Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alangkah Baiknya Jika Pemerintah Kita Belajar dari Warga Ciraos Bernama Idoy

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
10 April 2020
A A
sinetron dunia terbalik tokohyang nyampah dudung ujang juni mojok.co

sinetron dunia terbalik tokoh yang nyampah dudung ujang juni mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Beruntungnya sinetron Dunia Terbalik masih tetap tayang di tengah anjuran agar di rumah saja, meskipun yang tayang bukan episode-episode terbaru. Mungkin pihak televisinya patuh sama anjuran pemerintah. Banyak pelajaran yang bisa dipetik lewat sinetron ini. Apalagi setting dan jalan ceritanya disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekarang. Iklim masyarakat yang suka gosip; diskursus pekerjaan laki-laki dan perempuan; sampai soal kepemimpinan. Setiap tokoh dalam sinetron ini punya karakter unik. Salah satu yang paling langka adalah tokoh Idoy.

Saya yakin, semua penikmat Dunia Terbalik kenal dia. Sosok ini digambarkan mlehoy alias nggak nyambung kalau diajak bicara. Jika Haji Bolot itu pura-pura tuli saat melawak, Idoy berbeda. Dia denger kalau orang lagi ngomong, tapi nggak nyambung. Orang lain bicara apa, dia nangkepnya apa. Idoy juga gampang lupa. Baru dua menit langsung lupa apa yang barusan dibicarakan.

Menyaksikan dan menerka-nerka, ditambah melakukan pengamatan ala kadarnya, plus perenungan yang dalam, saya mulai berpikir pemerintah kita sama seperti Idoy. Bedanya dikit doang: pemerintah bertanggung jawab sama rakyat, Idoy tanggung jawabnya pada sutradara.

Kalau Idoy disuruh orang lain melakukan sesuatu mesti mengerti dan paham, cuman tak lengkap memahaminya. Alhasil dalam praktiknya tak sesuai apa yang diinginkan. Misalnya saat Idoy datang ke rumah Akum, sahabat baiknya. Ia ke rumah Akum dengan mengendarai motornya. Kemudian Akum dan Idoy hendak ke rumah Pak Ustaz. Akum menyuruh Idoy untuk bergegas naik motor. Tapi, apa yang terjadi? Justru ia malah naik ke motornya Akum. Padahal maksudnya adalah agar Idoy naik ke motornya sendiri.

Cerita lain saat Idoy hendak menikahi Zaenab. Seluruh warga Ciraos berduyun-duyun datang ke rumahnya. Mereka semua mengira Idoy sudah siap-siap dan tinggal berangkat. Eh, ternyata Idoy malah nyuci baju. Nah, pemerintah kita pun seperti itu perilakunya.

Ketika rakyat menuntutnya apa, tapi yang dikabulkan berbeda dari apa yang dituntutkan. Rakyat menanti kebijakan efektif pemerintah buat menanggulangi virus corona, tetapi justru kebijakan-kebijakan aneh yang dicanangkan. Termasuk darurat sipil, kendati belum resmi diterapkan.

Itu baru contoh saat ini. Kemarin-kemarin negara kita sering sekali mlehoy macam Idoy. Pas demo #ReformasiDikorupsi tahun lalu, pemerintah diminta batalin RUU KPK dan ngesahin RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Ya akhirnya memang dilakukan, tapi kebalik: RUU PKS yang ngendon jadi draf, RUU KPK-nya malah disahkan. DPR juga, biasanya sama rakyat disuruh kerja cepat dan tangkas, tapi dianya melempem dan alon-alon kelakon. Sekarang pas disuruh kerja di rumah dan melakukan social distancing, eh malah ngebut ngebahas RUU KUHP yang disebelin banyak orang.

Namun, antara Idoy dan pemerintah/negara memiliki perbedaan lumayan mencolok. Idoy meskipun menderita afasia, ia masih mau mendengarkan kembali. Untuk kemudian memahami ulang dan mempraktikkannya. Sementara pemerintah sama sekali tidak. Justru cenderung tutup kuping saat sudah meneken kebijakan ngawur.

Baca Juga:

Pemerintah Bangkalan Madura Nggak Paham Prioritas, Memilih Sibuk Bikin Ikon Pendidikan daripada Perbaiki Kualitas Pendidikan

5 Cara Legal Boikot Pemerintah yang Ugal-ugalan

Setiap manusia mempunyai tiga pola belajar atau media komunikasi otak. Yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (gerakan atau sentuhan). Idoy memerlukan ketiganya dalam memahami suatu informasi.

Idoy mendapatkan informasi pertama dari auditori, tapi ia tak langsung paham. Kemudian lawan bicaranya—paling sering Akum—melakukan sedikit gerakan seperti menunjuk-nunjuk. Dan Idoy bisa melihat gerakan itu, baru deh paham. Nah, kalau pemerintah kita gimana?

Mari coba kita cocokologikan analogikan. Rakyat telah melakukan upaya kinestetik, dengan mengusung demo. Rakyat bejibun di jalan-jalan, meminta agar pemerintah segera menjalankan kebijakan yang tak merugikan rakyat. Sahkan RUU yang ini, batalkan RUU yang itu. Tapi ternyata belum berhasil juga.

Selanjutnya rakyat mengusung suara-suaranya melalui pelbagai media. Media sosial lah, media massa lah. Seharusnya pemerintah sampai sini udah paham. Apalagi suara di Twitter, beuh, nyaring bener. Eh, tetap belum berhasil.

Pemerintah ketika nggak paham-paham mestinya pakai cara terakhir dong. Harapannya cuma mengandalkan pola komunikasi visual alias dengan melihat. Itu pun jika mereka punya “mata”. Sayangnya kan… ya gitu deh.

Pemerintah, segeralah nonton Dunia Terbalik. Bisa nonton bareng-bareng di Istana. Atau mungkin bisa di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi. Dengar-dengar Pak Luhut orangnya baik hati. Jadi, mana mungkin dia mau melarang Kabinet Indonesia Maju, plus perwakilan DPR RI, nobar sinetron Dunia Terbalik di kantornya. Bisa sekalian belajar bagaimana Idoy memahami dan melaksanakan setiap perintah temannya.

BACA JUGA Menghitung Kekayaan Ustaz Kemed: Sang Pemimpin Besar Ciraos dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: ciraosDunia Terbalikidoypemerintah
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

kebocoran data NIK Jokowi pejabat data pejabat mojok

Kebocoran Data yang Kembali Terulang: Sebenarnya, bagi Pemerintah, Data Warganya Itu Penting Nggak sih?

18 Juli 2023
Lomba Desa: Kegiatan Nggak Penting yang Bikin Repot Warga

Lomba Desa: Kegiatan Nggak Penting yang Bikin Repot Warga

18 Oktober 2022
Harga Cabai Hari Ini Melonjak, Saatnya Kita Berontak

Harga Cabai Hari Ini Melonjak, Saatnya Kita Berontak

6 Juli 2022
Harga BBM Bakal Naik: Pemerintah Digaji untuk Asal Pangkas Subsidi

Harga BBM Bakal Naik: Pemerintah Digaji untuk Asal Pangkas Subsidi

23 Agustus 2022
Menghitung Kekayaan Ustaz Kemed: Sang Pemimpin Besar Ciraos

Menghitung Kekayaan Ustaz Kemed: Sang Pemimpin Besar Ciraos

27 Maret 2020
petani cabai harga cabai meroket terminal mojok

Petani Cabai: Pas Murah Dilupakan, Pas Mahal Disumpahin

25 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.