Sebagai alumni Universitas Terbuka (UT), saya cukup takjub melihat bagaimana kampus ini bertransformasi. Dulu, kampus ini identik sebagai tempat kuliahnya guru-guru senior yang belum sarjana. Tapi lihat dong sekarang. Laman resmi UT diisi dengan wajah-wajah muda bertebaran di halaman depan. Lihat juga akun Instagram resmi kampus ini yang vibesnya sudah gen-Z banget. Agak-agaknya, UT benar-benar sedang serius rebranding, dari kampus tua jadi kampus yang youth-friendly.
Dan yah, bagus-bagus saja sih kalau semakin banyak anak muda tertarik kuliah di UT, mengingat secara biaya kampus ini tergolong ramah di kantong. Jadi, tidak ada alasan anak muda tidak kuliah karena terhambat biaya.
Sayangnya, seperti seperti kata pepatah “makin tinggi pohon, makin kencang angin menerpa”, ada saja selentingan di luar sana yang beredar tentang UT. Kalau kamu pernah dengar selentingan tersebut, mending jangan langsung percaya. Terutama, kalau kamu berniat mendaftar kuliah di kampus ini.
#1 Gampang masuk, susah keluar
Salah satu slentingan tentang UT yang santer terdengar adalah konon katanya kuliah di sini gampang masuknya, tapi susah keluar alias susah lulus. Seolah, kuliah di sini serem banget sampai-sampai mahasiswa tumbang sebelum usai berperang. Padahal nyatanya? Ya tergantung kamu.
Secara hitam di atas putih, lulus UT itu sebenarnya gampang banget. Cukup menyelesaikan minimal 144 SKS (untuk program S1), IPK minimal 2.00, tidak ada nilai E, dan lulus mata kuliah Tugas Akhir Program (TAP), kamu sudah bisa masuk daftar yusidium.
Nah, untuk meraih semua itu bagaimana? Ya belajar. Jadi, nggak dapat nilai E pas ujian. Trus kalau ada tugas, dikerjakan. Kalau ada diskusi, aktiflah berdiskusi. Yakin deh, yang bilang di UT itu susah lulus paling orang-orang yang kaget dengan sistem kemandirian yang ada di kampus ini.
#2 Mahasiswa UT cuma berangkat pas ujian
Berikutnya, ada pula slentingan yang menyebut bahwa kuliah di UT itu berangkatnya cuma pas ujian doang. Slentingan ini ada benernya. Tapi, tidak bisa ditelan mentah-mentah.
Maksud saya gini. Sebagai perguruan tinggi yang menerapkan pembelajaran jarak jauh, sistem perkuliahan di UT memang bisa fully online. Jadi, mahasiswanya cuma berangkat kalau pas ujian, di lokasi ujian yang sudah ditentukan. Saya dulu juga gitu.
Tetapi, UT juga menawarkan TTM Atpem (Tutorial Tatap Muka Atas Permintaan), bagi mahasiswa yang ingin bimbingan langsung di kelas dengan dosen. Dengan kata lain, di kampus ini kalau kamu mau kuliah mandiri, oke, tapi pengin ada kelas riil, juga oke.
#3 UT cocok untuk pekerja
Selanjutnya, soal bisik-bisik yang menyebut jika UT ini cocok untuk pekerja. Jujur saja, selentingan ini telah banyak membuat orang jadi tertarik untuk daftar kuliah di sini. Kapan lagi sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui?
Sayangnya, jangan langsung percaya dengan selentingan ini, Guys. Coba cek dulu. Kamunya tipe pekerja yang bagaimana dulu? Kalau jam kerja kamu sangat padat, dari pagi hingga malam masih bergelut dengan kerjaan, kuliah di UT pasti bikin ngos-ngosan. Pasalnya, tugas di sini nggak cuma sebiji dua biji, tapi mengalir… sampai jauh. Ndilalah, tugas kuliah di UT ini bukan buat formalitas belaka, melainkan jadi salah satu penentu nilai akhir.
Sekarang kalau jam kerjanya padat merayap, kapan dong waktu untuk belajarnya? Iya kalau di tempat kerja ada waktu senggang. Kamu bisa curi waktu untuk intip-intip LMS dan belajar modul yang nggak tipis itu. Tapi kalau kerjamu benar-benar nggak bisa disambi ya… susah. Butuh komitmen yang lebih kuat dari lem korea. Dan saya serius.
Jadi…
UT bukan kampus main-main, tapi juga bukan kampus yang harus ditakuti. Banyak kok mahasiswanya yang lulus dengan IPK tinggi, bahkan bisa lanjut ke jenjang S2 atau lolos CPNS dan PPG.
Jadi, sebelum kamu percaya mentah-mentah omongan orang soal UT, ada baiknya kamu riset atau tanya langsung ke mahasiswa atau alumni, deh. Karena kalau kamu salah ambil keputusan gara-gara percaya kata orang, yang rugi bukan mereka. Tapi kamu.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















