Kalau ngomongin Anya Geraldine, apa yang terlintas di pikiran Anda? Apakah terbayang fisiknya yang aduhai atau kehebohan berita soal style Anya saat menghadiri resepsi pernikahan Chelsea Islan? Yah, kalau buat saya, masih tetap lebih menggoda AI. Kok bisa begitu?
Oke, apa saja bayangkan Anda mengenai sosok Anya Geraldine itu bukan tempat saya untuk mengkritik atau meluruskan Namun, saya ingin memberitahukan Anda soal info terkini yang lebih hot dibandingkan dengan pose Anya Geraldine saat cosplay menjadi Mystique pada Halloween yang lalu. Yaitu, tentang si seksi AI yang belakangan ini sedang naik daun dan menjadi perbincangan.
Si seksi AI
AI atau Artificial Intelligence adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Misalnya memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, atau mengambil tindakan.
AI dapat digunakan dalam berbagai bidang. Contohnya di dunia pemasaran, perdagangan, atau bahkan kesehatan. AI juga dapat digunakan untuk mengembangkan sistem yang dapat belajar dan mengadaptasi secara otomatis, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keefektifannya dari waktu ke waktu. Anya Geraldine nggak bisa kayak gitu kayaknya. CMIIW.
Belakangan ini, saya menjumpai keramaian para kreator konten di beberapa media sosial membahas mengenai chatGPT. Ini adalah salah satu AI yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang meneliti dan mengembangkan AI yang bernama OpenAI.
ChatGPT menjadi viral karena kemampuannya untuk menjawab setiap pertanyaan dan juga memecahkan permasalahan yang diajukan oleh pengguna. Beberapa pertanyaan dan permasalahan yang diajukan oleh para pengguna yang saya temukan di media sosial adalah mengenai kode dan bahasa pemrograman, pertanyaan-pertanyaan umum, bahkan menjelaskan mengenai maksud dari sebuah kode pemrograman ke dalam bahasa sederhana yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat umum. Anya Geraldine bisa kayak gitu? Ahh dasar saya yang terlalu halu.
Sangat mudah digunakan
Cara penggunaan juga cukup sederhana hanya dengan mengetik apa yang ingin kita ketahui pada kolom chat yang tersedia, tunggu beberapa saat, dan balasan dari AI pun muncul di layar Anda. Andai Anya Geraldine bisa kayak gitu.
Belakangan ini, saya pun sedang asik PDKT dengan AI yang mampu mengubah teks menjadi sebuah gambar atau istilahnya text to image. Beberapa penyedia layanan text to image yang sempat saya jajal kemampuannya diantaranya Nightcafe, Midjourney, DALLE mini dari Huggingface, dan Enterpix.
Awalnya saya iseng nyobain, lama-lama kok asik juga ya. Saya yang nggak ada latar belakang desain grafis atau seni bisa “menghasilkan” karya digital yang sangat keren (menurut saya) hanya bermodalkan kata-kata. Ya walaupun nggak semua percobaan saya menghasilkan gambar sesuai keinginan. Ada yang hasilnya memuaskan dan ada juga yang sangat mengecewakan.
Hanya dengan mengetik detail gambar yang saya inginkan, AI memberikan hasil gambar berupa orang, pemandangan, hewan, interior, bahkan makanan dengan sangat detail bahkan mendekati aslinya. Seolah-olah gambar tersebut diambil dengan menggunakan kamera atau dihasilkan dari skill photoshop yang sangat mumpuni. Ah, Mbak Anya Geraldine geser dulu, deh.
Sempat mencoba banyak mesin
Beberapa tahun yang lalu saya juga sempat dekat dengan AI yang mampu mengubah tulisan menjadi suara atau text to speech. Sangat menakjubkan, dengan mengetikkan kata, kalimat dan bahkan paragraph, ia mampu menghasilkan suara yang mendekati bahkan menyerupai suara asli manusia lengkap dengan aksen dari daerah tertentu berdasarkan pilihan pengguna.
Dari pengalaman coba-coba AI satu dengan yang lain, saya membayangkan tak lama lagi pekerjaan para profesional akan digantikan oleh mesin. Dari contoh di atas aja pekerjaan dengan keahlian tertentu seperti programmer, digital artist atau illustrator, artis voice over, atau dubber sudah mampu dilakukan oleh AI.
Bayangkan, jika Anda selaku konsumen yang membutuhkan jasa-jasa tersebut mana yang akan Anda pilih? Menggunakan jasa para profesional dengan bayaran yang tinggi atau jasa AI yang biayanya lebih murah bahkan ada yang gratis.
Cuan di depan mata
Atau Anda seorang yang jeli melihat peluang cuan di depan mata? Anda dapat menawarkan jasa programmer, desain, atau voice over kepada mereka yang membutuhkan dengan menarik bayaran yang “sesuai” lalu menyerahkan pekerjaan tersebut kepada mesin yang membutuhkan biaya lebih sedikit.
Sebagai seorang dengan profesi yang “terancam” tersaingi atau bahkan tergantikan oleh AI, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan tetap di posisi Anda sekarang dengan anggapan bahwa “itu semua nggak akan mungkin terjadi?” atau Anda akan meningkatkan skill ke level yang lebih tinggi? Atau malah Anda akan memanfaatkannya sebagai salah satu senjata untuk memenangkan persaingan?
Siapa saja Anda saat ini dan apa saja pilihan Anda nantinya, Anda tidak akan bisa lepas dari godaan si seksi AI. Jadi, lebih menggoda mana, Neng AI atau Mbak Anya Geraldine?
Penulis: I Wayan Eka Dharma Saputra
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Anya Geraldine Bukannya Norak, Justru Cerdas Melihat Peluang