Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Mungkinkah Mutu Pendidikan Nasional Lebih Baik dengan Ubah Ujian Nasional Jadi Asesmen Nasional?

Imas Maryani oleh Imas Maryani
17 Januari 2021
A A
Mungkinkah Mutu Pendidikan Nasional Lebih Baik dengan Ubah Ujian Nasional Jadi Asesmen Nasional? terminal mojok.co

Mungkinkah Mutu Pendidikan Nasional Lebih Baik dengan Ubah Ujian Nasional Jadi Asesmen Nasional? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pertanyaan ini ada di benak saya dan banyak orang lainnya sebagai penggiat pendidikan. Mungkinkah mutu pendidikan meningkat dengan cara mengganti Ujian Nasional dengan Asesmen Nasional? Kenapa diganti? Mungkinkah ini solusinya? Lantas apa itu Asesmen Nasional?

Kalangan dunia pendidikan harus segera merespons perubahan tersebut. Mereka perlu memahami maksud dan tujuan kebijakan pemerintah ini yang akan segera digulirkan di tahun 2021.

Asesmen Nasional adalah asesmen yang dilakukan dalam skala nasional. Asesmen sendiri memiliki pengertian sama dengan penilaian, yaitu proses untuk memperoleh informasi atau data tentang input, proses, dan output belajar, yang akan dijadikan evaluasi (umpan balik) bagi guru dan sekolah.

Jadi, Asesmen Nasional adalah sebuah proses pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah. Tentu yang dipetakan ini berkaitan mutu proses dan hasil belajar sebagai bagian indikator penilaian kognitif, karakter yang terbangun, layanan pendidikan, dan lingkungan yang support.

Ini berbeda dengan Ujian Nasional yang memiliki orientasi penilaian prestasi belajar pada individu siswa yang berupa angka atau nilai capaian mata pelajaran (IPA, Matematika, Bahasa Indonesia) di tingkat dasar. Sementara Asesmen Nasional berupa mutu atau kualitas belajar di sekolah yang menggambarkan potret keseluruhan sekolah.

Lantas, apakah ini menjadi sesuatu yang membebani dan membingungkan guru? Atau malah menjadi kabar baik bagi guru? Saya sendiri sebagai guru merasa sangat senang dengan perubahan menjadi Asesmen Nasional. Alasannya, minimal anak, orang tua, dan guru tidak tegang dan stress saat menghadapi Ujian Nasional.

Pasti semua orang tua yang memiliki anak akhir jenjang sekolah dan mau ikut Ujian Nasional pernah mengalami fase deg-degan, tidak tenang, khawatir, suka marah-marah ke anak dan tentu saja bikin stress. Belum mencari tempat les dan bimbel untuk anaknya yang membutuhkan biaya mahal.

Dan guru pun di sekolah harus menyiapkan tambahan belajar berupa pemantapan atau pengayaan, les tambahan, serta membuat soal-soal untuk try out. Belum lagi waktu pembelajaran di jam ke-nol maksudnya di jam sebelum jam pelajaran dimulai. Pun pemantapan ini sudah dimulai di awal semester kelas di jenjang terakhir sekolah.

Baca Juga:

Ikut Bimbel buat Membantu Lulus Ujian Nasional Itu Efektif Banget, kok, Asalkan Cuma Itu Tujuannya

Kalau Ujian Nasional Kembali Diadakan, mending Les Aja di Bimbel, Jelas Lebih Masuk Akal ketimbang Sekolah

Sungguh tekanan yang luar biasa, bukan? Maka, dengan adanya Asesmen Nasional ini memberikan harapan bagi siswa, guru, dan orang tua untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar lebih baik di sekolah.

Siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua perlu memahami tujuan dari Asesmen Nasional ini, yakni untuk mendorong guru meningkatkan kompetensi kognitif dasar siswa, pengembangan kompetensi dan karakter siswa, serta memberi gambaran karakteristik esensial sekolah yang efektif dan kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.

Beberapa tahun belakangan ini, saya sudah sangat gelisah dengan rutinitas dan ketegangan menghadapi Ujian Nasional. Ditambah beban stres anak dan orang tua yang menumpuk untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke jenjang sekolah favorit berikutnya.

Sementara itu, apakah nilai-nilai yang tinggi ini dapat menjamin anak-anak sukses, siap menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat, beban hidup yang tinggi di masyarakat, serta gesekan selisih kepentingan di dunia kerja? Harus ada instrumen ujian yang dapat mengukur kematangan emosi, menilai baik buruknya perilaku (karakter), serta prasyarat apa yang dibutuhkan untuk mengukur itu.

Hal ini tentu tidak bisa dijawab dengan Ujian Nasional yang berupa angka mata pelajaran tertentu saja atau selembar Surat Keterangan Hasil Ujian. Persoalan yang kompleks di dunia kerja dan masyarakat menuntut sistem pendidikan yang ada mampu menyiapkan sumber daya manusia yang unggul baik dari sisi mental-spiritual, keterampilan, kompetensi keilmuan, kecerdasan sosial emosi, dan karakter.

Memang betul, sikap dan perilaku siswa yang baik sebagai output dari proses belajar yang baik. Proses belajar yang berkualitas akan mengacu pada character building dan tidak semata-mata membangun pengetahuan. Karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini, seperti contoh anak yang jujur, rendah hati. Alih-alih anak yang sombong, pintar, dan ujungnya menipu serta korupsi. Jelas ini kegagalan. Sistem pendidikan yang ada telah gagal membangun karakter jujur pada diri anak di sekolah.

Bagaimanapun proses belajar yang ada harus mampu mengasah kecerdasan emosi dan sosial anak, sehingga anak mampu mengendalikan emosi dan bergaul dalam masyarakat. Anak adalah bagian dari masyarakat dan nanti akan terjun ke masyarakat.

Seorang siswa yang mau berbagi makanan dengan teman di kelasnya, siswa yang berempati pada temannya yang sakit dan mendapat masalah di sekolah, dan siswa yang meminta maaf ketika melakukan kesalahan pada orang lain. Karakter-karakter ini yang dibutuhkan dalam sistem pendidikan kita. Keren, bukan?

Pembentukan karakter yang baik akan dapat tumbuh baik pada lingkungan belajar suportif. Lingkungan yang memiliki sarana prasarana belajar untuk membentuk kemampuan kognitif dasar. Baik buruknya lingkungan belajar akan berpengaruh signifikan pada proses dan output yang dihasilkan.

Untuk mengukur kemampuan kognitif dasar, karakter anak, serta lingkungan yang suportif adalah tepat jika menggunakan Asesmen Nasional.

Lantas, perlukah panik dan melakukan berbagai persiapan untuk menyongsong Asesmen Nasional? Jelas tidak perlu. Semua berlangsung apa adanya di sekolah dan ada apanya di sekolah. Tidak usah ada persiapan apa pun yang mengada-ada di sekolah.

Catatan penting untuk pemerintah dari penggunaan Asesmen Nasional adalah kepala sekolah, guru, semua perangkat, dan stakeholder pendidikan harus segera mendapat sosialisasi, pelatihan (Bintek), dan implementasi di lapangannya. Data dan hasil dari Asesmen Kompetensi Minimum, survei karakter, maupun survei lingkungan belajar akan bermanfaat bagi guru, kepala sekolah, sekolah, dan dinas pendidikan terkait untuk melakukan perbaikan kualitas pendidikan yang ada di wilayah binaannya.

Sejatinya, Asesmen Nasional ini dapat melakukan pemetaan kekuatan/kelebihan potensi belajar yang ada di sekolah, menemukan hambatan/kelemahan belajar, serta mengetahui kebutuhan sekolah untuk mencapai prestasi belajar. Dengan demikian, bukankah sangat mungkin kalau mutu pendidikan nasional akan meningkat?

BACA JUGA Mempertanyakan Esensi Renungan Sebelum Ujian Nasional

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: asesmen nasionalujian nasional
Imas Maryani

Imas Maryani

Guru SD, yang ingin menjadi seorang penulis. Asli dari Majalengka Jabar dan sekarang menetap di Bandung Jabar.

ArtikelTerkait

Alasan Tidak Penting Mengapa Ujian Nasional Sebaiknya Jangan Dihapus

Alasan Tidak Penting Mengapa Ujian Nasional Sebaiknya Jangan Dihapus

23 Desember 2019
Perbedaan Gaya Menyontek dari Generasi Ibu, Kakak, dan Saya Sendiri terminal mojok.co

Beda Gaya Menyontek Generasi Ibu, Kakak, dan Saya

1 Oktober 2020
Memangnya kalau Ujian Nasional Dikembalikan, Kualitas Pendidikan Bakal Meningkat Secara Ajaib? Saya sih Nggak Yakin

Memangnya kalau Ujian Nasional Dikembalikan, Kualitas Pendidikan Bakal Meningkat Secara Ajaib? Saya sih Nggak Yakin

13 Oktober 2024
Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman

Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman

13 Desember 2019
siswa kelas xii sma perubahan sifat kelakuan ujian nasional sibuk nyari kampus kuliah mojok.co

Perubahan Sikap yang Umum Terjadi pada Anak Kelas XII SMA

18 Juni 2020
Mempertanyakan Esensi Renungan Sebelum Ujian Nasional terminal mojok.co

Mempertanyakan Esensi Renungan Sebelum Ujian Nasional

10 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.