Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kehidupan Saya di Jerman Selama Ada Virus Corona

Dina Noviana oleh Dina Noviana
14 April 2020
A A
Kehidupan Saya di Jerman Selama Ada Virus Corona

Kehidupan Saya di Jerman Selama Ada Virus Corona

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa sih yang tidak was was dengan kondisi dunia saat ini? Apalagi bagi yang tinggal di negara dengan kasus Covid yang sangat banyak. Saya sekarang tinggal di Jerman sebagai Au Pair, Jerman sendiri jadi negara yang menduduki kasus terbesar kelima di dunia setelah Amerika, Spanyol, Italia dan Perancis.

Sudah hampir satu bulan sejak kebijakan social distancing dan pembatasan aktivitas di luar rumah oleh Pemerintah Jerman, kasus Covid-19 sudah menyentuh angka 12.975 per tanggal 12 April 2020. Kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Jerman tanggal 27 Januari lalu pada seorang pria di kota Stanberg, 30 kilometer barat daya Munich, Bavaria.

Seperti yang kita ketahui, virus ini bermula Wuhan, salah satu kota di China. Kasus Covid 19 kemudian semakin meningkat di awal maret dan terus bertambah hingga hari ini. Saya tinggal di Coburg, kota kecil di negara bagian Bavaria yang memiliki kasus paling banyak di Jerman yaitu sebanyak 32.782 kasus per 12 April 2020.

Di Jerman sendiri, peningkatan kasus Covid-19 mulai signifikan terjadi di minggu kedua bulan maret. Langkah yang diambil pemerintah untuk mencegah tersebarnya virus ini dengan menutup semua sekolah, taman bermain, toko-toko (selain supermarket dan apotek), restaurant, serta kantor publik selama 5 minggu terhitung sejak tanggal 16 maret 2020.

Hal ini tentu saja berimbas kepada banyak orang, termasuk orang-orang Indonesia yang masa izin tinggalnya sudah hampir habis. Contohnya, salah satu teman saya yang tinggal di Munich. Dia sudah membeli tiket pulang ke Indonesia untuk akhir maret beberapa bulan sebelum keberangkatan. Namun akibat situasi seperti saat ini, maskapai penerbangan membatalkannya hingga kondisi membaik. Sehingga pihak imigrasi memperpanjang izin tinggalnya hingga 2 bulan kedepan.

Sedikit cerita, setelah pengumuman penutupan ruang publik yang sudah saya sebutkan di atas, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan untuk tidak keluar rumah sama sekali. Tanggal 19 Maret, saya mencoba keluar rumah untuk melihat bagaimana kondisi kota dan pergi ke supermarket. Saya selalu berpergian naik bus. Bus disini sama seperti busway di Jakarta yang memiliki 2 pintu. Hanya saja disini, pintu depan digunakan sebagai tempat masuk dan pintu belakang untuk keluar. Namun saat itu saya harus masuk dan keluar lewat pintu belakang. Interaksi dengan pengemudi sudah ditiadakan, bahkan penumpang sudah tidak bisa membeli tiket langsung kepada pengemudi. Hal ini dilakukan untuk melindungi pengemudi dari kemungkinan terpapar virus.

Setibanya di supermarket, stok barang yang terlihat nyaris kosong adalah makanan beku dan tissue toilet. Orang-orang membeli barang yang bisa disimpan dan ditimbun untuk jangka waktu yang lama. Orang Indonesia yang disini sih tidak masalah kehabisan tissue karena kita menggunakan air untuk keperluan buang hajat. Hehehehe.

Di beberapa sudut supermarket terpajang himbauan untuk tetap berjarak satu sama lain minimal 1,5 m. Setelah mendapat barang yang saya butuhkan, saya langsung menuju kasir. Tempat antrian dikasir, sudah diberi tanda yang berjarak 1, 5 meter dan tidak menerima pembayaran secara tunai. Hal ini dikarenakan uang kertas adalah salah satu media penyebaran virus yang paling luas. Pembayaran hanya bisa dilakukan menggunakan kartu debit atau kartu kredit. Saya langsung memutuskan untuk pulang ke rumah setelah dari Supermarket.

Baca Juga:

Tidak Ada Sampah di Jerman: Tren Bagi-bagi Barang Bekas di Jerman, Upaya Paling Efektif untuk Sustainability

4 Hal yang Biasa di Jerman, tapi Luar Biasa di Indonesia

Di hari yang sama, di malam hari, pemerintah mengumumkan karantina wilayah secara luas. Tidak ada yang bisa masuk dan keluar kota. Bus dan kereta antar kota sudah berhenti beroperasi per tanggal 19 Maret 2020 tengah malam. Saya langsung sedikit panik karena saya memiliki jadwal wawancara di Munich dan saya sudah terlanjur membeli tiket. Keesokan harinya saya langsung menghubungi träger yang memanggil saya wawancara dan meminta penundaan hingga kondisi membaik.

Selain karantina wilayah, pemerintah resmi membatasi segala aktivitas di luar rumah. Saya adalah tipe ‘anak rumahan’ yang jarang keluar apalagi sangat jarang kumpul-kumpul dengan banyak orang sehingga kebijakan social distancing tidak begitu memberatkan. Tapi meskipun begitu, saya juga butuh keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan menghirup udara segar. Beruntung pemerintah masih mengizinkan keluar rumah selama tidak berkelompok lebih dari 2 orang kecuali keluarga dan tetap memberi jarak dengan orang lain.

Saat keluar rumah juga wajib membawa identitas diri baik paspor atau aufenhaltstitel. Bagi siapa saja yang melanggar, harus siap menerima konsekuensinya yaitu di denda hingga maksimal 25.000 euro atau dipenjara. Ada seorang lelaki yang tinggal di Bamberg dipenjara akibat membuat party dirumahnya.

Alhamdulillah, hampir satu bulan tidak beraktivitas seperti sebelumnya masih membuat saya waras. Bagi saya sendiri, dampak yang paling memberatkan sebenarnya bukan tidak bisa keluar rumah tapi akan berpengaruh pada rencana saya setelah program Au Pair berakhir.

Visa saya berakhir di minggu pertama bulan Agustus dan rencananya saya ingin mengikuti program Freiwilliges Soziales Jahr (FSJ). Kelihatannya memang masih lumayan lama dan saya masih punya waktu 3 bulan sebelum visa saya berakhir. Tapi saya butuh waktu mencari tempat yang cocok dan wawancara untuk melakukan program FSJ. Sedangkan saat ini hampir semua lembaga tutup hingga waktu yang belum pasti. Sebenarnya saya sudah memiliki jadwal untuk wawancara dan magang di salah satu sekolah sejak bulan lalu. Namun akibat kondisi yang tidak memungkinan, semuanya diundur hingga waktu yang belum pasti.

Hampir setiap hari saya mengecek perkembangan kasus ini dan menurut saya sudah mulai bisa dikendalikan. Jumlah kasus memang masih bertambah setiap hari, namun pola pertambahan kasusnya sudah mulai menurun. Saya tahu, tidak ada negara yang siap dengan kondisi ini. Sekalipun itu negara maju.

5 negara dengan kasus Covid-19 terbanyak, semuanya adalah negara maju yang memiliki fasilitas kesehatan baik. Hanya saja, perilaku masyarakatnya sangat mempengaruhi penyebaran virus ini. Di Italia misalnya, jumlah faslitas kesehatan tidak bisa menampung semua pasien sehingga dokter harus memilih siapa yang akan diselamatkan. Sehingga kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan, kebersihan serta menerapkan social distancing menjadi satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Saya berharap seluruh dunia segera bisa mengatasi dan pulih seperti sedia kala.

BACA JUGA Lockdown Menyebalkan, Itu yang Saya Alami di Maroko atau tulisan Dina Noviana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 April 2022 oleh

Tags: jermankebijakan jermankehidupan di jermanpandemi corona
Dina Noviana

Dina Noviana

Perempuan kelahiran Palu yang senang menulis

ArtikelTerkait

Lomba Cipta Lagu Corona dan Lelahnya Kita dengan Semua Omong Kosong Ini terminal mojok.co

Lomba Cipta Lagu Corona dan Lelahnya Kita dengan Semua Omong Kosong Ini

28 September 2020
Pernikahan Saat Pandemi Mengatasi Malu dan Gengsi terminal mojok.co

Pernikahan Saat Pandemi Mengatasi Malu dan Gengsi

18 November 2020
Membandingkan Tiga Merek Sabun Cuci Tangan Harga Sepuluh Ribuan, Mana yang Terbaik? terminal mojok.co

Membandingkan Tiga Merek Sabun Cuci Tangan Harga Sepuluh Ribuan, Mana yang Terbaik?

26 November 2020
mahasiswa selesai kompre, pengangguran

Nasib Pengangguran: Cari Kerja Susah, Dagang Nggak Bisa, di Rumah Aja Nyusahin Orang Tua

12 April 2020
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti

21 Mei 2020
Beginilah yang Dilakukan para Pokemon Selama Pandemi

Seperti Inilah yang Dilakukan para Pokemon Selama Pandemi

7 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Telaga Madiredo, Telaga Underrated di Kabupaten Malang yang Meskipun Nggak Sebesar Sarangan, tapi Tetap Indah dan Pedagangnya Nggak Resek

Telaga Madiredo, Telaga Underrated di Kabupaten Malang yang Meskipun Nggak Sebesar Sarangan, tapi Tetap Indah dan Pedagangnya Nggak Rese

6 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
4 Hal Penting yang Harus Diketahui Jika Ingin Berkunjung ke Blok M Jaksel agar Kunjunganmu Tidak Sia-sia

4 Hal Penting yang Harus Diketahui Jika Ingin Berkunjung ke Blok M Jaksel agar Kunjunganmu Tidak Sia-sia

7 Desember 2025
Saya Sudah Mencoba Resep Indomie Goreng Dicampur Indomie Ayam Bawang dari King Aloy, dan Rasanya Biasa Saja

Saya Sudah Mencoba Resep Indomie Goreng Dicampur Indomie Ayam Bawang dari King Aloy, dan Rasanya Biasa Saja

7 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert
  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.