Katanya jadi pengusaha paling enak. Ah, kata siapa? Kata saya sih enakan jadi karyawan~
Saat saya masih duduk di bangku kuliah dulu, ada banyak pengusaha dan motivator yang datang sebagai pembicara dalam acara seminar di kampus. Berbagai kata-kata mereka yang dulu saya kagumi terasa hanya omong kosong begitu saya merasakan asam garam kehidupan selepas lulus kuliah.
Salah satu kalimat motivasi yang dulu sering saya dengar adalah: bangun mimpimu sendiri sebelum kamu dipekerjakan oleh orang lain untuk membangun mimpinya. Kalimat itu seolah menggambarkan bahwa dengan menjadi karyawan, seseorang nggak bisa membangun mimpinya sendiri. Padahal menurut saya nggak ada salahnya juga kalau seseorang pada akhirnya harus berkarier menjadi karyawan.
Setidaknya ada 4 alasan mengapa jadi karyawan lebih enak ketimbang jadi pengusaha. Alasan-alasan berikut bisa jadi pengingat supaya saya dan mungkin juga sebagian dari kalian lebih bersyukur setelah memilih jalan karier menjadi karyawan.
#1 Lebih stabil
Ketika seseorang telah memutuskan untuk menjadi seorang karyawan, berarti dia memutuskan nggak akan pernah masuk dalam daftar orang terkaya di dunia, bahkan di negaranya sendiri. Ya mana ada sih 10 orang terkaya di dunia atau Indonesia yang kerjanya sebagai karyawan. Sudah pasti nama-nama dalam daftar tersebut berprofesi sebagai pengusaha.
Namun, kalau dilihat dari kacamata yang lebih luas, sudah nggak terhitung jumlah pengusaha yang dulunya kaya raya, eh, tiba-tiba jatuh miskin karena bisnisnya bangkrut. Makanya berkarier sebagai pengusaha itu ibarat naik rollercoaster, bisa naik dan turun secara cepat dan drastis.
Sementara itu, kehidupan seorang karyawan cenderung lebih stabil dan bisa beradaptasi ketika jenjang kariernya naik secara perlahan sesuai kemampuan dan pengalaman kerjanya. Nggak bakalan tiba-tiba naik tinggi banget atau turun banget.
#2 Nggak pusing mikirin kenaikan UMK/UMP tiap tahun
Nyaris setiap tahun pada tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, selalu ada para pekerja yang turun ke jalanan untuk melakukan aksi demo menuntut hak-hak mereka sebagai kaum pekerja dipenuhi. Dan yang paling nyaring mereka suarakan adalah kenaikan UMK/UMP agar para pekerja ini dapat merasakan upah yang layak. Bahkan di saat pandemi Covid-19 menyerang, beberapa daerah di Indonesia tetap menaikkan UMK/UMP-nya.
Padahal seperti yang sudah kita ketahui bersama, banyak bisnis atau perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan lantaran bisnisnya nggak bisa berjalan secara normal akibat pandemi. Sementara itu, di saat bersamaan, para pengusaha terpaksa menaikkan gaji karyawan sesuai dengan UMK. Duh, kalau saya jadi pengusaha dan disuruh mikir masalah seperti ini bisa mumet kepala saya.
#3 Libur tiap akhir pekan dan tanggal merah
Berdasarkan beberapa kalimat motivasi dari seorang pengusaha yang pernah mengisi acara seminar di kampus dulu ditambah beberapa hal yang saya perhatikan dari teman-teman yang memilih berkarier menjadi pengusaha, saya mendapatkan kesimpulan bahwa jadi pengusaha itu selalu bekerja tiap hari dan standby setiap waktu. Sebab, konon katanya pengusaha yang sukses itu adalah mereka yang ketika tidur saja memimpikan strategi kemajuan perusahaan atau bisnisnya.
Bandingkan dengan seorang karyawan. Selama saya bekerja, saya selalu bisa mendapat libur di akhir pekan dan tanggal merah. Kalau lagi libur, boro-boro mikirin perusahaan atau kelangsungan bisnis perusahaan, mikirin pekerjaan yang belum selesai saja malasnya minta ampun. Hayo, ngaku, siapa yang kayak gitu juga? Hehehe.
#4 Cuma perlu ahli dalam satu bidang
Pengusaha yang sukses harusnya dapat memahami keseluruhan industri atau bidang tempat perusahaannya berkecimpung. Hal ini diperlukan agar usahanya bisa terus relevan dengan perkembangan zaman yang berubah dengan cepat.
Sebenarnya, jadi karyawan juga harus mengikuti perkembangan zaman biar nggak kalah dengan karyawan lainnya yang lebih muda. Bedanya, kita cukup menguasai satu bidang, bukan secara keseluruhan. Misalnya, seorang karyawan di bagian keuangan, ya blio cukup ahli di bidang keuangan saja, atau seorang karyawan ahli mesin, ya blio cukup memahami masalah mesin saja, dst. Sehingga beban ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang karyawan jauh lebih ringan ketimbang seorang pengusaha.
Itulah beberapa alasan mengapa jadi karyawan lebih enak ketimbang jadi pengusaha. Buat kalian yang memilih berkarier jadi karyawan seperti saya, nggak perlu lah membandingkan pencapaian kita dengan para pengusaha. Meski kelihatannya kehidupan para pengusaha jauh lebih sukses dan kaya raya, tapi hidup itu sawang sinawang. Apa yang kita lihat enak dan menyenangkan belum tentu mudah untuk dijalani.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Mindset Keliru Tentang Menjadi Pengusaha yang Harus Dihindari.