Sebenernya sudah dari dulu saya penasaran sama dunia blogging. Dulu sempet bikin blog abal-abal yang isinya cerpen-cerpen semasa STM gitu. Iya, saya dulu anak STM, dan selain tawuran, rutinitas saya adalah nulis cerpen dan tayangin di blog. Apakah yang baca banyak? Mentok sepuluh, itu juga yang lima saya, sisanya temen yang dipaksa baca.
Itu dulu. Setelah pensiun dari penulisan fiksi karena gagal menjadi penulis terkenal, saya mencoba menulis esai dan akhirnya bermuara di Terminal Mojok. Semenjak nulis di Terminal Mojok, gairah literasi saya makin menggelora. Rasanya setiap hari kudu nulis apa saja dan kudu dikirim ke Terminal Mojok. Urusan keterima apa enggak itu bodo amat, yang penting kirim terus.
Nah, setelah saya amati, observasi, dan evaluasi, ternyata banyak banget tulisan saya yang mental dan terbengkalai. Sayang dengan tulisan-tulisan itu, kemudian saya membuat blog pribadi yang isinya tulisan-tulisan gagal tayang.
Per Mei 2020, di bulan yang sama dengan tulisan pertama saya di Terminal Mojok tayang, saya membuat akun WordPress dan mulai milih-milih tema yang akan saya pakai di blog pribadi saya. Dengan subdomain .art.blog, saya posting artikel hampir setiap hari. Kadang berasal dari tulisan yang ditolak, kadang tulisan yang memang saya niatkan untuk blog pribadi.
Adakah yang baca? Weh, ternyata ada. Waktu itu dalam satu hari bisa ada sepuluhan pengunjung dan menghasilkan 40-an pageview. Pada waktu itu, saya merasa 40-an pageview adalah angka yang sangat luar biasa untuk sebuah blog.
Minggu-minggu berlalu. Ternyata trefik blog pribadi saya jalan di tempat. Pageview nggak pernah nyentuh angka seratus. Tapi, saya tidak kecewa sama sekali karena bagi saya, pageview segitu sudah standar. Barulah setelah saya iseng googling seputar blogging, saya jadi merasa teramat hina, naif, dan menjijikkan. Ya iya, wong blog-blog di luar sana bisa dapet ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan pageview per hari.
Sejak saat itu saya mulai belajar bagaimana caranya ngeblog dengan benar. Saya baca-baca artikel di sana-sini, mempelajari teknik SEO, bahkan saat temen saya lolos program Prakerja dan dia males ngikutin pelatihannya, saya mengajukan diri sebagai relawan mengikuti kelas, dan saya ambil kelas seputar kepenulisan, optimasi SEO, dan Facebook Ads. Dimulailah tahap baru bagi saya dalam dunia blogging.
Saya membeli Top Level Domain beberapa hari setelah merampungkan kelas Prakerja milik teman saya. Menentukan harus pakai domain dotcom, dotco, dotid, dotnet, atau dot-dotan yang lain itu ternyata susah juga. Akhirnya setelah memilih berdasarkan harga paling sesuai dan pelafalan yang enak, saya memilih salah satu dari sekian banya dot itu. Mulailah sistem kebut semalam buat bikin blog baru.
Weeelaaah, ternyata beberapa hari setelah berganti ke Top Level Domain, trefik blog saya mulai naik. Sudah nembus angka 100 pageview per hari. Semakin semangat saya ngurusin blog itu, semakin semangat juga buat nulis artikel yang bukan hasil tolakan dari Terminal Mojok. Saya share pos blog itu di media sosial, saya pamerin ke temen-temen sekitar, dan puncaknya, saya iseng nyoba promosi pake Facebook Ads. Ternyata sangat efektif sehingga beberapa minggu kemudian trefik blog saya semakin naik. Sehari bisa dapet seratusan pengunjung dan tiga ratusan pageview.
Berbekal kemampuan nulis yang lumayan (hehehe), kemampuan ngurus blog yang juga lumayan (hehehe lagi), saya akhirnya diajak rekan membuat sebuah media alternatif yang sekarang mulai lumayan rame. Tapi, nggak usah dibahas lah media itu, kita fokus saja ke blog pribadi saya.
Setelah merasa lumayan rame, saya iseng daftarin blog saya ke program Google AdSense, dan selalu ditolak meski mencoba berkali-kali. Alasan ditolaknya menyebalkan, karena Pandemi Covid-19 sedang melanda, maka tim peninjau dari Google sedang tidak beroperasi. Dan itu berlangsung berbulan-bulan.
Kesal karena ditolak terus karena kesalahan yang bukan kesalahan saya, akhirnya saya nyari alternatif program iklan yang lain. Saya daftar ke Mgid, tapi jijik sama iklannya dan saya hapus. Akhirnya saya nemu program WordAds dari WordPress. Intinya ya kayak Google AdSense, tapi bikinan WordPress. Saya coba daftarin, dan setelah sebulan ditinjau, blog saya dinyatakan layak. Saya pasang iklan di sidebar dan di akhir artikel karena memang hanya di sana iklan bisa ditempatkan. Sebenernya bisa dipasang di header dan beberapa tempat lain, tapi saya nggak mau ada iklan nongol di mana-mana.
Setelah pasang iklan, saya sudah bangga dan sombong ke temen-temen saya bahwa blog saya sudah bisa menghasilkan duit. Barulah sebulan kemudian saya kecewa lagi karena tiga puluh hari masang iklan, duit yang tampak hanya 0,06 dolar AS yang misal dikonversi ke rupiah nggak nyampe 900 perak.
Hilang sudah kesombongan saya di awal-awal masang WordAds.
Muak, saya hilangkan semua WordAds dari blog. Coba daftar AdSense lagi berharap tim peninjau telah kembali aktif. Eh sialannya, masih aja ditolak setelah nunggu semingguan. Yaudah, saya bodo amat sama iklan-iklanan, pokoknya ngeblog aja sesukanya.
Sampai akhirnya saya iseng daftar AdSense lagi dan secara mengejutkan, esok harinya langsung diterima. Mulailah saya buka pengaturan iklan dan masang iklan di sana-sini. Saya masang iklan dua biji di sidebar, terus tiga biji di dalam artikel. Saya masih kokoh berpendirian iklan di header itu menyebalkan dan merusak desain. Berbekal iklan yang nggak terlalu banyak itu, saya harap-harap cemas menantikan berapa duit yang bakal dapet. Kalo kayak WordAds tadi, walah langsung saya hapus itu iklannya lagi dan ngeblog asal nuangin hobi nulis aja.
Eh, ternyata di hari pertama saya dapet satu klik. Hebatnya lagi, langsung dapet seribu rupiah. Konon biaya per klik di Indonesia itu berkisar 200 perak sampai 400 perak, tapi saya bisa dapet seribu. Makanya saya girang bukan main, dan berharap setiap klik berikutnya akan senilai seribu juga. Hari berikutnya nggak ada klik dan penghasilannya di angka 700 perak. Hari berikutnya ada klik, tapi satu kliknya senilai 200-an perak dan ada tiga klik dalam satu hari itu.
Pageview blog saya sehari berkisar seribuan, kadang bisa dua ribuan, tapi jarang banget. Pengunjung terbanyak datang dari media sosial, setelah itu dari mesin pencari, setelah itu dari referal, barulah dari kunjungan langsung setelahnya.
Saya sendiri masih belum begitu memahami konsep Google AdSense, mengingat saat trefik sepi, penghasilan malah bisa lebih banyak daripada kemarin pas trefik rame. Kadang pas trefik rame, penghasilan pun mayan banyak. Kadang trefik sepi, penghasilan sepi. Kayaknya kok nggak tentu, gitu.
Sejauh ini, total sudah 20 hari saya memasang Google AdSense di blog. Saya baru mendapat 30 ribu rupiah. Dari angka itu sendiri saya masih belum tahu apakah wajar atau tidak. Yang jelas kalau bermimpi dapet jutaan rupiah per bulan dari ngeblog, berarti trefik saya harus ditingkatkan berkali-kali lipat.
BACA JUGA 5 Alasan Mengapa Kamu Sebaiknya Tidak Menjadi Blogger untuk Cari Uang dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.