Anggaran puluhan miliar cuma buat merusak lingkungan
Mari bersepakat bahwa proyek pembangunan jembatan yang menabrak Air Terjun Kedung Kandang adalah kesalahan fatal. Bukan hanya abai dengan kelestarian lingkungan, pemerintah juga gagal membangun komunikasi yang baik dengan warga sekitar. Terbukti dari banyaknya keinginan warga Gunungkidul yang seringkali terabaikan.
“Loh, membangun jembatan kan penting? Harusnya nggak apa-apa dong mengorbankan Air Terjun Kedung Kandang demi kemaslahatan umat? Toh, nanti bisa jadi destinasi wisata baru dan menyejahterakan warga lokal?”
Pertanyaan primitif itu sering dilempar ke permukaan oleh penguasa sebagai pembenaran atas kebijakan problematiknya itu. Yang mana kalimat “kemaslahatan umat dan menyejahterakan warlok” selalu menjadi senjata untuk menyembunyikan “agenda sebenarnya”. Mohon maaf, kami sudah kenyang dengan atraksi semacam itu. Narasi ini tak lebih cuma sekedar dongeng untuk “meninabobokan” warga biar bangun kesiangan.
Lagian, ya, kami warga Gunungkidul, selama ini nggak pernah tahu tuh anggaran puluhan miliar itu dipakai untuk apa saja. Coba, mana rincian daftar belanja proyek pembangunan itu, Pak, Bu pejabat? Sekali-kali boleh lah di-share di Instagram…
Jembatan gagah menawan, tapi nasib warga (semakin) kelimpungan
Buat para pemangku kekuasaan sebaiknya berhenti ndhobosi warga pakai narasi-narasi klasik “demi kesejahteraan” kayak gitu. Kalau benar-benar pengin mengutamakan kepentingan bersama dan menjamin kehidupan layak untuk masa depan anak-cucu nanti, harusnya Air Terjun Kedung Kandang itu sekarang masih utuh dan alami. Faktanya, kekayaan alam Gunungkidul itu berakhir menyedihkan. Remuk ra karuan!
Bukankah hal ini semakin menegaskan bahwa kepentingan warga bukan prioritas utama?
Ironi memang. Saat gedung DPRD Gunungkidul semakin kokoh tinggi menjulang, taman-taman kota dibangun, resort menjamur di mana-mana, tapi masih banyak rumah warga di dusun-dusun terpencil yang hampir ambruk. Bukannya untuk meringankan beban warga, anggaran miliaran rupiah itu justru cuma dihambur-hamburkan menjadi comberan.
Semua akibat kebijakan ambisius yang tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang dari hancurnya keindahan alam di Gunungkidul. Sialan.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jogja Istimewa, Gunungkidul Merana.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















