Kita tahu bahwa saat ini Indoenesia sedang tidak baik-baik saja. Walaupun dirasa memang sudah tidak baik-baik saja sejak dikandung badan. Tapi kali ini, suasana lebih tidak kondusif. Tak lama setelah RUU KPK kali ini DPR mengulah kembali dengan RUU KUHP yah, pasal-pasal yang dibuat membuat masyarakat geram.
RUU KPK sudah membuat geram beberapa hari lalu dimana revisi undang-undang ini dianggap sebagai pelemahan KPK sebagai penyelidik kasus-kasus korupsi. Usulan poin-poin yang dibuat oleh para dewan dewan pengkhianat perwakilan rakyat ini kok malah memudahkan para tikus-tikus itu. Oh apa sebagai tameng ya pak bu kan dengar kabar burung, tikus yang di dapat emang dari tempat para bapak ibu dewan.
Nah ko disahkan saja itu lo dan sekarang bikin kerjaan soal RUU KHUP dengan pasal-pasal yang kontroversial tersebut. Beberapa tuntutan sekaligus dan penolakan poin-poin membuat masyarakat khususnya mahasiswa akhirnya mau gak mau harus turun. Benarlah dua hari ini sudah terjadi demonstrasi mahasiswa seluruh Indonesia ke gedung DPR di Senayan, Jakarta.
Beberapa wakil mahasiswa selaku presbem dari beberapa Universitas itu telah diterima oleh beberapa dewan dan menyatakan mosi tidak percayanya pada anggota DPR. Demonstrasi pun sebenarnya tak hanya berada di gedung DPR pusat Jakarta tapi juga para mahasiswa di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Aksi demonstrasi ini pun memunculkan beberapa desas-desus bahwa mahasiswa ditunggai oleh kepentingan politik, mengganggu jalannya pelantikan Presiden dan lain sebagainya. Betul pak bu, kami ditunggangi, ditunggangi oleh kepentingan rakyat. Demonstrasi di berbagai daerah maupun di gedung DPR mulai memanas dan menimbulkan beberapa konflik oleh aparat dan demonstran.
Beberapa di antaranya timbul aksi anarkis yang terjadi demonstran mulai tak kondusif dan ricuh. Sebenarnya, sangat disayangkan hal ini. Aparat pun bertindak represif dan yang terjadi saling panas dan saling beradu. Tak sedikit yang terluka akibat demonstrasi ini. fasilitas umum pun menjadi rusak dan tumbang. Beberapa kondisi arus lalu lintas tersendat kondisi pun menjadi tak stabil.
Awal ricuh pun berawal dari aparat menembak gas air mata kepada para demonstran yang dibalas dengan para demonstran yang merusak mobil aparat. Dan terjadilah semakin ricuh. Sebenarnya gampang kok pak kalau misal si bapak selaku ketua DPR RI menyempatkan waktunya sejenak untuk bertemu demonstran saya kira jika seperti itu kericuhan tak akan separah ini.
Separah ini sampai mengganggu ketentraman publik. Ini ya bukan salah sepenuhnya para demonstran juga. Saya kira para bapak-bapak dewan yang terlalu bersemangat menegakkan UU KHUP ini, coba biasa aja tanpa revisi kan adem tentrem. Kerja tidur, bangun-bangun nyari kerjaan ngerancang undang-undang yang dirasa terlalu terburu-buru dan segera disahkan. Kalau saja, jika ada sosialisasi lebih dalam lagi mungkin tak akan terjadi seperti ini.
Untuk para demonstran semoga selalu dalam kedamaian, suarakan aspirasi rakyat tapi tahu aturan publik. Diusahakan tidak merusak fasilitas publik juga. Kita yang katanya melawan habis-habisan ini dengan demo kemana-mana atas nama rakyat tapi tak tahu aturan malah jadi boomerang ke diri kita sendiri.
Hindari provokosi dengan embel-embel menurunkan Presiden. Mau kilas balik 98? Buat momen turunkan Presiden juga? Jangan deh nanti jadi tragedi lagi. 98 aja belum tuntas dan ketemu siapa aja yang ilang lah kok mau ditambah. Sudah, jangan lur. Itu cuma provokasi
Para demonstran yang sengaja merusak beberapa aset warga tanpa pertanggung jawaban. Dimohon buat bertanggung jawab atas perbuatannya. Semoga para demonstran dapat mengerti dan memahami. ‘Aksi boleh,anarkis jangan’ ini berlaku tak hanya bagi para mahasiswa atau demonstran ya, buat bapak aparat juga yang beberapa tersulut emosi dan menimbulkan aksi anarkis juga. Ujian reformasi ini emang berat lur. Melawan bangsa sendiri.
Untuk aparat yang secara tak langsung ikut dalam atmosfer anarkis tolong dikurangi sikap represifnya pak. Bahkan sampai menimbulkan korban karena beberapa aparat yang tersulut emosi pada mahasiswa.
Saya tahu betul, aparat juga manusia. Punya rasa emosi dan gampang juga tersulut emosi. Tapi, mohon dengan sangat pak dikendalikan emosi yang malah jadi makin bertambahnya korban. Tak hanya demonstrasi baru-baru ini. Untuk demonstrasi selanjutnya diharapkan tak terjadi korban aparat yang tersulut emosi. Bukankah aparat bertugas melindungi dan mengayomi? Bukan menggebuki kan.
Sekarang RUU KUHP sedang ditunda, bukan ditolak. Kami para masyarakat yang tidak mendukung beberapa pasal dan menuntut beberapa tuntutan seperti karhutla dan kasus papua ini pun berharap dengan adanya aksi ini dapat merubah keputusan para elite politik dan pemerintah tentunya.
Kami rakyat cilik sudah susah, dengan adanya suasana tak kondusif gara-gara RUU KPK dan RUU KHUP yang dibuat-buat pak dewan malah makin sumpek pak. Jalanan macet dengan demonstran, keamanan jadi kurang, hati pun tak tentram. Dewan Perwakilan Rakyat pak, bukan pengkhianat rakyat lo. Mbok ya sing ngerti. (*)
BACA JUGA Kumpulan Kisah UwU di Balik Aksi Mahasiswa di Jakarta atau tulisan Soffya Ranti lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.