Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis

Muhammad Abdul Rahman oleh Muhammad Abdul Rahman
21 Mei 2020
A A
Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis Kenapa Sih Orang Suka Berkomentar dan Terbawa Suasana Pas Nonton Sinetron?
Share on FacebookShare on Twitter

Mungkin pembaca sekalian tidak asing dengan tokoh yang bernama Kang Bahar. Kang Bahar adalah tokoh fiksi yang karakternya sangat kuat di series Preman Pensiun. Sebagai seorang preman, Kang Bahar terlalu kuat untuk dilawan, bahkan dilawan oleh musuhnya sendiri.

Merantau dari Garut ke Bandung hanya untuk mengadu nasib yang tidak jelas masa depannya, menghadapi berbagai rintangan dan ujian, menjadikan Kang Bahar sebagai sosok preman yang sangat disegani kawan maupun lawannya. Kalau ada preman-preman kelas teri dengar nama Kang Bahar, mungkin sudah cepirit duluan daripada harus berurusan langsung dengannya.

Sebagai penggemar dari serial Preman Pensiun, saya sangat kagum dengan sosok Kang Bahar. Kalau boleh saya berpendapat, ia seperti Vito Corleone-nya versi kearifan lokal. Sosok antagonis yang punya sisi humanisme yang tinggi. Kang Bahar adalah sosok yang tepat untuk merepresentasikan don’t judge people by the cover. Oleh sebab itu, ini sedikit gambaran humanisme yang saya dapatkan dari Kang Bahar.

Satu: Keluarga adalah segalanya

Bagi Kang Bahar, menjalani bisnis haram sebagai preman, tentu tidak bisa lepas dari hal-hal negatif. Kang Bahar adalah salah satu sosok yang teguh imannya. Bisa saya bilang teguh karena Kang Bahar tidak mudah tergoda dengan yang bukan urusannya. Urusan perempuan, misalnya.

Bukan hal yang sulit bagi Kang Bahar kalau sekadar mengencani 3 sampai 5 wanita sekaligus. Namun, imannya sepertinya lebih tebal ketimbang hawa nafsunya. Semua tidak dipilihnya karena ia punya tanggung jawab sebagai pria yang sayang keluarga baik sebagai seorang suami maupun sebagai seorang ayah.

Belum lagi perlakuan Kang Bahar dengan para anak buahnya, sebagai bos preman mungkin Kang Bahar akan dengan mudah memperlakukan anak buahnya sesuka hatinya, tapi tidak bagi Kang Bahar. Preman hanya pekerjaan, di luar itu mereka adalah bersaudara. Coba semua bos-bos punya prinsip kayak gini, ya.

Dua: Preman juga bisa berbuat baik

Menyandang status preman paling berpengaruh di Bandung, sudah barang tentu Kang Bahar bukan orang sembarangan. Atas hasil kerjanya, banyak yang merasa terbantu meski dengan menghalalkan segala cara. Tapi poinnya bukan di situ, bisa pembaca sekalian hitung, berapa pengusaha yang bisnisnya aman berkat Kang Bahar?

Belum lagi ia banyak memberikan lapangan pekerjaan mengingat banyaknya lokasi atau daerah yang perlu pengamanan. Bayangkan saja luas kota Bandung sekitar 167,7 km². Bayangkan setiap pengusaha membutuhkan bisnis jasa keamanan Kang Bahar, berapa banyak titik yang perlu diamankan?

Baca Juga:

Terminal Ledeng Bandung: Terminal Multifungsi di Pinggiran Kota Bandung yang Bukan Sekadar Tempat Ngetem Angkot

Mawar Preman Pensiun, Tukang Parkir Terbaik dan Teramah di Indonesia, Wajib Jadi Contoh!

Poinnya, jangan melihat dari sisi Kang Bahar itu preman. Akan tetapi, lihat bagaimana ia memberikan manfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Kamu aja belum tentu bisa, kan?

Tiga: Dunia itu fana

Saya ingat bagaimana adegan Kang Bahar dengan setia menemani istrinya sampai di akhir hayat. Sampai suatu ketika istrinya meninggal dan berpesan kepadanya untuk melanjutkan salat karena sang istri ingin bertemu Kang Bahar di surga. Lantas, bagaimana Kang Bahar bisa masuk surga kalau masih berbisnis urusan yang haramnya lebih banyak?

Preman tetaplah manusia, punya hati nurani dan rasa takut. Terlebih takut kepada Tuhannya. Kang Bahar adalah gambaran seseorang yang teguh dan kuat di alam dunia tapi juga punya kekhawatiran masuk neraka. Sekuat-kuatnya manusia pasti akan takut juga kalau menghadapi kematian.

Empat: Pemimpin tegas yang tidak ada ampun

Di Preman Pensiun, Kang Bahar adalah tipikal bos preman yang tidak pandang bulu menindak tegas anak buahnya yang berbuat kesalahan. Ketegasannya itu berbuah dendam dan amarah tentunya bagi anak buah yang berbuat salah. Alih-alih mengharapkan dukungan dan pembelaan dari Kang Bahar, malah yang ada dikirim ke sel tahanan untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya.

Tidak banyak pemimpin yang berani menghukum anak buahnya sampai tega mengirim ke sel tahanan. Hanya pemimpin yang punya nyali besar dan teguh pendirian seperti Kang Bahar yang mampu mengambil tindakan seperti itu.

Ibarat kata, Kang Bahar itu nyalinya kayak kucing. Saking beraninya, ia tidak takut mati atau setidaknya diincar oleh anak buahnya yang punya dendam kesumat. Contohnya seperti si Jamal yang dijebloskan ke penjara. Setelah bebas si Jamal bersumpah akan menuntut balas atas perlakuan Kang Bahar kepadanya.

Bagi saya, Kang Bahar adalah gambaran preman yang gemar dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.

BACA JUGA Preman Pensiun 4: Sinetron Penuh Edukasi untuk Insan Pertelevisian Indonesia atau tulisan Muhammad Abdul Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2020 oleh

Tags: Kang Baharpreman pensiunSinetron
Muhammad Abdul Rahman

Muhammad Abdul Rahman

Pengamat Pajak Pemula.

ArtikelTerkait

Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan”

20 Mei 2020
sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19 kang bahar

Preman Pensiun Episode 13, Musim 1: Muslihat vs Jamal

10 Juni 2020
sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19 kang bahar

Preman Pensiun Episode 18, Musim 1: Rosita dan Jamal Merongrong Bisnis Kang Bahar

11 Juni 2020
tukang ojek pengkolan pak sofyan penghasilan kekayaan mojok.co

Tukang Ojek Pengkolan Sebaiknya Menghilangkan Tokoh-tokoh Tidak Penting Ini

4 Agustus 2020

Surat Balasan untuk Pembelaan dari Penulis Naskah ‘Suara Hati Istri: Zahra’

6 Juni 2021
Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV terminal mojok.co

Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV

2 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.