Menurut informasi yang saya baca dari beragam media online, Deddy Corbuzier akan masuk agama Islam. InsyaAllah ini bukan sekedar gimmick belaka. Beragam pemberitaan media menyebutkan bahwa Deddy Corbuzier sudah lama belajar Islam dari Gus Miftah dan Cak Nun—hal ini menjelaskan bahwa memang Deddy Corbuzier masuk Islam itu bukan karena kepingin nikah.
Menurut saya, persoalan Deddy Corbuzier yang masuk Islam ini tidak usah ditanggapi berlebihan—sungguh ini hal yang biasa-biasa saja. Lagipula kalau Deddy Corbuzier—Bapak Smart People yang hmm gimana ya smart-nya—akan masuk Islam, apa urgensinya? Apa semua Smart People yang non-muslim, auto masuk Islam?—nggak juga kan?
Mari kita kesampingkan dulu sensasi Stupid Smart-People Deddy Corbuzier.
Dalam khazanah Islam banyak cerita menarik yang dapat di jadikan representasi netizen untuk menyalurkan kehebohan. Sebelum masuk lebih dalam ke pembahasan masuk Islam—sejenak lebih dahulu saya luruskan logika terkait hidayah. Karena hidayah ini menjadi salah satu momok yang sering dipertentangkan oleh para awam pemeluk agama lain.
Sederhananya hidayah artinya petunjuk—lebih khusus berbicara tentang petunjuk yang di berikan Allah kepada manusia untuk masuk agama Islam. Dalam Kristen bisa dikatakan mendapatkan tuntunan Allah Bapa yang bertahta dalam surga. Penggunaan istilah ini sebenarnya hal yang biasa-biasa saja—nggak pantas dibesar-besarkan sebagai sebuah masalah. Jika dipandang dewasa, maka semua umat beragama akan memahami dengan penggunaan-penggunaan istilah.
Misalnya yang paling sensitif adalah penggunaan kata kafir—sungguh itu hal yang biasa. Umat agama lain juga pasti melakukan penggunaan istilah yang sama, misalnya kalau dalam agama Kristen ada istilah ahli surga. Kalau saya tanya—jika ahli surga adalah umat Kristen, maka yang lain ahli apa? Jelas kemungkinannya hanya dua—kalau bukan ahli dunia, ya nggak usah saya teruskanlah. Maaf ya—tapi itu konsekuensi beragama, kalau nggak mau begitu tidak usah beragama—becanda ding.
Cukup di sini ya kita membahas persoalan istilah, kita lanjutkan saja ke persoalan masuk Islam.
Manusia yang pertama kali masuk agama Islam bahkan saat agama Islam belum dinamakan Islam—saat Alquran ke 2 turun Allah belum menggunakan nama Islam pada agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad—adalah kekasih pertama Rasulullah Muhammad yaitu Siti Khadijah. Beliau masuk Islam sejak Rosulullah mendapatkan wahyu yang kedua—Q.S Almudatsir—dan langsung menyatakan mengikuti agama Rasulullah melalui ritual persaksian dengan mengucap dua kalimat syahadat. Kemudian diikuti keluarga Rasul seperti Ali bin Abu Thalib, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Setelahnya lewat proses penyiaran Islam secara diam-diam Rasulullah Muhammad berhasil merangkul pengikut yang loyal seperti Usman bin Affan, Abu Bakar, Bilal bin Rabah, termasuk Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Tentunya banyak yang dirangkul Rasulullah Muhammad pada proses dakwah ‘bawah tanah’-nya.
Jika ditanya apa urgensinya orang Qurais menyukai Islam? Tentunya adalah tentang pelepasan sekat-sekat sosial. Artinya Rasulullah Muhammad menawarkan sebuah ketentuan baru tentang tatanan sosial yang lebih manusiawi—yakni pelepasan sekat antara kaya dan miskin dengan cara menghapus perbudakan, pelepasan sekat ras kuli hitam dan kulit putih, serta menjamin kemerdekaan kaum Hawa.
Selain itu yang paling menarik, wahyu Allah turun dalam bentuk karya sastra—yang sungguh kalau diuji tidak ada tandingannya. Kalau kalian membaca Alquran kalian akan menemukan bagaimana sajak-sajaknya berfungsi dengan baik—berbagai macam majas bertaburan dalam kalimat-kalimatnya, katakanlah metafora, personafikasi, hiperbola, bahkan satire pun ada di dalamnya.
Selain kisah Ali bin Abu Thalib yang menjadi pemeluk awal Islam termuda, tentunya kisah menarik lainnya datang dari Umar bin Khattab—Amirul Mukminin gelarnya. Dalam suatu riwayat Umar bin Khattab merupakan seorang pengikut Qurais yang loyal lagi garang. Jika dibandingkan Habib Rizieq sungguh antara langit dan bumi—maaf ya, Bib.
Umar dikisahkan waktu itu mencari Rasulullah—dengan niat ingin membunuh Rasulullah. Di saat Umar bin Khattab hendak mengambil pedang di rumah, Umar mendapati Adik dan Iparnya sedang membaca ayat Alquran—hal ini mengerjutkan karena ternyata mereka telah memeluk agama Islam. Alih-alih marah dan ingin melakukan diskriminasi kepada Adik dan Iparnya, Umar justru terjebak dalam bacaan ayat Alquran yang membuatnya mengurungkan niat—menyarungkan pedang dan mencari Rasulullah dengan niat memeluk agama Islam.
Di Indonesia kisah menarik lainnya datang dari Ustaz Yahya Walone. Dimohon untuk tidak perlu masuk terlalu dalam ke persoalan caranya berdakwah—sumpah, bagi non-muslim pasti bakal nyesek dengernya. Orang saya aja yang Muslim nggak suka cara dakwanya yang intoleran—hmm kayaknya urusan sama mantan memang kayak gini ya kadang-kadang.
Dari ceritanya—Al-Mukarram Yahya Walone ini mengaku—kalau dia dulu sering menghina agama Islam dengan sebutan teroris tiap ada orang Islam sandal hilang hingga akhirnya berhenti saat dia masuk Islam.
Apa ini yang dinamakan benci jadi cinta? Tapi maaf, Taz. Saya juga tidak sepakat jika Ustaz harus membeci agama anda sebelumnya. Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan? Tidak semua pendeta yang bahasanya seradikal anda kan—waktu anda menjadi Pendeta.
Menariknya Ustad Yahya Walone yang menguasai bahasa Ibrani bisa masuk Islam karena anaknya diobati oleh orang Islam yang entah siapa. Atas asbab itu beliau melakukan penelitian terhadap Alquran dan menemukan fakta bahwa Alquran tidak pernah berubah teksnya dari zaman ke zaman—menakjubkan. Seketika beliau masuk Islam (catatan: kagumi saja ceritanya, jangan ikuti cara berdakwahnya.)
Nah, dua peristiwa ini rasanya cukup representatif untuk menyalurkan kehebohan netizen pada tempatnya—anomali terkait Deddy Corbuzier yang masuk Islam karena hal itu memang sesuatu yang biasa-biasa aja. Selain belum jelas mau masuk atau tidak, Deddy juga akan dengan mudah diikhlaskan oleh pemeluk agama yang saat ini dia anut. Jadi Smart People, tenang saja ya~
Jika dibanding kisah mereka yang saya ceritakan di atas—cerita Deddy Corbuzier ingin masuk Islam biasa-biasa saja. Please, jangan terlalu diheboh-hebohkan—jangan sampai Deddy Corbuzier hanya menambah beban para ulama—maksudnya banyak juga kan yang masuk Islam tapi hanya sekedar numpang nulis di KTP saja—tanpa mau menjalankan konsekuensi ibadahnya.
Rekomendasi saya, Smart People—kalau Deddy Corbuzier jadi masuk Islam jangan sampai membenci atau bahkan mengolok-ngolok agama pertamanya. Kita ini Pancasila—Bhinneka Tunggal Ika. Dan please, jangan pernah melupakan cinta pertama.