Beberapa waktu yang lalu, dunia maya kembali bergolak. Keriuhan netizen ini muncul sebelum iklan Rabbani yang sedang hangat digunjingkan. Bukan karena adanya video mesum yang beredar. Tapi bukan pula karena Ria Ricis yang katanya pamit dari YouTube dan ternyata hanya mbelgedes semata!
Pagi itu, beranda media sosial saya dipenuhi dengan komentar dan repost tentang adanya lomba meme yang diadakan oleh Kemdikbud. Walah, drama apalagi di pagi hari. Urusan zonasi saja masih belum beres, kok sudah ada drama yang lain. Bisa-bisa ini malah jadi sinetron stripping kalo tiap hari ada drama.
Lomba meme, begitulah kiranya judul yang disematkan. Sebetulnya lomba ini merupakan bagian dari Festival Literasi Siswa tahun 2019. Sebenarnya sih gak cuma lomba meme saja yang diadakan. Ada pula lomba cerpen, cipta syair, dan komik. Pokoknya sangat kental dengan dunia literasi lah. Sebuah angin segar dan harapan bagi tumbuhnya literasi negeri. Tahu sendirilah kita masih tertinggal jauh di bidang literasi.
Saya pribadi mengapresiasi adanya lomba meme. Gilakk..lomba meme ini sebuah terobosan yang sangat luar biasa dan di out of the box. Pasti butuh waktu yang sangat lama untuk menelurkan ide ini. Meme yang selama ini banyak bertaburan di media sosial dijadikan sebuah lomba. Sungguh brilian pencetusnya. Pesertanya pun mendapatkan hadiah berupa medali emas, perak dan perunggu. Kurang meriah apa coba? Tentunya, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas sudah bekerja keras demi lomba ini.
Ketika saya menyambangi laman lomba ini, Kemdikbud memiliki tujuan sangat mulia. Para pencetus ide lomba ini mengharapkan agar siswa SMA mampu meningkat daya kreativitasnya dan juga mampu bersiang di abad 21. Selain itu, dengan adanya lomba ini diharapkan siswa mampu memberikan solusi atas permasalahan yang ada.
Lebih lanjut menurut saya, lomba ini sebenarnya sangat positif. Terkait dengan tujuan yang sudah disampaikan. Kemdikbud memiliki pandangan visioner bagi generasi emas bangsa ini. Mungkin melalui lomba meme ini mereka diharapkan mampu menjadi selebgram, content creator, atau mungkin mewadahi anak-anak SMA yang ingin masuk ke bidang desain. Siapa tau dengan adanya lomba meme ini akan ada olimpiade meme internasional.
Jika setelah ide lomba meme ini meledak maka tidak menutup kemungkinan akan dibuatkan ekstrakurikuler atau pun kelompok minat bagi para pembuat meme. Outputnya ya sudah jelas, sekolah atau anak tersebut menjadi viral dan mudah dikenal banyak orang. Sarana promosi yang bagus bukan? Apalagi momennya sekarang pas banget sedang hits-hitsnya industri kreatif.
Namun saya terus mikir lagi, lha tema lombanya saja kok “GombalIndonesian”—edan tenan iki. Jangkrik! Apa nggak ada tema yang lebih seksi? Misalkan kenapa kantin kejujuran di sekolah banyak yang tutup? Anak-anak SMA sejatinya sudah bisa diajak membahas isu yang kekinian dan cukup berat. Mosok setelah 12 tahun diasah kemampuan kognitif, afektif, dan motoriknya diajakin lomba kek gini. Mak plekenyik lur~
Berikut saya coba tampilkan meme yang dibuat oleh salah satu pemenang yhaaa~
“Kamu itu mirip UUD 1945 ya?”
“Kok gitu?”
“Walaupun sering berubah,”
“Tetap dipertahankan.”
Semoga sang pencetus teori meme, Richard Dawkins, ketika membaca tulisan di atas semoga tidak syok. Ini baru salah satu meme saja lho ya. Entah atas dasar apakah meme dengan kelas seperti ini bisa menjadi salah satu pemenang. Silakan nanti browsing sendiri ya, kayak gimana meme lainnya yang dihasilkan oleh mereka.
Memang ketika ngomongin pendidikan di Indonesia ini ngeri-ngeri sedap sih. Temanya saja Festival Literasi Siswa malah bikinnya lomba meme. Literasi itu kan sebenarnya aktivitas membaca dan menulis. Bukan aktivitas untuk kulakan candaan receh, mohon dibedakan ya! Oke deh emang meme itu sebuah gagasan yang perlu disebarluaskan. Tapi ya mbok yang berkualitas dan jangan diberikan batasan waktu mengerjakan hanya 6 jam saja! Situ sehat?
Rasa iba saya muncul kepada para peserta yang ikut di ajang lomba meme tersebut. Apakah benar-benar mereka ingin ikut? Atau terpaksa ikut? Sebenarnya fatal juga jika semua dipandang secara sederhana alias nggampangke. Sebuah kreativitas itu mahal harganya dan tentu melalui proses kreatif yang panjang serta melelahkan bukan kulakan. Makanya content creator yang hebat pun tetap harus melakukan riset dan membaca untuk menghasilkan karya yang memang ciamik.
Ya apa boleh buat, semuanya sudah terjadi—pemenang sudah diputuskan. Toh ya gapapa juga mereka bikin meme, kasian juga tiap hari mereka harus serius menghadapi (baca:menghafal) pelajaran. Sesekali bercanda juga bolehlah. Kan mereka juga sering dibercandain sama para pengambil kebijakan pendidikan di Jakarta sana.
Kalau lain kali ada lomba meme dan hadiahnya gede, jangan lupa saya diajakin ya. Siapa tau kementrian lain mau bikin lomba meme buat pengangguran kayak saya. Heuheuheu…(*)