Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Review Film ‘Di Bawah Umur’, Edukasi yang Justru Ngadi-ngadi

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
26 November 2020
A A
Review Film 'Di Bawah Umur', Edukasi yang Justru Ngadi-ngadi terminal mojok.co angga yunanda dilan milea dua garis biru

Review Film 'Di Bawah Umur', Edukasi yang Justru Ngadi-ngadi terminal mojok.co angga yunanda dilan milea dua garis biru

Share on FacebookShare on Twitter

Pertama kali lihat trailernya di kanal YouTube, saya optimis bahwa film Di Bawah Umur bakalan meledak setidaknya di situs streaming Disney Plus. Pun saya mbatin, akhirnya ada pelipur lara dari gantungnya ending cerita Dua Garis Biru. Saya meraba-raba, komedinya bakal mashoook buat anak-anak muda seperti saya. Jebul, yang saya dapat hanyalah kerugian streaming malam-malam dan terus menerus mengerutkan dahi.

Disclaimer, ya. Yang belum nonton dan merasa takut kena spoiler, bisa nonton filmnya dulu, terus balik lagi. Tapi, kalau saran saya sih baca tulisan ini dulu terus kita misuh bersama-sama.

Premis film Di Bawah Umur mengambil topik kenakalan masa SMA. Entah itu “jajan sembarangan”, saling jatuh cinta sampai kebablasan, dan bumbu-bumbu darah muda darahnya para remaja. Terpenting yang bisa dipetik adalah perkara hamil di luar nikah. Aktor dan aktris, baik senior maupun juniornya adalah sederet nama megah yang luar biasa. Ada Angga Yunanda, Yoriko Angeline, hingga Marthino Lio. Tapi, ya itu, presentasinya sungguh minus alih-alih nihil.

Entah film Di Bawah Umur ini bergenre seks edukasi atau bukan. Masalahnya saya malah melihat film ini hanya bumbu komedi dengan potongan adegan-adegan semi porno. Kemajuan besar bawa film Indonesia ada yang menyentuh tahap American Pie atau The Girls Next Door. Ada untungnya juga bioskop ditutup, para sineas bisa menumpahkan ide-ide yang selama ini terkurung di kepalanya.

Saya sedang memuji lho ya. Memuji keberanian Sukhdev Singh dan Titien Wattimena dalam menulis cerita. Tapi, pandangan masyarakat mengenai film seks edukasi kadung terpatri sama Dua Garis Biru yang penuh pesan subliminal di dalamnya, bukan payudara-payudara beterbangan. Pun adegan-adegan saru seperti visualisasi “ngocok” atau bersetubuh yang acap kali dilakukan para pemainnya.

Ya ini ibaratnya seperti ngajarin seks edukasi, tapi sekaligus melampirkan life hacks cara seks “menyimpang” yang baik dan benar. Ya bener sih seks edukasi, kadang kita juga kudu paham seks di kamar mandi SMA ketika teman-teman pada ke auditorium dengerin ceramah, sensasinya “menyenangkan”. Begitu ya edukasi yang ingin di kedepankan? Iming-iming hamil di luar nikah sudah salah dalam pikiran, lha wong konsep kebatinan seperti surga dan neraka saja ditrabas.

Aryo (Angga Yunanda) ceritanya menjadi magnet untuk menarik perhatian penggemar film Dua Garis Biru. Pun dalam film ini, aktingnya bisa dikatakan lebih luwes karena menjadi seorang badboy yang soleh (iya saya bingung gimana menggambarkan tokoh ini lantaran eksekusi dan finishing blas nggak mashoook).

Barangkali nih ya, dia pengin mengadopsi Dilan dan Lupus dalam satu waktu. Dilan yang jago ngegombal, Lupus yang nggak kalah jagonya digabungkan jadi satu dalam sosok Aryo. Aryo ini sering banget ngemut sedotan Aquaria bagai pelatih sepak bola jaman baheula. Ceritanya ya branding, Lupus dengan permen karet, Aryo dengan ngemut sedotan. Bukannya keren, Aryo malah seperti starterpack bocah SMA nebeng bus Kopata jalur 3 arah Terminal Giwangan.

Baca Juga:

Drama Korea Fanta G Spot: Edukasi Seks dari Sudut Pandang Perempuan

Anak Laki-laki Menyebut Penis Itu Hal Wajar, Orang Dewasa Nggak Usah Kaget

Ceritanya Aryo naksir Lana (Yoriko Angeline). Blio ini memerankan Wati dalam trilogi Dilan. Bajingan memang Angga Yunanda, udah menghamili adiknya Dilan, sekarang macarin saudaranya Dilan. Di sini kita tahu, kata-kata Dilan, “Kalau ada yang menyakitimu besoknya orang itu akan hilang.” hanyalah pepesan kosong belaka. Terlepas dari logika acak itu, peran Lana di film ini flat sekali. Saking flatnya, sampai kalah bergelora dari payudara mbak-mbak striptease di awal-awal film.

Yang bikin saya bingung dan makin rumpang akan makna edukasi di film Di Bawah Umur ini, kok ya bisa Aryo masuk rumah Lana dengan enaknya tanpa teriakan pembantu dan satpam kompleks. Aryo bahkan masuk kamar Lana, nempelin memo-memo unch yang sejatinya menyeramkan. Bayangkan aja kamarmu ada yang masuk dan kamu hanya prengas-prenges.

Lana ini saudara jauh Kevin (Naufal Samudra) dan tinggal di rumahnya. Ia mewanti-wanti Lana, jangan pacaran sama si Aryo karena bajingan. Padahal nih ya, tiap malam si Kevin jajan di tempat sejenis Sarkem atau Saritem. Oke, oke, namanya juga manusia. Tapi, ya inget bos, seks edukasi. Ah, ternyata mengedukasi bagaimana caranya menyewa jasa seks, gitu ya?

Nah, Kevin, Aryo, dan satu cewek lagi (cewek ini kemudian pindah sekolah) dulunya berkawan, Bro. Mereka saling muntab karena faktor yang bakal jadi twist (yang menurut mereka) wangun. Kini mereka musuhan hebat karena salah paham. Salah pahamnya pun menurut saya sungguh bikin geleng-geleng. Seakan, konflik film Di Bawah Umur ini hanya mengangkat salah paham dan minim penjelasan belaka. Heh, FTV Azab Indosiar juga bisa kalau angkat konflik cupu macam itu.

Film ini terlihat pengin mendobrak bahwa film pendidikan seks harus disampaikan secara halus, minimal penuh adegan subliminal macam Dua Garis Biru. Namun, pada eksekusinya, film ini justru terjebak dalam pakem-pakem lain seperti tokoh utama yang jagoan, bisa segalanya, bahkan pergi ke bulan pun rasanya Aryo sanggup. Lha gimana, muka seimut Angga Yunanda, disuruh gelut ya lawannya ngakak duluan. Nggak kok, tokoh utama nggak harus bisa UFC. Toh film ini nggak melulu mengangkat adegan gelut.

Puncak kemuntaban saya yang membuat saya merasa rugi streaming adalah Kevin dan kolega yang sering mantap-mantap sembarangan ini. Film seakan nggak menampilkan realitas bahwasannya zaman sekarang para buaya sedang berkeliaran di Tinder (nggak semua lho ya). Logika yang salah, label menggurui namun nggak bisa digugu dan ditiru sebagaimana gambaran nyata sosok guru dalam film ini.

Bagusnya film ini adalah untungnya tampil di situs streaming. Serius. Dengan bekal beberapa ribu, langganan Disney + Hotstar, saya bisa menyaksikan film lain. Bayangkan aja tampil di bioskop, bayar Rp30-40 ribu, pulang-pulang cuma bisa ngedumel dan mbatin, uang segitu lebih baik dibelikan gorengan buat teman satu kos!

Pun hadirnya film ini patut disyukuri, akhirnya ada American Pie versi Indonesia. 

Sumber gambar: Instagram @dibawahumurfilm

BACA JUGA Transportasi Publik yang Nggak Mungkin Dimiliki Kota Jogja dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2020 oleh

Tags: edukasi seksReview Film
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

'The Mandalorian' dan Penebusan Dosa Disney atas Gagalnya Sekuel Star Wars terminal mojok.co

‘The Mandalorian’ dan Penebusan Dosa Disney atas Gagalnya Sekuel Star Wars

29 Desember 2020
Belajar Memaknai Hidup, Uang, dan Public Relations dari Operator Depot Galon Isi Ulang terminal mojok.co

Shoplifter Sebagai Manifestasi Para Pengutil di Hari Lebaran

6 Juni 2019
‘The White Tiger’ Menelanjangi Kemiskinan Struktural India dengan Cara non-Bollywood terminal mojok.co

Review Film ‘The White Tiger’ dan Seberapa Relate Ceritanya sama Orang Indonesia

30 Januari 2021
muatan positif film kritik film ambil hikmahnya film azab berdebat film film pendek mojok.co

Film Harus Memiliki Muatan Positif dan Negatif sebagai Alat Masturbasi Kelompok Tertentu

26 Agustus 2020
Saya Lahir di Kampung PSK dan Menyadari Tatanan Masyarakat yang Unik mojok.co/terminal

Saya Lahir di Kampung PSK dan Menyadari Tatanan Masyarakat yang Unik

13 Maret 2021
'The Queen’s Gambit' Miniseries Catur yang Greget Nggak Ada Lawan terminal mojok.co

‘The Queen’s Gambit’ Miniseries Catur yang Greget Nggak Ada Lawan

5 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.