Saya tumbuh besar dengan menyaksikan tayangan kartun Doraemon di hari Minggu setiap jam 9 pagi, bukannya jam 8. Sedari kecil, semua bocah di zona waktu WIT dan WITA, sudah dibekali kemampuan untuk bisa mengonversi waktu tayang kartun dalam WIB menjadi zona waktu masing-masing.
Karena tinggal di zona WITA, saya bahkan pernah sedikit merasa iri dengan bocah-bocah di zona WIT yang mesti menambahkan waktu dua jam dari jadwal tayang di televisi sehingga bisa nonton program acara Hamtaro tanpa perlu bangun pagi. Untuk tujuan menonton kartun, semakin banyak jeda waktunya dengan WIB, jelas akan semakin menguntungkan untuk para bocah.
Di balik semua keuntungan tersebut, ternyata perbedaan zona waktu menimbulkan banyak masalah di masa dewasa, terutama untuk tayangan program film bioskop di televisi.
Kebanyakan orang pasti sudah paham bahwa program acara semacam ini sering ditayangkan di atas jam 22.00 WIB, yang mana artinya itu sudah jam 11 malam di zona waktu WITA. Okelah, ya, saya tetap jabanin demi bisa menyaksikan film layar lebar secara gratis dan legal.
Namun, sialnya, film bioskop lawas ini kerap memiliki jeda iklan yang lumayan kurang ajar. Iklan dalam program televisi begini bisa memiliki durasi sepanjang lima menit tiap dua menit penayangan film.
Terus terang saja, hal ini membuat film berjalan bak kura-kura yang lagi lari maraton. Semua orang bisa sampai di garis finish dalam waktu dua jam, nah, dia nggak bisa karena terus-menerus istirahat tiap dua menit sekali. Kebanyakan istirahatnya, Bos, ketimbang jalannya.
Sudah begitu, karena saking lambatnya dan nggak tamat-tamat, akhirnya film tersebut dipotong di adegan masalah sedang klimaks. Sudah mah begadang sampai jam satu, nonton film nggak kelar karena kebanyakan nonton iklannya, nggak bisa tidur pula karena kepikiran alur cerita yang menggantung. Zona waktu yang punya surplus begini emang paling nggak diuntungkan untuk program acara malam.
Zona waktu berbeda juga paling nggak enak buat janjian rapat online. Apalagi, jika partner rapatnya adalah orang dari zona WIB. Kalau janjian siang atau sore seringnya nabrak waktu salat. Emak di rumah sudah pasti mengomel nyuruh ibadah, di Zoom pun bos sedang mengomel soal target bisnis yang nggak tercapai. Diomelin dari dua sisi itu beraaat sekaliii, bosque.
Penderitaan ini menjadi ganda ketika ada rapat online mendadak pada malam hari. Rapat yang dimulai jam 8 malam artinya sudah jam 9 di zona WITA. Dengan durasi diskusi satu jam saja, di tempat saya sudah mencapai jam 10. Jam segitu jelas mata sudah nggak bisa dikondisikan, mulai berat, terasa pedih, dan gatalnya minta ampun sebagai bentuk protes agar segera dipejamkan.
Saya kira hanya itu kerugian berada di zona waktu yang berbeda dengan WIB. Ternyata masih ada banyak, salah satunya adalah gagal mendapatkan jodoh dari area WIB.
Kok bisa? Bisa, karena bagaimanapun kami (saya dan gebetan) punya pola pikir yang bertentangan akibat menonton Doraemon di jam yang berbeda.
Akibat tinggal di zona waktu yang lebih cepat sejam dibanding zona WIB, saya menjadi cepat matang sehingga ingin cepat-cepat jadian, hahaha. Gebetan saya yang terdidik lebih lambat satu jam dari zona waktu saya, jelas akan menolak ajakan ini karena menurut dia belum waktunya.
Bukan hanya itu, kadang saya dan gebetan berantem karena ia tak punya skill mengonversi waktu antara WIB dan WITA. Sering kali, terjadi kesalahpahaman janji hanya karena soal waktu.
Misalnya, saya membuat janji untuk video call jam 10 malam, namun doi baru ready saat saya sudah ketiduran di pukul 11. Jadi dia nggak paham ketika saya bilang jam 10, itu artinya jam 9 di tempatnya.
Begini memang kalau tinggal di zona WIB yang selalu dimanjakan dengan kondisi jadwal televisi tanpa harus mengonversi. Bisa dipastikan dia (gebetan saya) selalu gagal menonton film bioskop di HBO karena nggak bisa hitung-hitungan waktu.
Perbedaan waktu juga menjadikan kami punya keyakinan yang berbeda. Saya yakin, dianya enggak, hahaha. Akan tetapi, setidaknya saya punya satu keuntungan hakiki yang jelas akan membuat iri semua orang di zona WIB, yakni deadline kerja yang lebih lambat.
Jika ada deadline kerjaan jam 5 sore, berarti saya bisa mulai mengerjakan jam 5 sore zona WITA dan mengumpulkannya satu jam kemudian. Jika, membahas soal deadline, saya inginnya tinggal di Pulau Baker saja, yang punya zona waktu yang lebih cepat lima jam dibandingkan dengan WIB. Sehingga, deadline kerja bisa tertunda selama lima jam.
BACA JUGA Waktumu Terasa Lebih Cepat? Ini Penjelasan Psikologisnya dan tulisan Rian Andini lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.