Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Mengejar Madura United Hingga ke Pamekasan, Menemukan Harmoni dari Frasa Settong Dhere

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
24 Juli 2023
A A
Madura United Membawa Saya Menemukan Keajaiban di Pamekasan (Unsplash)

Madura United Membawa Saya Menemukan Keajaiban di Pamekasan (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa tahun yang lalu, saya bekerja sebagai penulis dan wartawan untuk sebuah media sepak bola. Pengalaman tersebut terjadi jauh sebelum saya diajak masuk Mojok oleh Mas Puthut EA untuk mengasuh rubrik Balbalan, yang sementara mati suri. Salah satu pengalaman tak terlupakan kala itu adalah mengejar Madura United hingga Pamekasan.

Tim liputan kala itu terdiri dari 5 orang; 2 reporter, 1 penulis, dan 1 videografer, dan 1 media sosial. Tujuan kami adalah melakukan liputan tentang animo sepak bola di Madura, khususnya, tentu saja Madura United. Saya sendiri kebagian tugas menulis Madura United dari sisi humaniora. Jadi bukan laporan pertandingan semata.

Saya berangkat sendirian dari Jogja naik kereta api. Sementara itu, videografer dan media sosial berangkat dari Jakarta. Terakhir, 1 penulis dan 1 reporter menunggu di Surabaya. Kami sampai 1 hari sebelum jadwal pertandingan Madura United. Oleh sebab itu, memanfaatkan waktu yang cukup lapang, kami memutuskan menonton Persebaya Surabaya yang main di hari Sabtu, di Gelora Bung Tomo.

Persebaya Surabaya yang selalu bergairah

Menurut saya, menonton Persebaya Surabaya bermain di Gelora Bung Tomo harus kalian lakukan minimal sekali seumur hidup. Sensasi menonton di Gelora Bung Tomo itu beda banget. Kalau yang pertama datang ke sana pasti kaget. Kamu harus melewati tambak garam yang sangat luas untuk mencapai stadion.

Iya, Gelora Bung Tomo memang berada di tengah-tengah tambak garam. Bahkan untuk mencapai stadion ini dari pusat kota Surabaya, kamu harus masuk tol, menembus Gresik, lalu masuk Surabaya lagi. Kombinasi suhu yang teramat panas, debu, dan kemacetan mewarnai perjalanan. Sungguh pengalaman yang seru. 

Di dalam stadion, kamu bisa beberapa kali mencium aroma sampah. Iya, kalau angin sedang mengarah ke stadion, kamu bisa menciumnya. Namun, animo Bonek tak bakal bisa diredam oleh kesulitan apapun. Menyaksikan Bonek secara langsung seperti mendapatkan pemahaman terbaik bahwa sepak bola memang begitu dicintai.

Madura United sudah menunggu, tapi Bebek Sinjay perlu dikunjungi

Hari Minggu pagi, kami sudah siap menembus Suramadu menuju Madura. Hari itu adalah hari di mana misi kami ditentukan. Madura United sudah menunggu.

Namun, sebelum bekerja, alangkah nikmatnya jika mengisi perut terlebih dahulu. Maka, sudah sampai di Madura tentu nggak lengkap kalau nggak mengganyang Bebek Sinjay otentik.

Baca Juga:

Alasan Belanja di Matahari Mall Tak Cocok bagi Warga Bangkalan Madura

Sederet Keanehan di Balik Bus Trans Bangkalan yang Telah Berhenti Beroperasi

Rute yang kami lewati adalah lewat Jl. Panglima Sudirman, Jl. Kedung Cowek, Jl. Tol Suramadu, Jl. H. Moh. Noer, dan Jl. Raya Suramadu. Ketika sampai di pertigaan yang jika belok ke kanan menuju Jl. Raya Galis, kami belok kiri menuju Jl. Raya Burneh menuju Bangkalan. 

Sampai di perbatasan Jl. Pemuda Kaffah dan Jl. Raya Ketengan, perut kami makin bergoncang. Mulut mulai memproduksi liur, mata mulai tidak fokus. Ini artinya kami sudah sampai di warung Bebek Sinjay. Madura United bisa menunggu.

Untung saja hari belum siang, masih habis pagi. Antrean di loket pemesanan sekaligus pembayaran warung Bebek Sinjay belum panjang. Kami berlima hanya butuh mengantre 15 menit sebelum akhirnya bisa memesan salah satu kuliner dewa itu. Kalau sudah masuk jam makan siang, antrean bisa mengular. Kamu baru bisa memesan setelah mengantre sekitar satu jam.

Yang dominan adalah gurih, lalu disusul sedikit rasa manis. Rasa yang menggugah itu terasa sampai ke tulang-tulang bebek yang kami klamuti saking enaknya. Dagingnya empuk dan tidak berbau, bukti sudah ditangani secara profesional. 

Kremesan yang menjadi teman sangat cocok dengan nuansa gurih dan nasi pulen. Jangan lupa balurkan sambal mangga ke tubuh bebek yang seksi itu. Maka, rasa asam dan pedas yang bersahabat menemani gurihnya Bebek Sinjay.

Kurang puas, kami juga memesan menu pendamping. Satu piring penuh berisi ati dan ampela, serta sambal mangga porsi ketiga. Luar biasa. Bekal yang pas untuk menjumpai Madura United.

Madura United di Pamekasan

Madura United mempunyai 2 kandang untuk menjamu lawan, yaitu Stadion Gelora Bangkalan dan Stadion Gelora Ratu Madura Ratu Pamelingan. Seandainya Madura United bermain di Bangkalan, tentu kami bisa agak santai. 

Namun, saat itu, mereka akan bermain di Ratu Pamelingan yang terletak di Pamekasan. Waktu tempuh dari Bangkalan ke Pamekasan itu sekitar 2 jam 30 menit. Lantaran pasti macet karena hari pertandingan, perjalanan bisa memakan waktu hingga 3 jam lebih.

Maka jadi sudah, rombongan kami ngebut untuk mencapai Pamekasan tepat waktu. Apalagi kami kami harus melakukan persiapan awal untuk membuat liputan. Untungnya, jalanan di Madura itu banyak lurusnya, terutama menjelang Pamekasan. Hari juga masih siang jadi kami bisa tancap gas naik Honda Mobilio.

Surabaya itu hawanya panas. Namun, waktu itu, saya sadar bahwa panas Madura itu berbeda. Jauh lebih menyengat. Mungkin, di Madura, yang paling laku adalah es teh, payung, dan sunblock. 

Namun, saya menyaksikan pemandangan yang luar biasa ketika hampir sampai di Pamekasan. Saya melihat seorang bapak-bapak, mungkin sudah berusia hampir 60 tahun, berjalan di aspal yang seperti mendidih tanpa alas kaki! Sakti sekali pikir saya. Teman saya berseloroh bahwa itu hal biasa di sini. Panas menyengat itu panas biasa saja bagi penduduk Madura.

Madura United yang membuat saya takjub

Tepat pukul 17.42, announcer Stadion Gelora Ratu Pamelingan menyampaikan kepada penonton bahwa waktu salat Mahrib sudah tiba. Beliau menyampaikan bahwa jangan lupa menitipkan doa untuk kemenangan Madura United. Petang itu, Madura United ditahan imbang Borneo FC dengan skor 1-1.

Masyarakat Madura yang mayoritas beragama Islam memang begitu intim dengan kepercayaan yang mereka anut. Dua hal, sepak bola dan agama, keduanya bisa berjalan beriringan, tidak saling mengalahkan. Dan petang itu, di sudut-sudut stadion, terlihat banyak anak muda yang bergegas membentuk beberapa baris. Mereka berjemaah, menunaikan ibadah salat Magrib.

Bagi orang Madura, ada frasa yang sangat melekat, yaitu salam “settong dhere”, yang berarti “salam satu darah”. Jika frasa settong dhere diteriakkan, maka jawabannya adalah tretan dhibik yang artinya ‘saudara sendiri’.

Sebenarnya, orang Madura sering menggunakan salam ini untuk saling menyapa di perantauan. Ketika jauh dari rumah, para orang Madura ini tetap terikat oleh rasa settong dhere dan tretan dhibik.

Rasa persaudaraan yang begitu kuat itu terlihat ketika jeda babak pertama berlangsung. Beberapa suporter Madura United mengarak bendera raksasa berwarna hitam, dengan latar belakang gambar Pulau Madura berwarna merah dan putih. Di bawah gambar Pulau Madura, tercetak frasa “Madura Bersatu”. Indah sekali.

Sepak bola sebagai pemersatu

“Buat kami, orang Madura, sepak bola itu pemersatu,” ucap Pak Hasan (49 tahun). “Madura ada empat kabupaten. Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Semuanya dipersatukan oleh sepak bola, oleh Madura United ini,” tambah Pak Hasan yang malam itu menonton pertandingan bersama salah satu anaknya.

Pak Hasan adalah salah satu suporter setia. Bapak berkacamata ini hampir selalu mengikuti Madura United ketika laga tandang. Salah satunya ketika Laskar Sapeh Kerrab dijamu Persija Jakarta. Pak Hasan berangkat bersama anaknya. Nampaknya, kegairahan sepak bola Madura tengah beliau tanamkan dalam-dalam kepada anaknya.

“Pemersatu itu maksudnya seperti kata-kata settong dhere itu,” kata Pak Hasan sambil menunjuk salah satu spanduk suporter. “Settong artinya ‘satu’, kalau dhere, artinya ‘darah. Jadi suporter Madura itu saudara. Bersatu untuk mendukung Madura United,” tegasnya.

Rasa damai di tengah masyarakat, terkadang, tidak membutuhkan teori dan pemikiran yang terlalu jauh. Yang justru dibutuhkan adalah kearifan lokal, nilai paling dekat dengan masyarakat. Bagi orang Madura, pertalian darah adalah kerinduan akan kampung halaman, akan suasana aman ketika berada di tengah keluarga.

Bahkan, jawaban yang dibutuhkan oleh sepak bola Indonesia, mungkin, ada di sudut-sudut Pulau Garam, Pulau Madura. Pertalian saudara yang kuat, akrab, dan terus dirayakan. Mendorong jauh politik dan produk-produk negatif dari lapangan hijau. Memurnikan sepak bola, menjadikannya hakiki, mutlak soal olahraga yang sportif dan memberi rasa damai.

Salam Satu Darah di mata orang Madura adalah soal pertalian saudara umat manusia. Saling menguatkan, dan bergerak dalam harmoni Madura United.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Madura Tidak Butuh Kereta Api!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Juli 2023 oleh

Tags: maduramadura unitedSettong Dheretretan dhibik
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Membantah Tulisan tentang Hal yang Bisa Bikin Usaha Warung Kelontong Bangkrut terminal mojok.co

Perbedaan Mencolok Warung Kelontong Milik Orang Madura dan Batak

19 Desember 2020
hijau boru huruw di Bondowoso mojok

Tidak Ada Warna Hijau dan Huruf ‘W’ di Bondowoso

22 Agustus 2021
Bagi Pria Madura, Songkok Hitam Tak Sekadar Penutup Kepala

Bagi Pria Madura, Songkok Hitam Tak Sekadar Penutup Kepala

16 April 2022
Bangkalan Madura, Kabupaten Amburadul Butuh Kerja Nyata (Unsplash)

Bangkalan Madura Sebaiknya Segera Bikin Pusat Kabupaten Baru, Tanah Merah Bisa Jadi Opsi untuk Dipertimbangkan!

14 Maret 2025
Jeritan Petani Sumenep: Krisis Benih Tanaman yang Mengancam Kelangsungan Ekosistem Pertanian

Jeritan Petani Sumenep: Krisis Benih Tanaman yang Mengancam Kelangsungan Ekosistem Pertanian

25 Juli 2023
Kawasan Surabaya Utara: Dijuluki Mexico-nya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif

Dilema Surabaya Utara: Dijuluki Mexico-nya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif

24 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.