Bagi yang belum tahu, Kabupaten Magelang dan Kota Magelang adalah salah dua wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Keduanya merupakan wilayah yang berbeda, meski sama-sama mengandung nama Magelang. Wilayah yang satu dipimpin oleh seorang bupati, sedangkan yang satunya lagi dipimpin oleh walikota. Kabupaten Magelang mencakup 21 kecamatan, sedangkan Kota Magelang mencakup 3 bagian wilayah. Yang satunya punya klub sepak bola Persikama (Persatuan Sepak Bola Indonesia Kabupaten Magelang), sementara yang satunya lagi punya kesebelasan kebanggaan bernama PPSM (Perserikatan Paguyuban Sepak Bola Magelang) Sakti. Tuh beda banget, kan?
Selain perbedaan pemimpin, letak geografis, serta nama kesebelasan kebanggaan, slogan kedua wilayah ini pun jelas-jelas berbeda. Wilayah yang satu punya slogan “Magelang Gemilang” untuk Kabupaten Magelang, sedangkan yang satunya lagi slogannya adalah “Kota Seribu Bunga” untuk wilayah Kota Madya Magelang. Dengan begitu, fakta bahwa kedua wilayah itu berbeda tak bisa diganggu gugat. Titik.
Eits, tunggu dulu. Sampai sejauh ini, apakah masih ada yang mengira bahwa Kota Magelang adalah nama lain dari Kabupaten Magelang atau sebaliknya? Masih mengira bahwa Kota Magelang itu satu wilayah dengan Kabupaten Magelang, bahkan menganggap bahwa Kota Magelang adalah ibu kota Kabupaten Magelang?
Bagi yang masih berpikir demikian, saya sarankan untuk segera bertobat. Sebagai orang yang tumbuh besar dan tinggal di wilayah Kabupaten Magelang, saya punya beban moral untuk meluruskan terkait hal ini. Jadi, tolong bertobatlah untuk menganggap bahwa Kota Magelang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Magelang, apalagi ibu kotanya. Pokoknya jangan lagi, tolong. Walau pada kenyataannya, di Facebook nggak ada Kabupaten Magelang dan memaksa saya menggunakan Kota Magelang sebagai informasi tempat tinggal di profil. Hahaha~
Ya memang sih, kesalahan karena kemiripan nama ini sering terjadi, dan bukan merupakan hal baru. Saya maklum, kalau sekali dua kali keliru. Apalagi yang keliru adalah orang di luar wilayah Kabupaten maupun Kota Magelang.
Cuma, makin lama saya jadi jengkel juga kalau ada orang, di sekitar saya pula, yang sering bikin status di media sosial atau sekadar membuat story WA dengan keterangan seperti ini, “Kangen kota kelahiran tercinta” yang dibubuhi foto alun-alun Kota Magelang sana. Padahal dia itu tetangga saya, satu dusun pula, yang artinya sama-sama berkediaman di wilayah Kabupaten Magelang. Terlebih, orangnya gaul nauzubillah. Nyaris nggak mungkin salah mengenali wilayah sendiri.
Meski begitu, mau nggak mau saya harus mengakui bahwa nama Kota Magelang memang lebih familier jika dibandingkan dengan Kota Mungkid yang merupakan sebenar-benarnya sentra pemerintahan Kabupaten Magelang. Bukan salah tetangga saya juga kalau mengira bahwa Kota Magelang lah yang jadi pusat ingar bingar seluruh wilayah Kabupaten Magelang, lantaran jarak tempat tinggal kami dan alun-alun Kota Magelang itu bisa ditempuh selama tiga per empat jam. Iya, jauh.
Kota Magelang, mungkin bagi tetangga saya, adalah ibu kota Kabupaten Magelang.
Ah, padahal kalau dipikir-pikir, jarak dari tempat tinggal kami ke Kota Magelang itu sama dengan jarak ke Kota Mungkid. Gimana bisa, Kota Mungkid yang jauh lebih merepresentasikan penampakan alam di keseluruhan wilayah Kabupaten Magelang itu kalah nyaring di telinga para tetangga saya? Apakah karena kuatnya nuansa pedesaan di Kota Mungkid bikin ibu kota Kabupaten Magelang itu jadi terkesan nggak banget karena konsepnya yang terlalu ndeso?
Mungkin begitu. Maka, dengan mengakui Kota Magelang sebagai kota kelahiran, bisa jadi ajang yang paling paten untuk mendongkrak kesan perkotaan pada dirinya yang aslinya orang desa plus anak gunung. Iya, mungkin kayak gitu. Apalagi anak-anak gaul zaman sekarang, mana mau ngaku kalau aslinya orang gunung, meski tempat wisata alam yang didominasi oleh pegunungan di Kabupaten Magelang lagi naik daun dan tiap hari diburu para pelancong.
Mau gimana lagi? Kan sentra pemerintahan Kabupaten Magelang itu di Kota Mungkid. Masak mau memaksakan diri dengan mengakui Kota Magelang sebagai ibu kota, mentang-mentang penampakannya lebih modern dan nggak se-ndeso Kota Mungkid?
Lagi pula, Kabupaten Magelang itu menawarkan destinasi wisata candi serta wisata alam pegunungan yang indah, ekonomi warganya pun lebih banyak bergerak di bidang pertanian. Jadi, sudah benar kalau Kota Mungkid tetap mempertahankan nuansa pedesaan yang sejuk, asri, dan dikelilingi pepohonan. Nggak usahlah bikin ibu kota yang glamor dan sok berkonsep perkotaan kayak ibu kota kabupaten yang lain, kalau sudah cukup mewah (mepet sawah) begitu. Meski para tetangga saya jadi nggak seheboh itu untuk mengenal Kota Mungkid, toh nggak bikin nama Kabupaten Magelang meredup.
Eh, saya lupa satu hal. Para tetangga saya memang kurang tahu daerah mana itu Kota Mungkid, karena lebih kenal dengan nama Sawitan. Hehehe.
Sumber Gambar: magelangkab.go.id
BACA JUGA Meminimalisir Pembalut Bocor pas Tidur Malam, meski Tanpa Pembalut Superpanjang dan tulisan Lestahayu lainnya.