Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

HELP! Kecakapan Berbahasa Inggris di Kota Saya Sudah Jadi Masalah Kronis!

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
10 Desember 2020
A A
HELP! Kecakapan Berbahasa Inggris di Kota Saya Sudah Jadi Masalah Kronis! Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Salah satu gegar budaya yang saya alami ketika migrasi dari ibu kota ke kota yang saya tinggali sekarang, sebuah kota kecil di belahan bumi Sumatera, adalah kecakapan warga setempat berbahasa Inggris. Mohon maaf, bukannya menghina, tapi menurut saya standar pengetahuan bahasa Inggris mereka minim sekali. Ada banyak kesalahan berbahasa Inggris, baik berupa tulisan hingga pelafalan, yang dilakukan warga setempat.

Kalau sekadar kata log in yang dibaca “lojin” atau wifi yang dibaca “wai-fi”, saya sudah sangat mafhum. Dua kata ini sepertinya sudah melebur jadi bahasa daerah di seluruh Nusantara deh. Soalnya bukan cuma di sini saya ketemu orang yang bilang lojin dan wai-fi. Atau jangan-jangan orang yang saya temui di kota-kota lain itu, perantauan dari sini juga kali ya?

Masalahnya, kota ini berstatus “kota wisata”. Mungkin juga saya yang berlebihan membandingkan kecakapan berbahasa Inggris mereka dengan kota wisata lain. Kota Denpasar, misalnya. Beberapa tahun lalu, saat saya berkunjung ke Pulau Dewata, saya dibuat melongo mendengar bagaimana abang parkir dan mbok-mbok penjual pecel di sana sangat fasih berbahasa Inggris.

Saya tidak akan lupa bagaimana lafal si abang menerangkan arah pada dua bule yang kebingungan, dan bagaimana si mbok menjelaskan jualan pecelnya ke sekelompok turis yang penasaran. Lancar, pede, bahkan cengkoknya sudah kayak adik-kakak sama si bule.

Pengalaman itu masih terkesan di benak saya sampai saat ini. Saya pun berkesimpulan bahwa warga dari kota dengan embel-embel “wisata” sudah seharusnya fasih berbahasa Inggris. Paling tidak, standar bahasa Inggris level anak SMA saja lah. Tidak perlu skor TOEFL 500 juga, kaleee… Toh saya juga sadar persentase wisatawan asing di sini tidak sebanyak Pulau Dewata.

Tapi, pengalaman tinggal di kota ini bertahun-tahun mematahkan ekspektasi saya. Ya maaf kalau jadinya saya berkesimpulan standar kemampuan warga di bawah standar anak SMA di ibu kota. Bahkan bukan tidak mungkin murid SD di Jakarta masih lebih baik lantaran lebih terbiasa cas cis cus ngomong Inggris.

Kesan ini tidak hanya saya dapatkan dari status media sosial beberapa teman di sini yang mau “sok londo” tapi malah ngaco. Hampir setiap hari juga saya mendengar pengajar PAUD di sebelah rumah mengajak murid-muridnya bernyanyi. Salah satu lagu yang cukup sering diajarkan adalah lagu anak-anak Are You Sleeping (Brother John) yang liriknya diganti dengan kalimat: Knocking, knocking, knocking, knocking. Assalamualaikum.

Mungkin sang pengajar merasa lebih mudah mengajari murid-muridnya bagaimana bentuk salam yang baik, melalui lagu anak-anak yang sudah melegenda tersebut. Ya tidak apa-apa. Tapi yang jadi masalah adalah ketika sang pengajar mengucapkan kata knocking dengan “kenoking”. Duh.

Baca Juga:

Apa Urgensi Belajar Bahasa Portugis? Ketemu Bahasa Inggris Aja Masih Nangis!

Tanpa Les, Tanpa Bimbel: Cerita Mahasiswa yang Selalu Dapet Skor TOEFL 500-an Berbekal Nonton Film dan Main Video Game

Bukan cuma bikin polusi telinga, tapi bikin malu saya sebagai tetangganya! Beberapa kali saya melihat turis asing ngakak guling-guling ketika sedang melintas depan PAUD dan “dipaksa” mendengarkan nyanyian tersebut. Gimana nggak “dipaksa”, lha wong nyanyinya pakai pengeras suara volume maksimal.

Kesalahan berbahasa Inggris ini sukses bikin saya senewen. Bukan karena secara nggak sadar saya jadi suka ikutan nyanyi “kenoking-kenoking” yaaa, saya tidak mau dong warga kota saya ditertawakan bule.

Pernah suatu hari saya berniat memberi tahu mereka bagaimana pengucapan kata knocking yang benar. Tapi jujur saja, status saya sebagai warga pendatang dan “stempel monas” di jidat yang abadi, bikin saya berpikir seratus kali kalau mau memberi masukan ke mereka. Belum lagi karakter mereka yang rata-rata keras kepala, jelas ini jadi masalah tersendiri. Pengalaman saya, niat baik di awal malah sering berakhir sakit hati seperti kejadian berikut ini.

“Mbak, ayamnya satu, bergernya satu ya.” pesan saya di salah satu franchise ayam goreng top.

“Baik, Mbak. Ayam satu, barger satu ya?” kata si Mbak dari belakang meja kasir.

“Berger, Mbaaak. Bergeeer. Bukan barger!” saya mempertegas, mulai putus asa.

“Iya Mbak, bargernya satu kan?” ulang si Mbak tidak mau kalah. Aaarrrgh…

Satu lagi kasus kesalahan berbahasa Inggris yang juga bikin saya gemas adalah tulisan di alat running text yang biasanya dipasang sebagai promosi toko atau hotel. Bahkan di hotel mentereng, yang saya yakin banyak karyawan profesionalnya, alih-alih menulis: “Sorry, we are fully booked”, yang terpampang adalah: “Sorry, we are fully book”. Lain waktu, saya juga menjumpai promo seperti ini: “Today we have offering (bukannya harusnya “are offering” ya?) deluxe room star (ho’oh, huruf “t”-nya ketinggalan di akhir kata “star”) from IDR 750.000.” Kata “booked” yang jadi “book”, atau “start” yang jadi “star” itu kan artinya beda, Bambaaang.

Apa saya salah kalau jadi pengin melempar brosur kursus bahasa Inggris?

Tapi, ada hal yang menurut saya tidak sinkron di sini. Biarpun “statusnya” kota kecil, gadget freak juga merasuki hampir semua kalangan di sini. Hal ini membuat orang-orang di sini cukup update dengan perkembangan gaya hidup media sosial yang berkiblat Jakarta. Logika saya, seharusnya mereka juga terbiasa mendengar beberapa kata bahasa Inggris ala warga ibu kota. Paling tidak meminimalisir adanya kesalahan bahasa Inggris yang mereka pakai deh.

Buat Generasi Milenial dan Gen Z-nya, sepertinya tidak mungkin deh kalau tidak pernah menyimak satu saja episode Podcast-nya Deddy Corbuzier, atau #nebengboy-nya artis ganteng Boy William. Kan sering banget kosakata bahasa Inggris muncul di sana. Sementara buat Generasi X seangkatan saya ini, paling tidak pernah dengar Axl Rose teriak-teriak “Knock… knock… knockin’ on the heaven’s door” laaah. Coba disimak baik-baik, apa blio bilang “kenoking”?

Dengan standar bahasa Inggris dari beberapa kalangan yang seperti itu, saya sempat berharap pada pemerintah kota untuk melihat hal ini sebagai permasalahan yang tidak bisa diabaikan. Apalagi ini kota wisata. Bisa saja kan diberikan pelatihan bahasa Inggris yang intensif dan reguler bagi warga kota, panggil native speaker sekali sebulan ke sekolah-sekolah, atau mungkin menerapkan Hari Bahasa Inggris sekali sepekan bagi beberapa kalangan.

Tapi angan dan harapan itu luluh lantak setelah membaca plang Pemkot di batas kota yang bertuliskan “Goodbye from the City”. Mampus nggak tuh?

BACA JUGA Jangan Rapikan Seprai Kamar Hotelmu Sebelum Check-out dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2020 oleh

Tags: Bahasa Inggris
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare Kediri yang Bikin Kecewa

Nggak Semua Orang Pare Ngerti Bahasa Inggris, Bro! Kau Pikir Semua Orang Pare Hidup di Kampung Inggris?!

5 September 2023
Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua Mojok.co

Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua

10 Juni 2024
Rekomendasi 4 Podcast di Spotify yang Asyik buat Belajar Listening Bahasa Inggris

Rekomendasi 4 Podcast di Spotify yang Asyik buat Belajar Listening Bahasa Inggris

30 Maret 2023
15 Lagu Bahasa Inggris yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan, Cocok buat Belajar

15 Lagu Bahasa Inggris yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan, Cocok buat Belajar

26 Juli 2025
grammar yang baik code switching skor toefl 550 aplikasi belajar bahasa inggris grammar toefl bahasa inggris cara belajar bahasa inggris mojok.co

Manakah yang Lebih Penting, Belajar Grammar atau Speaking Dulu?

20 Oktober 2020
3 Kesalahan Umum Penulisan Bahasa Inggris yang Terjadi di Sekitar Kita

3 Kesalahan Umum Penulisan Bahasa Inggris yang Terjadi di Sekitar Kita

15 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.