Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Menyusup ke Diskusi Fakultas Filsafat, Pusing Nggak sih?

Agnes Palupi oleh Agnes Palupi
8 November 2020
A A
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya mahasiswa FEB di salah satu perguruan tinggi di kota paling romantis (nek udan), Jogja. Fakultas yang sering digojeki karena bisa berarti Fakultas Elmu Budoyo sampai Fakultas Elmu Bisnis. Tentu, kepanjangan sebenarnya cuma Fakultas Ekonomi Bisnis, mainstream dan banyak juga itungannya, ngelu. Didasari hal ini, saya anti mengultuskan fakultas saya sendiri, tetapi malah cenderung lirak-lirik sana-sini. Satu fakultas yang menawan menurut saya adalah fakultas yang ketika memasuki semester dua mata kuliahnya tidak kasat mata, ya, Fakultas Filsafat.

Beberapa hari lalu, ketika sedang gabut di sudut kamar kosan, saya masuk menyusup ke diskusi beberapa anak Fakultas Filsafat via Google Meet. Teknologi memang memungkinkan apa saja, termasuk mengurangi kadar insecure ketika masuk ke ruang-ruang diskusi. Bayangkan, jika diskusinya offline, di suatu auditorium atau ruangan coffee shop yang direservasi sehari penuh gitu, saya pasti tidak berani ikut. Berhubung ngobrol-ngobrolnya online, saya masuk saja sekalian menemani malam mingguan.

Ngobrol-ngobrol kala nggak hujan ini membahas tentang cinta dengan pendekatan post-truth. Dari judulnya, rasanya banyak yang sepakat jika diskusi ini clickbait. Menggelitik sekaligus keren. Dari ngobrol-ngobrol ini, saya menarik beberapa kesimpulan yang mungkin mencoreng stigmatisasi anak-anak Fakultas Filsafat di khalayak umum.

#1 Diskusi filsafat tidak seabstrak itu, masih bisa didengerin nggak pakai kemropok anyel

Banyak sekali yang bilang kalau anak-anak Fakultas Filsafat itu kalau ngobrol kayak “kumur-kumur” saking abstraknya dan mempertanyakan hal-hal yang orang lain tidak permasalahkan. Ternyata, tidak seperti itu juga. Dari awal, sudah dipilih beberapa pembicara yang insightful dan paham betul arah omongannya. Mulai dari menit-menit awal, arah obrolan sudah didefinisikan dengan jelas. Mulai dari definisi sampai konteks post-truth itu sendiri, didiskusikan sampai tuntas di bagian-bagian awal sampai tengah diskusi. Semua sisi, dari yang ilmiah, sejarah, sampai cengengesan ditanggapi dengan runtut sehingga rasanya tidak mungkin para peserta diskusi tidak paham apa yang didiskusikan.

Berkat diskusi ini, saya jadi mudeng apa itu post-truth. Post-truth berarti “melampaui kebenaran” dan “melenceng dari kebenaran itu sendiri”. Memang agak absurd kalau saya reka ulang penjelasan mereka, tetapi suwer, waktu itu mudengin, kok. Dengan arah yang jelas ini, walaupun pembahasan-pembahasan filsafat termasuk liar, obrolan tidak terasa terlalu abstrak. Setiap bagian diskusi dan penjelasannya memuat substansi yang jelas. Saya jadi bisa menyimpulkan bahwa walaupun liar dan rantai eksplanasinya sangat panjang, obrolannya substansial dan tidak kayak kumur seperti kata orang-orang.

 #2 Orang-orang filsafat tidak selalu mendebatkan agama dan mempertanyakan eksistensi Tuhan dalam tiap obrolannya

Selama diskusi, banyak celetukan-celetukan bercandaan soal agama. Namun, dalam bercanda-bercanda kecil itu sama sekali tidak terasa seperti hinaan yang menyinggung, malah terselip doa-doa kecil seperti, “Mantep banget khotbahnya, sudah siap jadi Jesuit, nih.”  Tidak semua anak Fakultas Filsafat itu skeptis dengan keberadaan Tuhan kok. Bahkan, pada sesi kemarin, kalimat-kalimat menyentuh seperti “cinta yang agape, cinta yang tulus, seperti cinta kepada Tuhan,” keluar juga. Filsafat juga tidak selalu kontra dengan hal-hal yang diyakini banyak orang. Masih bisa kok masuk jurusan filsafat tetapi mengimani Tuhan dengan mutlak, apalagi solat lima waktu atau ke gereja tiap Minggu.

#3 Anak-anak Fakultas Filsafat masih bisa berdiskusi dan memandang cinta dengan hati, nggak melulu soal kekritisan

Memasuki acara utama, banyak peserta curhat tentang keresahan-keresahan mereka berkaitan dengan cinta. Walaupun saya tidak bisa mengulang cerita mereka di sini, percaya deh, mereka semua punya logika yang tumpul juga ketika berhadapan dengan orang-orang yang disayang. Menyadari ketidaksempurnaan ini, kawan-kawan di sana menggunakan pendekatan empati juga, tidak melulu soal teori dan logika. Cerita-cerita curhat ditanggapi dengan sederhana juga, tidak semua dikaitkan dengan diskusi utama yaitu post-truth.

Dalam diskusi ini, diingatkan kembali oleh kawan-kawan tentang esensi mencintai seperti ikhlas, menerima, dan tulus. Bahkan, terang-terangan kawan-kawan sepakat pada satu substansi yaitu cinta itu dirasakan, tidak perlu njelimet. Jika sudah jatuh dalam cinta, selain logika sebagai manusia yang bermain, hati lah ujung tombaknya. Ea~

Baca Juga:

UGM Punya Fakultas Filsafat, IAIN Kediri Punya Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang Lulusannya Sukses di Segala Bidang

Pledoi dari Mahasiswa Filsafat yang Capek Ditanya Habis Lulus Jadi Apa

Walaupun kata Redaksi Mojok materi filsafat tak kasat mata ketika melangkah semester dua, diskusi-diskusinya tidak terlalu absurd, kok. Lain waktu, lain malam minggu, jika ada diskusi lagi dan saya dapat akses ke link room-nya, saya jelas mau buat bergabung lagi.

Terima kasih kepada Mas dan Mbak yang berkenan saya susupi obrolannya di malam Minggu seru kemarin. Ada anak Fakultas Ekonomi yang kepincut filsafat, semoga selanjutnya bisa menyusup lagi, hehehe.

BACA JUGA Mengapa Lulusan Fakultas Filsafat UGM Bisa Sukses Nyaris di Segala Bidang?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 November 2020 oleh

Tags: fakultas filsafatmahasiswa filsafat
Agnes Palupi

Agnes Palupi

Penulis amatiran yang tulisannya belum pernah lulus sensor di media.

ArtikelTerkait

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri UGM Fakultas Filsafat MOJOK.CO

UGM Punya Fakultas Filsafat, IAIN Kediri Punya Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang Lulusannya Sukses di Segala Bidang

23 Juli 2020
mahasiswa filsafat

Pledoi dari Mahasiswa Filsafat yang Capek Ditanya Habis Lulus Jadi Apa

5 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.