Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

6 Persamaan Cak Nun dan Gus Baha’

Abdulloh Suyuti oleh Abdulloh Suyuti
17 Juli 2020
A A
kesamaan gus baha' dan cak nun mojok.co

kesamaan gus baha' dan cak nun mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa yang tidak kenal dengan Emha Ainun Nadjib? Banyak yang mengatakan bahwa tokoh yang lebih akrab disapa Cak Nun ini adalah manusia multidimensi. Beliau dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, cendekiawan, sastrawan, aktivis, pekerja sosial, dan kiai. Atas inisiatif beliau pula kini jamaah Maiyah tersebar di berbagai penjuru dunia.

Beberapa tahun terakhir saya gemar mengikutinya, kadang menghadiri langsung acara “Sinau Bareng”, namun lebih sering menyimaknya via YouTube. Belakangan ini saya juga gemar menyimak ceramah dari K.H. Ahmad Baha’uddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha’. Lewat YouTube juga tentunya karena belum berkesempatan hadir secara langsung di pengajiannya. Gus Baha’ dikenal sebagai ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Al-Qur’an.

Ada persamaan antara Cak Nun dan Gus Baha’ yang saya simpulkan setelah beberapa waktu mengikuti keduanya.

#1 Meneduhkan dalam berbicara

Ceramah yang meneduhkan adalah yang selalu saya cari. Bagi saya, seseorang yang bicaranya meneduhkan itu menunjukkan kebesaran hati dan keluasan ilmu. Dan saya menemukan ketenangan ketika mendengarkan ceramah dari Cak Nun dan Gus Baha’.

#2 Membuat optimistis setelah mendengar kajiannya

Kesan yang saya dapat setelah mendengar ceramah dari dua tokoh yang saya sebutkan selalu gembira. Beliau-beliau ini menularkan sikap optimistis dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup. Baik Cak Nun dan Gus Baha’, selalu menanamkan sikap rida atas segala sesuatu yang terjadi pada diri kita.

Salah satu sikap yang sering dituturkan oleh mereka berdua yakni syukur. Dengan pandai bersyukur kita tidak akan mudah mengeluh, dengan tidak mudah mengeluh kita akan terhindar dari sifat pesimistis. Rasa syukur itu menerbitkan kegembiraan yang murni dan sejati, kegembiraan yang tidak bergantung pada sesuatu di luar diri kita.

Cak Nun pernah membuat perumpamaan seperti ini: “Bila air yang sedikit dapat menyelamatkanmu dari kehausan, tak perlu meminta air yang lebih banyak yang barangkali dapat membuatmu tenggelam.”

Gus Baha’ pun demikian, dalam ceramahnya mengajarkan kita untuk selalu bisa menemukan sesuatu untuk disyukuri. Salah satu kisahnya pernah ditulis di Terminal Mojok dengan judul “Belajar Optimis Masuk Surga Bersama Gus Baha’”.

Baca Juga:

Lulus Magister Jalur Tirakat, Kepercayaan Bapak yang Tidak Bisa Diganggu Gugat

Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu

#3 Ceria dan suka bercanda

Cak Nun dan Gus Baha’ selalu tampil ceria dan tidak sungkan mengajak audiens untuk bercanda. Tak jarang mereka juga tertawa terbahak apabila memang sedang menceritakan hal yang lucu. Mendengarkan ceramah mereka merupakan suatu hiburan yang berfaedah bagi saya.

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha’ pernah berkata “Saya itu malu sama Allah kalau dalam hidup ini tidak ada guyon, bercanda, karena kalau cemberut, kelihatan sedih, kesannya kok tidak rida sama qada dan qadar Allah.”

Sedangkan bercandanya Cak Nun lebih ceplas-ceplos meski pendengarnya lebih beragam latar belakangnya. Bagi Cak Nun, misuh itu nggak apa-apa, yang tidak boleh adalah misuhi orang lain.

#4 Bisa diterima banyak golongan

Jamaah Maiyah itu terdiri dari beragam kalangan. Mulai dari pejabat, tokoh masyarakat, akademisi, santri, muslim abangan, bahkan preman bisa berbaur dan duduk bersama dalam satu majelis. Semua diterima Cak Nun, dari latar belakang ormas mana pun di negeri ini.

Tak jarang Cak Nun juga diminta untuk menengahi antara kelompok yang berselisih. Misalnya perbedaan pendapat antara ormas NU, Muhammadiyah, dan HTI. Bahkan ketika ada perselisihan antara suporter sepak bola. Banyak golongan yang membutuhkan sosok Cak Nun meski tetap saja ada sebagian kecil kelompok yang tidak suka dengan beliau.

Gus Baha’, meski mayoritas pendengarnya adalah kalangan santri, tapi nyatanya beliau juga diterima oleh banyak kalangan. Beliau ulama NU tulen, tapi kawan-kawan saya yang pure Muhammadiyah juga suka mendengarkan ceramahnya. Baru-baru ini beliau juga mengisi ceramah yang diadakan Universitas Muhammadiyah Malang.

#5 Cerdas

Saya rasa tak ada yang meragukan kecerdasan logika mereka. Sejauh pengamatan saya mereka selalu menang dalam berargumen. Gus Baha’ mampu menjelaskan tafsir ayat dengan bahasa kaumnya, yang mudah dipahami. Sedangkan Cak Nun lihai dalam membaca situasi sosial dan memasukkan ilmu-ilmu agama sesuai tingkat pemahaman kaumnya.

#6 Tidak masuk TV nasional

Meskipun mereka berdua tidak masuk TV nasional, nyatanya jamaah mereka sangat banyak jumlahnya. Saya yakin mereka punya alasan khusus kenapa menolak untuk diliput TV nasional.

Rasanya sangat beruntung bisa mendengar nasihat-nasihat dari Cak Nun dan Gus Baha’, benar-benar seperti oase yang menyejukkan di tengah gersangnya zaman. Semoga sehat selalu dan panjang umur untuk beliau berdua, amiiin.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Beda Pandangan Kiai Maimoen dan Gus Baha’ Soal Menerima Tamu dan tulisan Abdulloh Suyuti lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2020 oleh

Tags: Cak NunceramahGus Baha'maiyahulama
Abdulloh Suyuti

Abdulloh Suyuti

ArtikelTerkait

mati, surga, dan neraka MOJOK

Mati Rasa pada Surga dan Neraka

3 Juli 2020
kebodohan

Betapa Bahagianya Menertawakan Kebodohan Diri Kita Sendiri

30 Juli 2019
Nggak Habis Pikir Sama Orang yang Tidak Menghabiskan Makanan Hajatan terminal mojok.co

Pertanyaan Makan sebagai Penanda Kelas Ekonomi dan Kadar Moral Seseorang

2 Mei 2020
Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu

Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu

16 Juli 2022
sehebat-hebatnya hrs gus nur jauh lebih dahsyat terminal mojok

Sehebat-hebatnya HRS, Masih Lebih Hebat Gus Nur

3 Desember 2020
gus baha'

Gus Baha’ dan Anak Kecil

22 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.