Shopee Liga 1 2020 terpaksa ditunda sejak bulan Maret. Alasan ditundanya Liga 1 tahun ini bukan karena suporter rusuh, bukan juga karena kegabutan BOPI, juga bukan karena di-banned oleh FIFA. Tetapi, ditundanya Liga 1 karena adanya makhluk kecil bernama corona yang membuat Liga 1 ini harus berhenti sementara.
Tertundanya kompetisi tentu membuat para petinggi klub berang,karena mereka telah lama mempersiapkan klubnya agar bisa bersaing memperebutkan gelar juara. Fulus puluhan milliar telah mereka habiskan untuk belanja pemain-pemain bintang agar mau bermain di klub mereka. Selain itu, sponsor dan pemegang hak siar juga harus gigit jari akibat tertundanya kompetisi karena uang yang telah mereka investasikan ambyar semua.
Tak hanya sponsor dan klub yang harus merugi, pemain, pelatih, dan official pertandingan seperti wasit juga terkena imbasnya. Dampak tertundanya kompetisi bagi mereka adalah pemotongan gaji yang signifikan karena berhentinya perputaran uang. Selain itu, mereka juga harus rela berlatih di rumah agar kondisi bisa tetap bugar.
Sebenarnya, sempat ada wacana kalau Liga 1 akan dimulai pada tanggal 1 Oktober kemarin dengan kompetisi berpusat di provinsi Yogyakarta. Berhasil membuat banyak orang senang karena mereka akan mendapatkan pendapatan yang selama ini macet karena tak ada agenda liga. Selain itu, penonton di layar kaca juga bisa mendapatkan hiburan kembali setelah lebih dari enam bulan muak dengan berita tentang corona yang tak kunjung usai.
Namun, di hari H pertandingan seharusnya dimulai, tiba-tiba pihak kepolisian mengirimkan maklumat bahwa mereka tidak mengijinkan Liga 1 dilaksanakan. Sontak, pengumuman dari kepolisian itu seperti petir yang meledak di siang bolong. Ketika klub-klub sudah bersiap-siap untuk memulai Liga dengan persiapan yang maksimal, mereka harus mendapatkan kenyataan pahit bahwa Liga 1 kembali tertunda.
Namun, mungkinkah Liga 1 akan kembali bergulir kembali? Menurut Ketua Umum PSSI, Iwan Bule, kompetisi sementara akan ditunda kembali selama sebulan sampai bulan November. Seandainya kompetisi akhirnya mendapat lampu hijau dari kepolisian agar kembali dilanjutkan, apakah format liga masih relevan untuk terus dilanjutkan? Sepertinya tidak.
Liga 1 yang harusnya selesai pada bulan November, ternyata belum selesai dan masih masuk ke pekan ketiga. Tentu jika melanjutkan kompetisi dengan format liga sangat tidak cocok karena akan membuat jadwal sangat padat dan akan selesai tahun depan. Belum lagi hitungan tentang wakil Indonesia di ajang AFC Cup dan agenda liga untuk tahun depan yang membuat format liga harus diubah.
Lantas, apa format yang cocok agar kompetisi bisa selesai di tahun ini? Yaitu memakai format turnamen seperti Piala Presiden. Meski sangat bertentangan dengan kompetisi liga yang berjalan setiap pekan, namun format turnamen seperti Piala Presiden akan lebih realistis untuk kondisi klub saat ini yang sedang mengalami krisis keuangan.
PSSI dan klub akan mendapat keuntungan jika Liga 1 dijalankan dengan format turnamen. Pertama, kompetisi akan berakhir lebih cepat. Adanya pilkada serentak di bulan Desember membuat kepolisian harus fokus menjaga pilkada. Dengan format turnamen, kompetisi bisa selesai dalam waktu kurang dari tiga minggu dan dipusatkan di Yogyakarta. Polisi bisa memusatkan perhatian mereka kepada turnamen yang berlangsung.
Kedua, keuntungan akan lebih meningkat. Bergabungnya klub kecil dan klub besar dalam satu grup akan membuat pendapatan dari hak siar dan sponsor akan lebih besar dan pembagian akan lebih merata, sehingga bisa membantu keuangan klub-klub semenjana.
Ketiga, agar agenda timnas di tahun depan tidak berantakan. Kita tahu bahwa pada 2021 nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Selain itu akan ada piala AFF, kualifikasi piala dunia, dan Sea Games, juga kompetisi Asia. Dengan agenda yang sedemikian padat ini, molornya Liga 1 akan menjadi bumerang bagi timnas karena pemain akan kelelahan karena liga yang tak kunjung usai sehingga akan berdampak pada performa timnas di lapangan hijau.
Keempat, agar Liga 1 tahun depan bisa lebih menarik. Jika Liga 1 selesai pada tahun ini, klub akan mempunyai waktu yang cukup untuk membangun ulang kekuatan mereka yang remuk akibat corona. Klub juga akan memiliki waktu istirahat yang cukup agar performa mereka di liga bisa maksimal. Selain itu, pihak berwenang juga bisa leluasa merumuskan jadwal agar tidak bertabrakan dengan agenda timnas Indonesia.
Dengan berbagai keuntungan yang telah disebutkan di atas, mengubah format kompetisi dari liga menjadi turnamen adalah keputusan yang masuk akal pada saat ini. Mau tidak mau kompetisi tahun ini harus dilanjutkan agar pengorbanan klub di masa sulit ini tidak sia-sia.
Tetapi, semuanya tetap bergantung kepada kedisiplinan klub dan suporter akan pentingnya menjaga protokol kesehatan. Jika semua disiplin dan menurut pada aturan, kepolisian pasti akan memberikan izin agar pertandingan sepak bola bisa berjalan kembali.
BACA JUGA Menimbang Keputusan Resign buat Jadi Pengangguran dan tulisan Yongky Choirudin lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.