Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Aparat Penegak Hukum Harusnya Cinta Damai, Bukan Memukul Rakyat yang Sedang Aksi!

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
27 Agustus 2024
A A
Aparat Penegak Hukum Harusnya Cinta Damai, Bukan Memukul Rakyat yang Sedang Aksi!

Aparat Penegak Hukum Harusnya Cinta Damai, Bukan Memukul Rakyat yang Sedang Aksi! (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bayangkan. Sebuah negara demokrasi, memukul mundur para rakyatnya yang melayangkan kritik pada penguasa yang mengobrak-abrik sistem. Aparat penegak hukumnya memukul orang-orang yang harusnya mereka lindungi, dan menjauhkannya dari orang-orang yang harusnya diadili.

Tidak ada yang menjamin bahwa kamu bukanlah orang yang kejam melainkan dirimu sendiri.

Kau bisa berbusa-busa bahwa kau cinta damai, menegakkan rasa cinta di dunia, serta jadi pelindung sesama. Tapi ketika pentung kau ayunkan pada orang yang harusnya tak kau pentung, menembak peluru yang harusnya tersimpan, dan menghajar orang yang harusnya kau lindungi, tak ada lagi yang percaya kau cinta damai, penegak cinta, atau apalah itu.

Ya, betul, saya sedang ngomongin aparat yang sedang jadi sorotan pada aksi kemarin.

Saya tidak punya kebencian pada aparat penegak hukum. Tidak. Jadi tulisan ini tidak didasari oleh rasa benci, sedikit pun. Hanya saja, kita perlu sepakat bahwa tindakan represif yang dilakukan oleh aparat penegak hukum itu sudah kelewat batas. Bahkan kata represif, menurut saya, terlalu halus. Tapi, kalian tahu lah maksud saya.

Mungkin ada yang bilang, bahwa massa aksi kemarin berlebihan. Jadi, tindakan represif perlu dilakukan. Tapi, bisakah tindakan seperti melempar gas air mata dan mengenai sipil itu dibenarkan? Bisakah kalian membenarkan aparat yang menghajar massa aksi begitu keras hingga dilerai oleh sesama aparat sendiri?

Apakah kalian betul-betul yakin mau membela orang-orang yang bertindak kelewat batas?

135

Kanjuruhan itu belum lama terjadi. Lukanya masih menganga, darahnya masih menetes. Dan Kanjuruhan, adalah contoh terbaik aparat melewati batas.

Baca Juga:

Tragedi Kanjuruhan Cuma Jadi Album Foto Berdebu yang Terlupakan dan Tak Akan Pernah Diselesaikan

Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

Kalian bisa berbusa-busa bilang, polisi hanya menertibkan, mereka hanya beraksi atas reaksi yang ada. Tapi ketika sudah jelas ada aturan yang dilanggar, jelas bahwa banyak kejanggalan atas reaksi aparat, apakah tindakan mereka masih bisa dibenarkan?

Apakah reaksi haruslah sekeras itu?

Rasanya agak sulit bagi saya untuk membela atau mencari alasan untuk memahami polah aparat penegak hukum di masa-masa ini. Kanjuruhan, lalu penanganan aksi ricuh belakangan ini, rasa-rasanya sudah jadi nail in the coffin. Harus ada perbaikan. Tapi seperti apa, ya jelas saya tidak tahu dan tidak mau juga memberi tahu.

Maksudnya, ya, sudah banyak contoh kasus. Belajar sendiri kan bisa. Tidak bisa belajar itu satu hal, tapi kalau tidak mau belajar, itu hal lain lagi.

Aparat penegak hukum kerja untuk siapa?

Melihat banyak kekerasan para aparat selama aksi ini, saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya mereka ada untuk siapa?

Yang berunjuk rasa itu para rakyat yang sedang meluapkan kekecewaan pada pemerintah. Mereka tentu saja punya hak untuk itu. Rakyat punya hak penuh untuk meluapkan kebahagian, menyatakan kekecewaan, dan menuntut apa yang dijanjikan pada mereka. Sebab itulah hidup di negara demokrasi, semua berhak bersuara.

Tapi jika hak itu diambil, dan yang bersuara dipopor senjata, dipukul pentung, lalu dimasukkan jeruji, bagian mananya yang demokrasi?

Bayangkan. Sebuah negara demokrasi, memukul mundur para rakyatnya yang melayangkan kritik pada penguasa yang mengobrak-abrik sistem. Aparatnya memukul orang-orang yang harusnya mereka lindungi, dan menjauhkannya dari orang-orang yang harusnya diadili.

Batas-batas sudah diterabas

Dulu, saya pesimis dengan keadaan. Boro-boro membaik, tidak makin hancur saya sudah bagus. Tapi kini kita punya harapan. Rakyat bisa bersatu, rakyat bisa bergerak, dan rakyat bisa mengubah banyak hal. Saya tak rela jika harapan-harapan ini hancur karena aparat.

Tapi, lagi-lagi, batas-batas sudah ditembus. Beberapa tahun lalu, peluru tajam sudah terlepas. Batas sudah ditembus. Dan kini, mereka kembali menunjukkan bahwa mereka bisa menembus batas karena tak ada konsekuensi yang berarti.

Mengulangi kalimat pembuka saya, tidak ada yang menjamin kamu kejam kecuali dirimu sendiri. Tak akan ada satu orang pun yang percaya kamu tidak kejam, jika yang kamu lakukan tiap hari adalah sebaliknya.

Anak ngaji kena gas air mata. Mahasiswa kehilangan mata akibat kena batu. Cinta damai apanya.

BACA JUGA Ternyata Cak Nun Benar Perihal Jokowi Firaun

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2024 oleh

Tags: aksiAparatgas air matapolisi
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

Tips Jadi Petani Pemula bagi Sarjana Pengangguran yang Peduli Agraria terminal mojok.co

Bagi Kami di Sulawesi Barat, Menjadi PNS dan Polisi adalah Cita-Cita Kami. Kalau Gagal? Balik Lagi Jadi Petani dan Nelayan

3 September 2019
Mental Playing Victim Korban Calo Masuk Menjadi Abdi Negara: Pelaku Kejahatan kok Ngaku Korban, Sehat?

Mental Playing Victim Korban Calo Masuk Menjadi Abdi Negara: Pelaku Kejahatan kok Ngaku Korban, Sehat?

26 Mei 2023
SIM

Sensasi Berkendara di Jalan Raya 6 Tahun Tanpa SIM

20 Oktober 2019
harga tembakau

Jangan Heran, Orang Madura Memang Harus Demo Apalagi Menyangkut Harga Tembakau

12 September 2019
Pengalaman Saya Saat Hendak Wawancara Polisi di Tengah Aksi terminal mojok.co

Mengenang Hoegeng, Polisi Jujur yang Pernah Disebut Gus Dur

14 Oktober 2020
Supeltas Solo: Hadir Raganya, Terabaikan Jasanya

Supeltas Adalah Simbol Betapa Nggak Becusnya Polisi Lalu Lintas Kita

29 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.