Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Panduan Bikin Klarifikasi Ketika Blunder Ala Influencer

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
19 Mei 2020
A A
klarifikasi

Panduan Bikin Klarifikasi Ketika Blunder Ala Influencer

Share on FacebookShare on Twitter

Mari ucapkan selamat tinggal kepada kalimat, “maaf saya salah, sebisa mungkin tidak akan saya ulang lagi,” dalam kamus hidup kita. Padahal, sesimpel itu cara meminta maaf setelah melakukan kesalahan. Perihal diterima atau tidaknya sebuah maaf, itu urusan belakangan.

Mengapa kita harus mengucapkan selamat tinggal? Sebagaimana kita pahami, suka atau tidak, pergeseran dan perubahan di bumi pasti selalu terjadi tiap detiknya. Baik pergeseran urusan fisik seperti lempeng, juga urusan sosial seperti budaya dan peradaban.

Mengenai beberapa hal, terutama dalam cara meminta maaf, kini tidak lagi sesederhana yang kita kira. Justru, mereka-mereka yang mendengar, seakan “harus” menerima maaf mereka dalam sebuah bentuk baru bernama klarifikasi. Ya, benar, semua sudah berbalik, menerima maaf lebih muda ketimbang meminta maaf.

Seakan, perbuatan sebodoh apa pun, setelah diakhiri dengan klarifikasi, semua dianggap selesai. Mereka yang dicekoki klarifikasi pun terbagi menjadi dua. Satu, tentunya, mereka yang tidak ingin orang bodoh lepas begitu saja (dimaafkan). Jalur hukum (jika perbuatan bodoh seseorang sudah melampaui kapasitas) harus ditegakkan walau yang bersangkutan sudah meminta maaf.

Pihak satunya, tentu akan bilang bahwa “sudah ada indikasi minta maaf, namun kalian tetap mencela? Heyyy!” Semua, menurut saya pribadi, tidak ada salahnya. Namun, jika budaya klarifikasi ini kian menjamur, makin banyak manusia bodoh yang muncul di permukaan, mengacak-acak segalanya, lalu meninggalkan jejak dengan sebuah permohonan maaf.

Bahkan, adik kita yang dalam videonya ngenyek PUBG sebagai game haram, melakukan hal yang sama untuk meminta maaf, yakni dengan sebuah klarifikasi. “Maksud saya itu blah blah blah,” rasanya jadi ingat video seorang Youtuber klarifikasi yang ia bagi dalam tiga part dan memasang iklan. Gobloknya, saya menontonnya.

Jika boleh mengutarakan pendapat, klarifikasi dan minta maaf itu tujuannya berbeda. Jika minta maaf itu langsung mengutarakan permohonan maaf, maka klarifikasi itu disertai pembelaan diri yang kadang ra mashoook babar blas. Tujuannya berkata “maaf”, namun mampir dulu ke A, B, C hingga Z.

Setelah mengamati selama puluhan purnama dan ribuan orang pekok masuk dalam lubang yang sama, setidaknya saya menemukan beberapa tipikal orang yang sedang melakukan klarifikasi. Aneh-aneh pokoknya. Saking anehnya, ada yang sampai di luar batas nalar.

Baca Juga:

Saya Lebih Percaya Dokter Tirta daripada Influencer Kesehatan Lainnya, To The Point, dan Walk The Talk!

Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

Pertama, jangan langsung minta maaf, karena 10 menit dalam youtube itu sangat penting. Iya, kan? Toh tujuannya bukan minta maaf, tapi berharap sesuatu itu menjadi “kelar”. Berharap konsekuensi perlakuan bodoh itu hanya sebuah hujatan, bukan hukum yang menyertai.

Apa lagi jika ulah pekok yang kamu lakukan itu adalah perbuatan ajaib di luar nalar manusia pada umumnya. Dijamin namamu menjadi objek yang paling dicari. Nah, setelah itu, buru-buru lah melakukan klarifikasi yang mumpuni. Upload di Youtube dan BOOM, niscaya trafik kanal Youtubemu bakal mbois.

Kedua, pura-pura pekok aja, padahal pekok beneran. Memulai kalimat dengan, “aku tuh nggak tau kalau itu salah,” Demi Neptunus. Otak manusia itu dibuat untuk menimang. Setidaknya ada tiga fase untuk berpikir; ketika hendak berbicara, ngedit video dan ketika hendak upload. Dari tiga rentan waktu tersebut, apa iya pantas pembelaan seperti itu?

Tapi, hal seperti itu efektif untuk memulai sebuah klarifikasi. Makin bodoh sebuah argumen, makin banyak yang menonton. Banyak menonton, ya jelas cuan yang akan didapat. Syukur-syukur setelah itu diajak kolab sama Youtuber yang subscribers-nya lebih banyak.

Tinggal tunggu waktunya saja, Ferdian Paleka diundang ke kanal-kanal Youtube podcast dan acara talkshow di televisi. Mbok tenan, warga Indonesia tercinta ini dalam menyikapi hal yang tengah viral, lebih gagap ketimbang Aziz Gagap itu sendiri.

Ketiga, dalam klarifikasi, kamu harus bilang dan jabarkan kekurangan kamu. Jika dirasa nggak tahu kekuranganmu apa, bilang aja introvert. Bukan bermaksud mengkerdilkan teman-teman introvert di luar sana, namun, seakan introvert ini menjadi tameng terbaik untuk melakukan klarifikasi.

Klasiknya seperti ini, “saya jarang bergaul, denger suara saja pusing. Nah, ketika ditanya hal tersebut, saya bingung jawab apa dan akhirnya lidah saya keseleo begitu saja.” Nih ya, kalau mau tau, orang introvert itu menyasar kepada kepribadian. Bukan berarti orang introvert ini tidak bisa mikir pakai otak. Hey, muhasabah Anda tukang klarifikasi.

Keempat, ucapkan persetan kepada silogisme. Tidak usah berpikir panjang tentang logika dan segala tetek bengeknya, klarifikasi harus dilibas tanpa menggunakan otak. Di menit awal bilang A, di menit berikutnya bilang B. Ini kamu sedang klarifikasi atau sedang cosplay jadi pemerintah? Eh.

Kelima, jika upaya pertama sampai keempat kurang nendank, maka cara terakhir adalah menangislah. Warga Indonesia sangat menyukai kesedihan. Entah itu lantaran kita saking mudah iba, atau lantaran mudah dibohongi. Rating televisi, urutan teratas diisi oleh sinetron yang tokoh utamanya selalu tersiksa.

Di lain hal, ajang pencarian bakat, kesedihan adalah faktor pendobrak luar biasa. Ketika sebagian orang menyimpan rasa sedihnya, industri hiburan kita membuka pintu untuk derai air mata. Apakah salah? Tentu tidak. Namun begitulah polanya.

Klarifikasi yang dilakukan beberapa influencer dan publik figur setidaknya mengadaptasi hal tersebut. Menangis seakan pintu maaf sudah terbuka sebesar 70%. Padahal, minta maaf ya tinggal minta maaf. Mengakui salah pun tinggal mengakui kesalahan. Tinggal menunggu balasan beberapa pihak yang merasa dirugikan atas kebodohannya. Sesimpel itu.

Keenam, bawalah “partner” dalam video klarifikasi mu. Partner boleh siapa saja. Mau pacar, saudara, youtuber lainnya, influencer lainnya, atau bahkan suami mu sekalian. Yang penting membantu maksud dan tujuan klarifikasi, bukan malah membanggakan ini dan itu.

Semisal kamu sudah bingung ngomong apa, gantian partnermu ini yang meneruskan pembelaan-pembelaan sampah itu. Partnermu adalah “pengatur serangan” dengan sandi-sandi rahasia khas klarifikasi. Misal, ketika ia mulai menyentuhmu, itu tandanya kamu harus segera melancarkan senjata utama bernama tangisan.

BACA JUGA Indonesia Bukan Negara Hukum, Tapi Negara Klarifikasi dan Minta Maaf* atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2020 oleh

Tags: influencerklarifikasikonten youtubeMinta Maafvideo klarifikasi
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

pajak pendidikan SPT Tahunan PPH orang Pribadi perpajakan Orang Pribadi influencer pajak npwp mojok.co

Membedah Potensi Penerimaan Pajak dari para Influencer

23 Juni 2020
Living in a Bubble: Ketika Media Sosial Digunakan Penguasa untuk Membungkam Demokrasi

Living in a Bubble: Ketika Media Sosial Digunakan Penguasa untuk Membungkam Demokrasi

18 Desember 2019
Berlomba Mengutuk BPJS, Padahal yang Buruk Pelayanan Rumah Sakitnya

Berlomba Mengutuk BPJS, padahal yang Buruk Pelayanan Rumah Sakitnya

25 Oktober 2022
Bahaya Influencer Nakal: Tarif Endorse Jutaan, Insight Konten Penuh Kepalsuan!

Bahaya Influencer Nakal: Tarif Endorse Jutaan, Insight Konten Penuh Kepalsuan!

18 Oktober 2023
Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

16 Oktober 2024
Dea Anugrah dan Betapa Melawan Influencer Itu Nggak Ada Gunanya terminal mojok

Dea Anugrah dan Betapa Melawan Influencer Itu Nggak Ada Gunanya

4 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.