Sebagai bagian dari generasi 90-an, saya tumbuh dengan menonton deretan film-film James Bond yang sering ditayangkan TV. Film-film James Bond ini sering saya tonton dengan Ayah meskipun sering kali terjadi kecanggungan saat nonton, terutama jika ada adegan dewasanya. Saya sering pura-pura ke toilet saat tengah nonton James Bond meski terakhir kali nonton bareng dengan Ayah usia saya sudah menginjak 25 tahun lebih. Hahaha. Entah kenapa, tapi teman saya yang sudah menikah dan punya anak pun bercerita hal yang serupa pada saya.
Bagi saya, James Bond itu idola banget walau blio adalah contoh agen rahasia yang sembrono jika dibandingkan dengan Jason Bourne, agen rahasia fiksi terbaik yang pernah ada. Soalnya blio sering ngumbar identitas seenak jidatnya dengan tagline, “Bond. James Bond.”
Bond juga orang yang nggak pernah mau taat pada aturan, baik aturan hukum, agama, maupun aturan moral masyarakat. Hal ini kelihatan jelas, coba tengok salah satu filmnya yang berjudul License to Kill yang menceritakan agen rahasia seperti dia memang secara hukum diperbolehkan membunuh orang lain demi menyelesaikan pekerjaannya. Kalau blio salah pun, atasannya yang bernama M selalu berusaha melindungi lantaran Bond adalah salah satu agen rahasia MI6 terbaik, sih.
Boleh dibilang Bond adalah pribadi yang menyenangkan layaknya kesatria templar dari abad pertengahan. Nggak hanya kuat secara fisik, hatinya juga baik pada rakyat jelata. Bond juga diceritakan sering melawan kesewenang-wenangan dengan membasmi para pemimpin diktator di negara lain yang sering menzalimi rakyatnya. Meski faktanya, negaranya sendiri jauh lebih jahat dibandingkan pemimpin-pemimpin negara lain yang kerap kali dibasmi oleh Bond.
Selain itu, Bond adalah simbol maskulinitas pria ideal yang nggak bisa didapatkan oleh sebagian besar pria di seluruh dunia, termasuk saya. Wajah yang tampan, punya uang banyak, sering mengendarai mobil-mobil mahal, berpetualang ke seluruh penjuru dunia, jago berkelahi, serta dekat dengan banyak wanita di manapun dia berada. Caranya memperlakukan wanita begitu istimewa, dan caranya melindungi wanita betul-betul maskulin banget. Yah, walau ini cuma buah pemikiran Ian Fleming saja yang merepresentasikan bagaimana cara berpikir laki-laki di seluruh dunia yang berfantasi untuk hidup di kehidupan yang betul-betul berbeda dengan hidup yang kita alami yang cenderung monoton dan membosankan.
Saya rasa alasan lain Bond bisa begitu digemari adalah berkat orang-orang di balik layar yang mampu meracik musik yang memanjakan telinga, memilih aktor yang pas, serta penulisan skenario yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Sejak film pertamanya yang berjudul Dr. No (1962), James Bond betul-betul merepresentasikan konflik sosial dan konflik politik saat itu. Mulai dari Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Rusia, Perang Korea, Perang Vietnam, konflik Amerika dan Cuba, dan konflik sosial dan politik lainnya.
Bukan cuma skenarionya, setiap aktor yang memerankan James Bond pun betul-betul dipilih dengan sangat pas. Sean Connery sebagai aktor pertama yang memerankan James Bond dengan sempurna. Namun penerusnya, Roger Moore, membawa Bond versi baru yang sesuai dengan representasi tahun 70-an. Lalu Timothy Dalton yang berusaha menjadi Bond yang berbanding terbalik dengan Bond yang diperankan oleh Sean Connery. Saat franchise James Bond mulai pudar, Pierce Brosnan dipilih untuk mengenalkan Bond pada generasi 90-an melalui karismanya yang betul-betul pas. Terakhir, muncul Daniel Craig yang berusaha menjadi Bond paling humanis dibandingkan yang sudah diperankan selama ini yang betul-betul ditampilkan bak manusia sempurna tanpa cela.
Dan terakhir, nilai jual James Bond selama lebih dari 50 tahun ini bukan saja adegan baku hantamnya, melainkan juga mobil mewah yang kerap kali digunakan, pesonanya ketika meracik minuman keras favorit, gaya analisa James Bond saat berjudi di pos ronda, eh, maksud saya di casino, dan wanita cantik yang sering disebut “Bond Girl” di setiap filmnya yang merupakan selebriti top pada setiap zamannya.
Itu saja saya pikir. Kalau mau nonton film spionase paling realistis yang mending nonton Jason Bourne dan Red Sparrow saja, sih. Atau tukang bakso yang bawa HT yang nggak ada keren-kerennya sama sekali, jauh banget sama sosok James Bond mah. Soalnya Bond ini cuma bentuk representasi dari fantasi liar dan ego laki-laki saja yang pengin jadi pria tampan, kaya, atletis, karismatik, jago berkelahi, penindas kesewenang-wenangan, dan dekat dengan banyak wanita, termasuk saya.
Sumber Gambar: YouTube FilmSelect Trailer
BACA JUGA Sebaiknya ‘Fast and Furious’ Dirampungkan saja, Ketimbang Makin Ngaco dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.