Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tulungagung Dianggap Jadi “Pusat” Pesugihan di Jawa Timur, Kenapa?

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
30 Januari 2024
A A
Tulungagung Dianggap Jadi "Pusat" Pesugihan di Jawa Timur, Kenapa?

Tulungagung Dianggap Jadi "Pusat" Pesugihan di Jawa Timur, Kenapa? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pesugihan tumbuh subur di Tulungagung, ada apa sebenarnya?

Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang, orang bisa menjadi kaya secara tidak masuk akal. Misalnya saja dari kemampuan trading, bisnis online, dan berbagai jenis pekerjaan-pekerjaan online lainnya. Lain cerita dengan orang zaman dulu. Kaya mendadak akan mengundang banyak tanda tanya dari warga sekampung. Jika bukan dari keluarga kaya raya yang memungkinkan meninggalkan banyak warisan, orang kaya baru ini akan dituduh melakoni pesugihan.

Bagi masyarakat perkotaan modern, pesugihan atau ngipri mungkin dianggap sebagai mitos, saking jarangnya fenomena ini ditemukan di lingkungan sekitar. Namun bagi masyarakat pedesaan, laku ritual terlarang ini masih banyak dipercayai. Salah satu situs pesugihan yang sangat terkenal di Jawa Timur adalah Gunung Kawi dan TPU Ngujang di Tulungagung.

Cerita-cerita tentang pesugihan di Tulungagung

Menurut cerita turun-temurun dari kakek saya dan kerabat-kerabat yang menetap di Tulungagung, isu pesugihan bukanlah isapan jempol belaka.  Konon nggak hanya pesugihan kera Ngujang saja yang hidup di masyarakat berdasarkan cerita orang tua-tua, ada pesugihan kembang sore di Bukit Bolo yang modelnya mirip dengan Gunung Kemukus, pesugihan iwak bader sisik kencono di Candi Penataran, pesugihan di Pasetran Gondo Mayit dekat Pantai Sine, dan pesugihan panggang lele yang saya lupa ada di mana. Belum tentu juga orang-orang yang muja ini asli Tulungagung ya, bisa jadi banyak yang dari luar. Tapi karena Tulungagung dekat dengan situsnya, masyarakat sana jadi terbiasa dengan cerita mistis seputar pesugihan sehingga mitos itu tumbuh subur di sana.

Menyoal keabsahannya sebenarnya percaya nggak percaya juga sih soalnya saya belum pernah ngalamin langsung. Naudzubillah, ojo sampe. Masalahnya selain penuturan almarhum kakek saya, banyak cerita yang mendukung adanya fenomena ini di masyarakat. Misalnya saja kenangan masa kecil ibu saya atas pengakuan teman sepermainannya yang keceplosan keluarganya nggak akan sekaya ini kalau adiknya nggak meninggal. Atau pengalaman salah seorang kerabat saya—masih tetanggaan juga dengan kakek saya—yang nyaris jadi wadal, tapi alhamdulillah masih diberi selamat. Ndilalah besokannya orang yang dicurigai oleh kerabat saya ini meninggal dunia. Dan masih ada beberapa cerita lainnya.

Suburnya mitos pesugihan di masyarakat, khususnya di Tulungagung, yang sampai menghasilkan beragam jenis kegiatan pesugihan ini tentunya mengundang penasaran. Memangnya ada apa sih di Tulungagung? Kondisi apa yang membedakan dengan daerah-daerah lainnya sehingga mitos pesugihan masih tetap hidup di sana pada zaman yang modern ini? Menurut gathuk mathuk yang saya lakukan, kira-kira begini alasannya:

Kuatnya budaya Kejawen

Sejak zaman Kerajaan Daha atau Kadiri, Tulungagung sudah menjadi wilayah yang ramai dan diperhitungkan dalam pemerintahan. Sejarah panjang ini memungkinkan produk-produk budaya Jawa kuno masih mengakar kuat di masyarakat hingga saat ini meskipun Islam sudah lama berkembang di sana. Selain itu, letak Tulungagung yang ada di selatan dan jauh dari kota-kota metropolitan era kolonial—yang tersebar di utara Jawa, di sepanjang Jalan Pos—membuat modernisasi datang terlambat.

Masyarakat tradisional ini cenderung masih percaya dengan mitos dan klenik. Sebagai kota kuno tentunya banyak petilasan, situs yang disakralkan, maupun tempat-tempat wingit yang dipercaya mampu mendatangkan tuah. Sialnya ada oknum-oknum yang memanfaatkan tuah ini untuk ritual-ritual terlarang. Sesajen yang selalu dihaturkan di tempat tersebut berpadu dengan niat-niat buruk manusia seolah mengundang demit-demit untuk menetap karena merasa nyaman diberi makan. Ujung-ujungnya tempat yang semula memang sakral, auranya berubah menjadi negatif karena ulah manusia sendiri yang ingin bersekutu dengan setan demi keuntungan duniawi sesaat. Tapi, semua itu kembali lagi ke iman masing-masing, toh mengamalkan budaya Jawa bukan berarti harus menyekutukan Tuhan.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Banyak industri rumahan

Sepengamatan saya, banyak sekali industri rumahan yang berdiri di Tulungagung. Misalnya pembuat peralatan dapur, perabot rumah tangga, pabrik roti, pabrik mi, peternakan, dan sebagainya yang mempekerjakan beberapa karyawan. Di desa kakek saya saja industri rumahan semacam itu nggak cuma ditekuni satu orang, belum yang di desa lain. Masalahnya daya beli masyarakat tidak setinggi masyarakat perkotaan besar sehingga mau tidak mau harus menyesuaikan pasar. Makanya para pedagang dan pengusaha di sana bersaing menawarkan harga murah untuk menarik pembeli.

Budaya jur-juran harga ini tentu sebenarnya bukanlah model persaingan yang sehat. Tante saya yang sempat berdagang di sana saja sudah kapok karena merasa seperti kerja bakti, kerjanya rekoso tapi untungnya terlalu sedikit. Untuk menyiasati susahnya mengumpulkan laba, para pelaku usaha di sana kabarnya ada aja yang mengandalkan pengasihan, pelaris, bahkan pesugihan.

Pengasihan dan penglaris bisa ditempuh dengan laku ritual khusus yang cukup njlimet sehingga bisnisnya laris dan nggak kalah saing. Katanya sih, nggak semua praktik ini berhubungan dengan ilmu hitam. Tapi, saya nggak tau lebih jauh apakah itu dari ustaz beneran atau dukun berkedok ustaz. Kalau pesugihan, ya jelas biar modal besar untuk ekspansi usaha atau menaikkan status sosial cepat didapat seperti hujan yang jatuh dari langit.

UMK Tulungagung yang rendah

Tulungagung punya UMK yang nggak jauh beda dengan kabupaten-kabupaten di Jogja Apalagi di Tulungagung nggak punya mahasiswa dan pendatang yang sangat membantu memutar roda perekonomian sebanyak di Jogja. Bagi oknum pengusaha dan pedagang, hal ini membuat mereka tergiur menggunakan cara-cara mistis untuk melancarkan usaha seperti yang sudah saya singgung di poin sebelumnya.

Sedangkan dari sisi konsumen, rendahnya UMK yang berdampak pada tingginya jumlah masyarakat pra sejahtera membuat orang-orang yang frustasi hidup miskin rela menempuh jalur sesat ini demi menaikkan kesejahteraan. Nah lo, makanya naikin upah juga dong jangan cuma rajin naikin harga-harga.

Mau di manapun tempatnya pasti akan ada saja tingkah laku manusia yang aneh-aneh bahkan rela bersekutu dengan setan. Jaminan kejayaan sesaat ternyata mampu menyilaukan manusia-manusia serakah dan putus asa hingga mereka tidak bisa melihat konsekuensi berat di baliknya.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tradisi Nyethe: Cara Orang Tulungagung Membunuh Kebosanan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2024 oleh

Tags: pesugihanpilihan redaksitulungagung
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

All too well taylor swift kandas ambyar

All Too Well: Merayakan Kesedihan dengan Elegan ala Taylor Swift

14 November 2021
Ini Tips Investasi Saham yang Saya Perhatikan sebagai Investor Awam

Ini Tips Investasi Saham yang Saya Perhatikan sebagai Investor Awam

7 Februari 2022
4 Alasan Munjungan Wajib Dikunjungi Warga Trenggalek dan Sekitarnya terminal mojok

4 Alasan Munjungan Wajib Dikunjungi Warga Trenggalek dan Sekitarnya

11 Desember 2021
5 Kombinasi Mi Instan Paling Enak yang Pernah Saya Cicipi Terminal Mojok

5 Kombinasi Mi Instan Paling Enak yang Pernah Saya Cicipi

9 Agustus 2022
Pertashop Bangkrut Justru Bikin Repot: Laporan Langsung dari Pelanggan Bensin Pertamina

Pertashop Bangkrut Justru Bikin Repot: Laporan Langsung dari Pelanggan Bensin Pertamina

21 Januari 2023
Meski Saya Arek Surabaya, tapi bagi Saya, Jalan Tunjungan Kalah Menarik ketimbang Kayutangan Malang. Aura Wisatanya Lebih Terasa!

Meski Saya Arek Surabaya, tapi bagi Saya, Jalan Tunjungan Kalah Menarik ketimbang Kayutangan Malang. Aura Wisatanya Lebih Terasa!

12 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.