Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Eskapisme Media Sosial Membumbui Penyimpangan Era Digital

Yudi Kuswanto oleh Yudi Kuswanto
28 Juli 2019
A A
eskapisme

eskapisme

Share on FacebookShare on Twitter

Pelajaran dari fenomena media sosial saat ini harusnya dapat menjadi penyentil kita berlaku bijak yang diterapkan pada dunia nyata dan maya bukan malah menjadi pribadi yang mengkesampingkan itu semua akhirnya menjadi egosentris yang menjadikan  diri sendiri sebagai titik pusat perbuatan.

Menghargai seseorang berpendapat, berkomentar di lini masa seenggaknya dapat menjadi tolak ukur pribadi tersebut bijak atau tidaknya. Kalaupun tidak setuju dibalas dengan bahasa santun bukan menjatuhkan yang kerap kali dalam hal ini tidak menemukan titik akhir penyelesaian masalah jika berhadapan dengan akun anonym tanpa identitas yang jelas. Atau bagi mereka kalangan public figure dan para tokoh yang merasa dirugikan karena dapat merusak reputasinya di mata publik, mereka tidak segan-segan melimpahkan perkaranya ke pihak berwenang.

Miris sekali jika dihadapkan pada persoalan tersebut sebab media sosial diciptakan peran utamanya menjadikan kita yang terpaut jarak lebih gampang perihal komunikasi serta memberikan kebebasan ruang berekspresi di muka umum baik melalui tulisan, gambar atau video. Media sosial tidaklah diciptakan sebagai pedang; menciptakan kerusuhan lalu membunuh ego mereka masing-masing apalagi diperkuat dengan dalih ‘tidak ada yang paling benar kecuali saya’.

Rasanya semudah itu menilai seseorang di era digitalisasi sebagai parameter individu tersebut pintar tidaknya, sekolah tinggi atau tidaknya. Bahkan beberapa waktu lalu media sosial dijadikan  penilaian oleh sekelompok golongan yang ditujukan kepada pendukung salah satu presiden. Sekejap jika apa yang mereka bagikan tidak sesuai dengan dukungan mereka tindakan mencibir langsung dialamatkan padanya dan terjadilah perang adu mulut menggunakan jari di jagat dunia maya, ini sungguh tidak logis bukan. Maksud saya seharusnya kita dapat bersatu bukan malah terpecah-pecah mempertahankan ego.

Lebih darurat lagi jika media sosial seringkali digunakan oleh pihak yang tidak betanggung jawab sebagai ladang subur penyaluran informasi bohong atau hoax. Dampaknya sangat besar karena penyampaianya didasarkan pada penyatutan sumber terkait padahal yang perlu kita perhatikan apakah sumber-sumber tersebut kredibel atau tidak bukan langsung membenarkan. Namun nyatanya kita sebagai penerima informasi entah kelewat malas atau kelewat percaya sehingga meninggalkan check-recheck informasi dan langsung membenarkan lalu menjadi masalah lagi karena sudah termakan kontruksi opini yang dimainkan.

Begitu kejamnya media sosial meninggalkan bekasan luka yang mungkin tidak akan ada obatnya. Sangat kejam hingga tidak hanya sebatas penyelewengan komentar dan penyaluran informasi, jauh dibelakang itu eksistienlisme menguntitnya. Mereka yang ingin dikenal selalu bertampilan perfect lewat beragam unggahan gambar maupun video yang dibagikan dan mungkin itu semua sangat berbanding terbalik dengan realitasnya. Letak  kesedihanya terdapat bagi mereka yang tidak tahu dengan kehidupan aslinya seperti apa. Kemudian menuntut dirinya sendiri agar memiliki kesamaan dan memenuhi keinginanya untuk mendapatkan feedback dari pengguna lainya.

Beragam cara dilakukan agar pemenuhan keinginan hasrat terpenuhi. Bisa jadi mereka menggunakan cara yang tidak semestinya dilakukan semisal pencurian, perampokan lalu hasilnya untuk menutupi biaya yang digunakan sebagai cara menunjang eksistensi. Padahal keinginan mereka ‘semu’ untuk menghindar dari realitas dengan mencari hiburan dan ketentraman dalam dunia khayal maupun situasi rekaan.

Kecenderungan tersebut yang dinamakan dengan eskapisme. Dalam sosiolgi ada Emile Durkheim yang menyatakan bahwa sikap itu timbul karena akibat melemahnya situasi sosial yakni ketika kohesi sosial semakin melemah, dan struktur sosial tidak mampu melindungi setiap individu, pada saat itulah individu melepaskan diri dari sosialya.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Memang selama tekanan menjadi sempurna masih ada dibenak mereka maka ancaman merasakan kesepian pun juga tetap tumbuh dalam hidupnya. Salah satu Penyaluranya dengan tindak kejahatan yang jelas-jelas semua itu termasuk dalam penyimpangan sosial.

Jika dikaitkan dalam fenomena yang ada antara eskapisme dan pernyataan yang diungkapkan oleh Durkheim ada benarnya, bisa jadi individu tersebut memang mempunyai kohesi sosial yang lemah kemudian mengalihkan keeratan komunikasinya pada basis dunia maya akan tetapi di dunia maya juga tidak berbeda jauh dengan keadaan di lingkungan sosialnya. Individu tersebut beranggapan untuk memulihkan itu semua harus dapat dikenal namun rupanya cara yang akan dibangun untuk mendapatkan relasi hanya mengarahkan kepada eskapisme.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: eksistensieskapismekenakalan remajaMedia Sosialpenyimpangan
Yudi Kuswanto

Yudi Kuswanto

ArtikelTerkait

20 Bahasa Gaul Gen Z dan Artinya yang Viral di Media Sosial Sepanjang Tahun 2023

20 Bahasa Gaul Gen Z dan Artinya yang Viral di Media Sosial Sepanjang Tahun 2023

22 Oktober 2023
Mengingat Banyak Password Adalah Bukti Kecanggihan Otak Kita

Mengingat Banyak Password Adalah Bukti Kecanggihan Otak Kita

27 Februari 2020
Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya Mojok.co

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

9 November 2025
Jangan Biarkan Pengguna Quora Makin Banyak dan Ramai, Nanti Toksik terminal mojok.co

Jangan Biarkan Pengguna Quora Makin Banyak dan Ramai, Nanti Toksik

6 November 2020
kkn desa penari

Tidak Penasaran dengan Cerita Horor KKN Desa Penari Indikasi Seseorang Ber-IQ Tinggi: Benarkah?

3 September 2019
menegur

Menegur dan Mengingatkan Tanpa Mempermalukan

15 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa Mojok.co

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

11 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

10 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.