Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alasan Historis, Logis, dan Klinis di Balik Kecintaan pada Momen Ambyar

Adi Sutakwa oleh Adi Sutakwa
21 November 2020
A A
Alasan Historis, Logis, dan Klinis di Balik Kecintaan Pada Momen Ambyar terminal mojok.co

Alasan Historis, Logis, dan Klinis di Balik Kecintaan Pada Momen Ambyar terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak ada yang lebih paradoksal ketimbang kecintaan masyarakat Indonesia pada rasa sakit, pada momen ambyar. Hal ini bisa diamati dari viralnya lagu-lagu almarhum Didi Kempot selama tiga atau empat tahun terakhir. Lagu patah hati yang bikin perasaan ambyar, bahkan bisa digubah lebih meriah oleh Via Vallen dan musisi dangdut koplo lainnya. Dimodifikasi menjadi hentakan nada yang secara tak terduga mendamaikan logat kental abangan Jawa Timuran dengan kearifan lokal kuliner Sunda, cendol dawet.

Pesta perayaan rasa sakit lewat lagu-lagu the Godfather of Broken Heart bahkan telah melintas batas tinggi dinding elit akademisi, konser ambyar ramai didatangi para milenial. Hal yang lebih mengejutkan lagi, diselenggarakan di lapangan terbuka dalam area kampus-kampus ternama. Music pop, jazz, dan indie sementara mundur teratur.

Selebrasi patah hati sebenarnya juga disuarakan Pamungkas lewat lagu “Break It”

Go on and take my heart and break it
because i miss being in love before i watch it all slowly fall apart

Tapi, ya musisi jamet ibukota masih terlihat malu-malu mengekpresikannya. Klimaksnya justru ditandai dengan lahirnya musisi lokal seperti Denny Caknan, Guyon Waton, sampai Hendra Kumbara yang lagunya ditonton ratusan juta kali lewat platform YouTube.

Kecintaan rakyat Indonesia kepada rasa sakit dan momen ambyar ini agaknya telah terpupuk sejak lama. Dendam pada kejahatan yang tiada tertahan melandasi kebrutalan tanpa ampun. Cultuurstelsel (tanam paksa), romusha (kerja rodi), pembantaian santri dan ulama, pemberantasan PKI dan mereka yang ikut tertuduh, reformasi dan penjarahan etnis 1998, Poso, Aceh, dan Papua jadi justifikasi historis yang tak terlupakan.

Semua kenangan patah hati itu seolah tidak ada juntrungannya, telah mengapur, memutih, dan mengeras bersama tulang badan. Rindu dendam pada segala kekacauan masa lalu sering kali tertumpah pada unjuk rasa yang berdarah-darah. Kericuhan dan perusakan fasum yang entah  dilakukan oleh massa atau oknum. Lalu bukti puncaknya adalah pembakaran pada Zoya si “pencuri” amplifier tiga tahun lalu, pembakaran Polsek Ciracas tiga bulan lalu, dan tak terhitung lagi berita ritual main hakim sendiri hingga hari ini.

Rasa sakit masyarakat kita memang universal, tidak terbatas perihal lagu dan memori buruk sejarah. Kalau mau jujur, dalam urusan kulineran, masyarakat kita juga telah terbiasa pada rasa sakit. Lihat saja betapa menjamurnya warung ayam geprek selama beberapa tahun terakhir. Kegemaran masyarakat pada makanan dengan citarasa pedas membuktikan betapa cintanya kita semua pada rasa sakit. Kok bisa?

Baca Juga:

Membayangkan Film “Ada Apa dengan Cinta” Tidak Pernah Ada

5 Istilah Seputar Percintaan Gen Z yang Perlu Diketahui Generasi Lain

Begini, penjelasan saya sebagai orang pangan. Barangkali hanya di Indonesia, pedas telah lazim dikenal sebagai salah satu rasa, sejajar dengan manis, pahit, asam, dan asin.  Padahal secara logis dan teoretis serta melalui berbagai penelitian akademis, telah dibuktikan bahwa pedas bukanlah rasa. Bahkan secara klinis, pedas disebut sebagai respons iritasi tubuh terhadap makanan yang mengandung capsaicin. Nah lho, apalagi itu?

Capsaicin secara sederhana dapat dijelaskan sebagai senyawa aktif yang pada umumnya berasal dari cabai atau genus tanaman capsicum. Senyawa ini tepatnya ada di bagian selaput putih sekitar biji atau bagian dalam cabai. Jadi, sebenarnya secara literal yang bikin cabai pedas itu bukan bijinya, tetapi justru bagian dalam kulitnya.

Ketika dikonsumsi, molekul capsaicin yang telah bercampur baur dalam adonan sambal kemudian bereaksi dengan reseptor saraf yang disebut TrV1 dalam mulut sehingga menimbulkan sensasi panas dan terbakar. Bahkan melalui penelitian hewan coba telah dibuktikan sifat racun capsaicin dari lethal dose atau dosis mematikan yang diberikan pada tikus, sekitar 50 miligram per kilogram berat badan tikus.

Oleh karena itu, di negara-negara barat, capsaicin biasanya diekstrak dan digunakan sebagai bahan dasar peper spray untuk menyemprot mata para pelaku kejahatan dan laki-laki mesum di tempat umum. Di Indonesia, lebih populer jadi produk tabur Bon Cabe yang dicampur dengan makanan apa pun. Katanya biar praktis dan otomatis bisa makan pedas dimana pun.

Uniknya, tidak seperti kopi atau rokok yang memiliki efek adiksi, capsaicin tidak mengandung pengaruh ketagihan sedikitpun. Toh tetap saja sajian dan hidangan pedas dirayakan dengan gegap gempita, bahkan dua tahun lalu pernah digelar Festival Kuliner Pedas di Semarang. Maka satu-satunya kemungkinan yang masuk akal untuk menjelaskan teka-teki kontradiksi rasa sakit dan momen ambyar ini hanyalah cinta. Iya, kita semua terlalu mencintai rasa sakit.

Bangsa ini lebih tergerak oleh pengalaman buruk, kemelaratan, blusukan, nyemplung comberan kampung, dan penggusuran. Segala ketidakberuntungan itu menjadi trigger semangat dan tekad maha kuat dengan dalih bertahan hidup, berbuat lebih baik, dan mencapai tujuan. Melalui lagu-lagu dengan latar belakang momen ambyar, pengeroyokan sepihak, dan makanan pedas, secara sadar kita telah mencari dan menikmati pengalaman negatif, dendam, dan rasa sakit.

Oleh karena itu, saya rekomendasikan kepada calon bupati, gubernur, dan presiden pada pemilihan umum selanjutnya agar menyiapkan atribut kampanye berupa stand ayam geprek gratis. Jangan lupa pula gelar konser-konser kampanye mega fantastis dengan ratusan lagu patah hati seperti, “mbiyen aku jik wegah, suwe-suwe betah… sak kabehane wis tak turuti, tapi malah mblenjani”. Tentu dengan tetap mengedepankan pesan moral untuk selalu legowo dan ikhlas atas apa pun kesewenang-wenangan doi pasca terpilih nanti. Salam sobat ambyar, Lur!

BACA JUGA Menantikan Mi Instan Limited Edition dengan Varian Rasa yang Tak Terbayangkan dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2020 oleh

Tags: ambyarCinta
Adi Sutakwa

Adi Sutakwa

Kelas pekerja dari Pemalang yang menghabiskan separuh hidupnya sebagai perantau di Solo, Jogja, Jakarta, dan Serang. Kritis pada isu pangan, industri, pendidikan, politik, sepakbola, seni, hingga animanga.

ArtikelTerkait

Membayangkan Film “Ada Apa dengan Cinta” Tidak Pernah Ada (Pexels)

Membayangkan Film “Ada Apa dengan Cinta” Tidak Pernah Ada

27 Februari 2025
curhat jomblo pacaran cerita cinta mahasiswa pasangan mojok.co

Jomblo Sering Jadi Tempat Curhat Orang Pacaran karena 4 Alasan Ini

23 Mei 2020
Love, Explained oleh Disya Arinda: Jawaban dari Kegalauanmu soal Cinta

Love, Explained oleh Disya Arinda: Jawaban dari Kegalauanmu Soal Cinta

Romantisme Hollywood Memfasilitasi Kecintaan Kita pada Badboy dan Fakboi terminal mojok.co

Seandainya Saya Jadi Sinta dalam Kisah Ramayana

31 Maret 2020
flanella

Panduan Menjadi Seorang Pelarian yang Baik

30 Mei 2021
Kisah Cewek Selandia Baru Kecantol Lelaki Badui sigit susanto terminal mojok.co

Kisah Cewek Selandia Baru Kecantol Lelaki Badui

21 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.