Mentalitas Bonek Sudah Ada Sejak Awal Berdirinya Majapahit – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Artikel

Mentalitas Bonek Sudah Ada Sejak Awal Berdirinya Majapahit

Aly Reza oleh Aly Reza
22 April 2020
0
A A
ranggalawe bendera majapahit berdiri tahun 1293 M bonek bondho nekat mentalitas asal-usul surabaya sejarah madura menakjingga mojok

bendera majapahit berdiri tahun 1293 M bonek bondho nekat mentalitas asal-usul surabaya sejarah madura menakjingga mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Bonek adalah salah satu representasi masyarakat Surabaya, bukan hanya soal antusiasme dan militansi mereka mendukung tim kebanggaan Persebaya. Bonek adalah Surabaya dan Surabaya adalah bonek, dalam urusan apa pun. Bonek telah menjelma menjadi ikon jatidiri masyarakat Kota Pahlawan, meski secara historis kemunculan Bonek jelas nggak bisa dilepasin dari fenomena kelompok suporter yang terkenal dedikatif dengan militansi tanpa kompromi.

Julukan Bonek konon diperkenalkan Dahlan Iskan lewat Jawa Pos. Dalam kompetisi era perserikatan musim 1987-1988, Persebaya berhasil lolos 12 besar dan harus melawat ke Senayan untuk menantang tim Macan Kemayoran Persija Jakarta sebagai tuan rumah. Pada masa-masa tersebut, adalah pemandangan yang nggak lumrah jika kelompok supporter sampai mengawal tim dukungannya di laga tandang.

Para pendukung Persebaya menjadi satu-satunya kelompok supporter yang nekat berangkat ke kandang lawan dengan gelombang besar. Mereka berbondong-bondong datang ke Jakarta. Punya tiket atau nggak urusan belakang, yang penting berangkat dulu. Di Jakarta nanti bisa makan atau nggak, bisa tidur di mana, sudah bukan menjadi persoalan yang patut dirisaukan. Mengawal Persebaya adalah yang paling utama.

Dari fenomena inilah Dahlan Iskan mencetuskan sebutan Bonek untuk mereka, yang merupakan akronim dari Bondho Nekat (modal nekat). Isitlah untuk menggambarkan loyalitas tanpa pamrih dan di luar logika. Hanya dengan modal nyali dan tekat, mereka memberi dukungan pada tim kesayangan tanpa dikungkung keterbatasan materi.


Saya akhirnya terpantik menggali lebih jauh fenomena tersebut dari sudut pandang genealogis. Apakah militansi dan loyalitas yang dimiliki masyarakat Surabaya muncul begitu saja? Kalau hanya untuk urusan bal-balan, rasa-rasanya kok berlebihan. Saya berkeyakinan, pastinya mentalitas semacam ini sudah mengendap sedemikian lama sehingga mendarah daging.

Sadar atau tidak, fenomena bonek alias bondho nekat tadi juga bisa kita lihat pada gelanggang pertempuran 10 November 1945 antara masyarakat Surabaya melawan pasukan sekutu. Saya menyebutnya bondho nekat karena pada saat itu para pejuang di tanah Surabaya hanya bermodal bambu runcing dan peralatan seadanya.

Sementara musuh yang dihadapi memiliki persediaan senjata yang cukup lengkap. Mulai dari pesawat tempur, tank, dan limpahan amunisi lainnya. Meski begitu, masyarakat Surabaya tetap tak gentar, mereka terus menerjang. Secara nalar, pastilah persenjataan yang canggih lagi komplet tersebut mampu memborbardir masyarakat Surabaya dalam waktu sekejap. Nyatanya pertempuran tak imbang tersebut baru padam justru berminggu-minggu kemudian.

Ngeliat fakta tersebut saya jadi menyimpulkan mentalitas bonek bukan semata kebetulan diambil Dahlan Iskan. Dan mentalitas tersebut telah diwarisi masyarakat Surabaya dari para leluhurnya di masa yang sangat jauh sebelum hari ini, yakni dari awal berdirinya Kerajaan Majapahit (tahun 1293 Masehi), menitis dari darah sang raja pertama Nararrya Sanggrama Wijaya atau Raden Wijaya.

Menurut buku Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit yang ditulis Damar Shashangka, nama Surabaya pertama kali dicetuskan Arya Lembu Sora yang pada masa itu menjabat sebagai rakryan mahapatih (setingkat perdana menteri) untuk wilayah Kahuripan, di mana Ujung Galuh termasuk ke dalam cakupannya. Ujung Galuh ini di masa depan menjadi wilayah yang kita sebut Surabaya.

Dalam sebuah pertemuan di puri kediaman Arya Lembu Sora, tuan rumah menuturkan kepada tamunya, Raden Rahmad Sunan Ampel, yang kebetulan sedang membangun pesantren di daerah Ngampeldenta (masih masuk Ujung Galuh) bahwa tanah Ujung Galuh adalah tanahnya ksatria, tanahnya para pemberani. Maka menurut Sang Arya, amat sangat cocok jika Ujung Galuh disebut juga dengan nama Surabhaya. Sura artinya keberanian dan keperkasaan, sementara Bhaya adalah marabahaya. Jika disatukan, Surabhaya bisa diartikan sebagai perlambang keberanian dan keperkasaan dalam menghadapi segala marabahaya.

Nah, kisah di balik nama Surabaya inilah yang akan saya kaitkan dengan mentalitas bonek. Jadi penamaan Surabhaya oleh Arya Lembu Sora sejatinya untuk mengenang pertempuran masyarakat Jawa (lebih khusus pasukan Ujung Galuh) manakala memecundangi pasukan Jayakatwang dari Kediri dan pasukan Tatar (Mongol) pimpinan Ike Mese yang dikirim oleh Kubilai Khan untuk menguasai Jawa.

Mulanya Mongol melayangkan ultimatum agar Kerajaan Singasari (Kerajaan di Jawa sebelum Majapahit) bersedia tunduk di bawah kekuasaan Mongol (Dinasti Yuan), namun ditolak mentah-mentah oleh Raja Singasari, Prabu Kartanegara. Bahkan Sang Raja melukai wajah utusan Mongol bernama Meng Qi yang diutus membawa surat ultimatum tersebut.

Kubilai Khan merasa kewibawaan Mongol telah dilukai Singasari. Namun, sebelum dia sempat melancarkan balasan, Kartanegara sudah terlebih dulu gugur oleh pemberontakan yang dilakukan Jayakatwang dari Kediri. Jika dia menghendaki balas dendam, yang paling mungkin adalah menaklukkan Jayakatwang. Tanpa pikir panjang, Khubilai Khan pun mengirim pasukan untuk meluluhlantakkan Jawa.

Momentum tersebut dimanfaatkan oleh Raden Wijaya, seorang keturunan Kartanegara. Sesudah pemberontakan Jayakatwang, Raden Wijaya dibantu penguasa Madura (Arya Wiraraja) mendirikan kerajaan baru yang kemudian dikenal dengan nama Majapahit. Raden Wijaya yang masih menaruh dendam atas mangkatnya Prabu Kartanegara menyatakan akan tunduk di bawah Mongol dengan satu syarat: Mongol harus bersedia membantu Raden Wijaya menumpas Jayakatwang. Permintaan tersebut dipenuhi.

Singkat cerita, dipimpin oleh Ike Mise pasukan Mongol berangkat bersama-sama dengan pasukan Raden Wijaya dan pasukan dari Madura pimpinan cucu Arya Wiraraja (Raden Ranggalawe) melancarkan serangan yang gagal dibendung Jayakatwang. Dia pun tumpas di medan pertempuran yang digelar di Ujung Galuh (Surabaya). Selepas perang besar tersebut, Raden Wijaya beserta pasukan dari Madura justru berbalik menyerang Mongol, sekutunya sendiri, juga masih berlangsung di Ujung Galuh.

Sebuah siasat yang tidak terduga dan terlalu nekat. Terlalu nekat karena pertama, Mongol adalah kekuatan besar tanpa tandingan pada masa itu. Kedua, terlalu nekat karena bisa-bisanya Raden Wijaya menyerang pasukan yang telah membantunya menumpas musuh. Inilah bentuk bondho nekat yang saya maksudkan menurun dan diwarisi oleh masyarakat Surabaya sampai pada masa sekarang.

Nah, mylov, nggak heran kan masyarakat Surabaya lebih-lebih kelompok suporter Bonek terkenal sangat nekat dalam banyak hal. Marabahaya yang menanti di kandang lawan bukan menjadi masalah berarti. Dan memang sudah seharusnya yang demikian itu. Seperti wasiat dari Arya Lembu Sora selaku pemberi nama Surabhaya: “Bahwa siapa pun yang tinggal di bumi Surabhaya, haruslah menjadi seorang pemberani, tak gentar dengan ancaman model apa pun. Ingat-ingat itu!” (Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit, hlm. 83).

Ilustrasi: Bendera Majapahit, Wikimedia Commons


BACA JUGA Kelakar Menyikapi Cuaca Panas di Surabaya dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 April 2020 oleh

Tags: bonekmajapahitsejarahSurabaya
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

Artikel Lainnya

Sejarah Gunung Sindoro dan Misteri Suara Sinden di Jalur Pendakian

Sejarah Gunung Sindoro dan Misteri Suara Sinden di Jalur Pendakian

27 Mei 2022
Apa yang Sebenarnya Perlu Kita Lakukan untuk Mengatasi Kemacetan?

Apa yang Sebenarnya Perlu Kita Lakukan untuk Mengatasi Kemacetan?

27 Mei 2022
5 Bukti Nyata kalau Surabaya Adalah Sarangnya Crazy Rich Terminal Mojok.co

5 Bukti Nyata kalau Surabaya Adalah Sarangnya Crazy Rich

20 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
5 Rekomendasi Kopi Susu di Surabaya yang Rasanya Nggak Bisa Dilupakan Terminal Mojok

5 Rekomendasi Kopi Susu di Surabaya yang Rasanya Nggak Bisa Dilupakan

18 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Pos Selanjutnya
Cara Memperlakukan Setiap Jenis Ayam Sesuai dengan Kodrat Alamiahnya

Cara Memperlakukan Setiap Jenis Ayam Sesuai dengan Kodrat Alamiahnya

Terpopuler Sepekan

2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

24 Mei 2022
5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya Terminal Mojok.co

5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya

23 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink Terminal Mojok.co

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink

23 Mei 2022
Kenapa Detektif Kindaichi Tak Sepopuler Detektif Conan Terminal Mojok

Kenapa Detektif Kindaichi Tak Sepopuler Detektif Conan?

21 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Rekap 11 Tahun Perjalanan AC Milan Menunggu Scudetto
    by Ali Ma'ruf on 26 Mei 2022
  • Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan
    by Billy Soemawisastra on 26 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In