positif terus bertambah, dana bansos diperah, Satpol PP marah-marah, dan para petinggi negara cosplay jadi badut ultah. Kita malu mendengar kabar kalau WNI dilarang masuk ke berbagai negara, tapi kita bingung ketika tahu bahwa kedatangan WNA malah kita sambut dengan tangan terbuka.
Yah, mau gimana lagi? Mungkin semua ini memang risiko yang harus kita terima. Kita sadar bahwa kita punya andil atas kekacauan ini, dengan naifnya kita maksa pengin mudik padahal sudah dilarang. Kita juga bodoh dan gampang digiring hoaks. Konflik sosial seperti penimbun masker, tabung oksigen, susu beruang, serta pelemparan mobil ambulans pun kita sendiri yang perbuat. Banyak dari kita juga yang belum patuh prokes, malah ada yang dengan sengaja nggak peduli lantaran nggak percaya bahwa Covid-19 itu nyata. Hadeuuuh…
Kabar-kabarnya, sih, Hogwarts sekarang sudah lebih ramah terhadap muggle seperti kita-kita ini. Cara ke sananya pun mudah, nggak perlu banyak mengurus surat izin yang ribet. Jadi gimana, tertarik pindah ke Hogwarts?
BACA JUGA Sitkom Indonesia yang Harusnya Dibikin Lagi Sessionnya di Masa Pandemi dan tulisan Muhamad Faqih Taqiyudin lainnya.