ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman

Ade Kumalasari oleh Ade Kumalasari
13 Desember 2019
A A
Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman

Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin (11/12/2019) Ujian Nasional (UN) resmi dihapus oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. Tahun ini merupakan tahun terakhir pelaksanaan UN. Ada banyak reaksi terhadap kebijakan tersebut.

Banyak yang setuju, seperti aku (Yay!), ada pula yang nggak setuju dengan berbagai alasannya. Tapi sebagian reaksi adalah bingung, terus gimana nanti kalau nggak ada ujian? Anak-anak nggak akan punya motivasi belajar, orang tua tidak akan tahu kompetensi anaknya, dll.

Tentang hakikat ini, sila baca tulisan tentang Ujian Nasional dan Hakikat Pendidikan yang dibikin Mas Doktor @ninoaditomo aja. Aku ora nyandak 😉

Aku cuma ingin berbagi pengalaman anak-anak kami yang pernah dan sedang menempuh pendidikan dasar dan menengah di Australia dan Jerman. Big A pernah sekolah di Marrickville West Primary School (kindergarten – kelas 1) dan Hampden Park Public School (kelas 2 – 5), Sydney Australia.

Sementara itu Lil A lulusan Grundschule IGS Eschersheim (SD) dan sekarang kelas 5 di Gymnasium (sekolah menengah) di Frankfurt, negara bagian Hessen, Jerman.

Sekolah dasar di negara bagian Hessen cuma sampai kelas 4. Aku pernah menulis bagaimana aku terbengong-bengong ketika di hari terakhir Lil A sekolah di Grundschule, nggak ada apa-apa. Maksudku, nggak ada perayaan wisuda, pentas seni akhir tahun ajaran, atau orang tua mengambil rapor.

Nggak ada ijazah SD. Lha gimana, wong ujiannya juga nggak ada! Serius, nggak ada ujian akhir sekolah. Anak-anak melanjutkan ke sekolah menengah dengan sistem zonasi, berdasar rekomendasi dari guru kelas.

Lain lagi dengan SD di Australia. Ada semacam ujian nasional yang disebut NAPLAN. Tapi ujian ini tidak diadakan di akhir jenjang sekolah. NAPLAN diujikan untuk siswa kelas 3 dan kelas 5 di SD, dan siswa kelas 7 dan 9 di Sekolah Menengah.

Tujuan dari ujian ini untuk pemetaan kualitas sekolah di NSW, jadi bukan untuk mengukur kemampuan siswa. Sama sekali bukan untuk ujian kelulusan siswa. Kemarin aku tanya ke Big A yang sempat ikut NAPLAN kelas 3 dan kelas 5, untuk menyegarkan ingatan.

Dia bilang, ujiannya hanya matematika, comprehension (membaca), dan writing (menulis). Tidak ada tekanan yang besar, baik dari guru maupun orang tua untuk ujian ini. Anak-anak hanya dilatih sebentar untuk mengisi lembar jawab komputer, karena mereka tidak pernah mengerjakan soal-soal pilihan ganda.

Selebihnya, kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti biasa. Hasil NAPLAN tidak dibuka untuk umum. Orang tua mendapatkan hasil pengerjaan anaknya, dengan skor dan pembahasan soal per butir, dan juga posisi skor anak dibandingkan skor rata-rata di negara bagian.

Tidak ada ranking kelas. Sekolah yang mempunyai skor NAPLAN rendah diberi bantuan lebih banyak oleh pemerintah, untuk meningkatkan performa mereka.

Tapi NAPLAN ini pernah membuat heboh satu negara ketika tiba-tiba pemerintah membuka hasilnya. Dan kemudian surat kabar meranking sekolah-sekolah hanya berdasarkan performa akhir murid-murid mereka di NAPLAN. Hmm… sounds familiar?

Di assembly di sekolah Big A, Kepsek berpidato menentang keras tindakan pemerintah. “Sungguh tidak adil ketika performa kami hanya diukur dari hasil belajar siswa, dan terutama ketika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang input siswanya dari kelompok sosial ekonomi yang berbeda.”

Sekolah Big A ini di suburb di Sydney yang mayoritas penduduknya adalah imigran dari negeri muslim. Australia juga menganut sistem zonasi, jadi ‘prestasi’ sekolah biasanya juga tergantung pada faktor sosial ekonomi siswa di lingkungan tersebut.

Kalian bisa bayangkan, pidato dari kepsek Big A tadi mungkin akan sama dengan pidato kepsek dari SD terpencil di Indonesia, yang dipaksa untuk berprestasi sama dengan sekolah-sekolah di Jawa. Semoga obsesi ranking-ranking-an yang merusak ini bisa ditinggalkan.

Yang paling penting adalah bagaimana membantu guru dan sekolah untuk meningkatkan performa mereka. Tentu ada yang perlu bantuan yang lebih besar daripada yang lain, karena adil belum tentu bantuan dalam bentuk yang sama.

Kembali ke soal ujian, apakah anak-anak tidak semangat belajar kalau tidak ada ujian? Sepengamatanku, kasus seperti ini tidak terjadi pada anak-anakku. Sekolah di luar negeri mengutamakan proses belajar di kelas daripada hasil ujian.

Mereka sehari-hari ya belajar di kelas, karena proses belajarnya menyenangkan dan menumbuhkan minat mereka. Mereka tidak belajar hanya ketika ujian. Nggak seperti generasi orang tuanya yang pakai Sistem Kebut Semalam untuk ujian, hayo loh, ngaku aja :p

Lalu bagaimana kita bisa tahu kompetensi anak? Tentu saja dari laporan guru. Raport tiap semester berisi laporan apa saja yang sudah dipelajari anak, dan bagaimana kemampuan anak di bidang tersebut. Nggak ada ranking, karena yang lebih penting dari ranking adalah kemajuan anak secara individu.

Guru-guru di sekolah Lil A & Big A di Luar Negeri bisa menulis raport yang bermakna karena mereka bisa mengamati anak didik mereka secara individual (jumlah anak per kelas tidak begitu banyak) dan beban kurikulum tidak begitu berat. Dan terutama karena beban administrasinya tidak mencekik guru dan menjauhkan mereka dari tujuan utama pekerjaannya: mendidik siswa..

Jadi kurasa, arah kebijakan Mas Menteri sudah benar, tentang penghapusan UN dan USBN, perbaikan sistem zonasi, dan penyederhanaan RPP. Sekarang tinggal memberi resources sebanyak-banyaknya untuk guru dan sekolah untuk mengembalikan tujuan pendidikan, sesuai hakikatnya.

Aku kutipkan tulisan Nino aja ya, menurutnya ada 2 hakikat tujuan sekolah. (1) Kemampuan untuk belajar sepanjang hayat. Ini mencakup kecakapan untuk mendeteksi keterbatasan pengetahuan diri sendiri, untuk mencari dan mensintesis informasi baru, dan untuk memotivasi diri untuk melakukannya.

(2) Terkait dengan nilai-nilai intelektual seperti apresiasi akan ilmu, penghargaan akan proses merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban secara sistematis, kekaguman terhadap buah pemikiran cerdik cendekia kontemporer atau pun yang hidup di masa lalu, kepuasan yang spontan terasa ketika mata batin terbuka untuk memahami hal baru.

Whoah, nggak pengen kah kalian menuju ke sana? Jalan masih panjang, tapi arah nakhkoda kurasa sudah benar.

BACA JUGA Berkaca dari Jepang tentang Bagaimana Pendidikan Karakter Dilakukan atau tulisan Ade Kumalasari lainnya. Follow Twitter Ade Kumalasari.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2019 oleh

Tags: sekolah di australiasekolah di jermansekolah di luar negerisistem ujianujian nasional
Ade Kumalasari

Ade Kumalasari

Student at Goethe Uni, Frankfurt. Writer/Editor/Translator. I-want-to-go-around-the-world-in-80-days Sagittarius.

ArtikelTerkait

Mungkinkah Mutu Pendidikan Nasional Lebih Baik dengan Ubah Ujian Nasional Jadi Asesmen Nasional? terminal mojok.co

Mungkinkah Mutu Pendidikan Nasional Lebih Baik dengan Ubah Ujian Nasional Jadi Asesmen Nasional?

17 Januari 2021
Mempertanyakan Esensi Renungan Sebelum Ujian Nasional terminal mojok.co

Mempertanyakan Esensi Renungan Sebelum Ujian Nasional

10 Desember 2020
Perbedaan Gaya Menyontek dari Generasi Ibu, Kakak, dan Saya Sendiri terminal mojok.co

Beda Gaya Menyontek Generasi Ibu, Kakak, dan Saya

1 Oktober 2020
Belajar Sabar Layaknya Nadiem Makarim POP muhammadiyah NU setuju sampoerna terminal mojok.co

Kalau Nadiem Makarim Beneran Dicopot, Apakah Ujian Nasional Tetap Ada?

7 Agustus 2020
siswa kelas xii sma perubahan sifat kelakuan ujian nasional sibuk nyari kampus kuliah mojok.co

Perubahan Sikap yang Umum Terjadi pada Anak Kelas XII SMA

18 Juni 2020
Alasan Tidak Penting Mengapa Ujian Nasional Sebaiknya Jangan Dihapus

Alasan Tidak Penting Mengapa Ujian Nasional Sebaiknya Jangan Dihapus

23 Desember 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Ketika Prof. Mahfud MD Membual Soal Pelanggaran HAM

Ketika Prof. Mahfud MD Membual Soal Pelanggaran HAM

Apakah Saya Akan Mengizinkan Anak Saya Ikut Kegiatan Pecinta Alam?

Apakah Saya Akan Mengizinkan Anak Saya Ikut Kegiatan Pecinta Alam?

Kalau Ngomong Pakai Bahasa Jonegoroan, Kenapa Harus Diketawain?

Kalau Ngomong Pakai Bahasa Jonegoroan, Kenapa Harus Diketawain?



Terpopuler Sepekan

Suka Duka Bertetangga dengan Warung Kopi

Suka Duka Bertetangga dengan Warung Kopi

oleh Rusdi Ngarpan
27 September 2023

Honda Scoopy, Motor dengan Lampu Jauh Paling Nyebelin

Motor Paling Menyebalkan di Jalanan, Gelar yang Amat Pantas Disandang oleh Honda Scoopy

oleh Cindy Gunawan
24 September 2023

Tak Ada yang Lebih Tabah dari para Pejuang KRL

Tak Ada yang Lebih Tabah dari para Pejuang KRL

oleh Bintang Ramadhana Andyanto
29 September 2023

Mahasiswa Pascasarjana: Kuliah Santai, tapi Otak Serasa Dibantai

Mahasiswa Pascasarjana: Kuliah Santai, tapi Otak Serasa Dibantai

oleh Andri Saleh
29 September 2023

Bus Ekonomi Mustika, Penguasa Jalanan Semarang-Jogja: Dulu Jadi Andalan, Sekarang Berkawan Sepi

Bus Ekonomi Mustika, Penguasa Jalanan Semarang-Jogja: Dulu Jadi Andalan, Sekarang Berkawan Sepi

oleh Wulan Maulina
29 September 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=bTIqGdlcSsg

DARI MOJOK

  • Menginap di Masjid Keraton, Pedagang Sayur Ini Bahagia Dapat Potongan Bambu Grebeg Maulud
  • Ajaran Sunan Bonang: Jalan Kembali Kepada Allah adalah Cinta
  • 3 Fungsi Pokok Pancasila untuk Kehidupan Bangsa
  • Pernah Wakili Partai Komunis di Parlemen, Mengapa Affandi Selamat dari Peristiwa 1965? 
  • Melacak Jejak Freemasonry di Jogja, Markas Besarnya di Gedung DPRD DIY
  • Universitas Padjadjaran Punya Cabang di Kabupatennya Susi Pudjiastuti, Pangandaran
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!