Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Saat Oligarki Media Mainstream Dihadang oleh Kekuatan Media Sosial Bersama Hashtagnya

Ulfa Setyaningtyas oleh Ulfa Setyaningtyas
2 Oktober 2019
A A
oligarki

oligarki

Share on FacebookShare on Twitter

Merespon ketidakstabilan politik di Indonesia belakangan ini yang disemarakkan dengan aksi-aksi jalanan yang dipelopori oleh tenaga terdidik-dalam hal ini mahasiswa-yang konon katanya atas nama keadilan membuat banyak orang mulai berlomba-lomba untuk turut ambil bagian di dalamnya. Saya malah salfok menyoroti bagaimana gilanya peran media dalam hubungan masyarakat, oligarki, dan pemerintah atau pengaruhnya dengan sosial-politik-ekonomi.

Masalahnya sih klise, tapi masih tetap menarik untuk di bahas. Bermodal ‘online‘, mustahil bagi kita untuk tidak menyadari bahwa kondisi perpolitikan Indonesia belakangan ini sedang mengalami fase yang bobrok tidak stabil akibat kepercayaan kalangan muda yang sedang kacau-kacaunya terhadap parlemen. Itu loh, mosi tidak percaya dari rakyat—mahasiswa—yang diberikan kepada DPR-nya sendiri. Negeri ini memang kadang-kadang lucu.

Pesatnya perkembangan media pemberitaan setelah berakhirnya masa orde baru yang diharapkan dapat menguatkan pilar demokrasi di Indonesia justru menjadi alat politisasi demi kepentingan kelompok tertentu. Sejauh ini, media-media arus utama menjadi lebih partisan akibat konsentrasi kepemilikan yang semakin menguat di ranah politik. Namun juga memiliki pengaruh yang sangat kuat di ruang-ruang redaksi turut menjadi elit politik—yang akan dengan mudah menggiring arah pemberitaan ke arah kepentingan oligarki yang menunggangi media tersebut. Kemudian saling berusaha memenuhi dominasi opini publik. Bahkan hubungannya tidak terbatas pada politik semata, namun erat hubungannya dengan ekonomi-politik.

Menurunnya kepercayaan masyarakat, terutama kalangan muda, terhadap konglomerasi media mainstream (arus utama) mendorong terbukanya alternatif media atau ruang publik yang lebih luas dan bebas. Misalnya, Komp*s dengan K*ompasiana-nya, Liputan 6 dengan C*tizen Jurnalism-nya, T*mpo dengan Ind*nesiana-nya, dan media sosial dengan kekuatan tagarnya. Namun, berbanding lurus juga dengan meningkatnya debat publik dan pemberitaan-pemberitaan tak berdasar atau lebih akrab disebut hoaks. Dewasa ini, sebagian kalangan muda bahkan sudah tak begitu akrab dengan benda yang kita sebut televisi maupun media pemberitaan seperti radio dan media cetak. Banyak diantaranya lebih senang memanfaatkan media sosial sebagai media utama untuk mengakses dan berbagi hoaks informasi.

Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa pada awalnya, pemberitaan-pemberitaan di media populer ini mengikuti pemberitaan arus utama, namun ketika lebih banyak platform atau ruang media publik yang dibuka untuk menyemarakkan perang opini di masyarakat, konglomerasi media oleh aktor-aktor oligarki di bangku-bangku pemerintahan sekaligus di meja redaksi tetap saja sulit mengalahkan people power bersama senjatanya, #trending. Kecepatan penyebaran informasi melalui sistem algoritma tagar di media sosial memang jauh lebih mudah mempengaruhi seseorang untuk turut bersuara atau mengekpresikan diri secara lebih bebas. Akhirnya, media populer pun menjadi lebih terpolarisasi mengikuti opini publik.

Kembali kepada kebebasan pers yang menjadi pilar demokrasi yang ke-empat, kita menyadari benar bahwa kekuatan media saat ini menjadi jauh sangat berkuasa dalam mempengaruhi pilar yang lain. Akibat kenyataan inilah, dalam beberapa kasus yang menyentil pers dan pelanggaran UU ITE menjadi lebih diperhatikan sejak era kepemimpinan Jokowi. Banyak yang berpendapat bahwa kekuasaan era Jokowi cenderung lebih memperhatikan media daripada sebelumnya-tentu setelah orde baru-ada juga yang berpendapat bahwa pemerintahan menjadi lebih sulit di kritik karena kita memiliki porsi yang sama besarnya untuk terseret ke sel penjara sekecil apapun keyboard gadget yang kita miliki.

Menilik kembali kasus Ananda Badudu dan Jurnalis Dandhy Dwi Laksono misalnya, dalam sekejab, tagar #BebaskanAnandaBadudu dan #BebaskanDandhy jadi tren di media populer twitter diikuti media lainnya. Keduanya di kenal sebagai influencer atau public figure yang memang memiliki banyak pengikut. Contoh lainnya adalah ketika masa kampanye hingga Pemilihan Umum presiden beberapa waktu yang lalu, debat publik dan ujaran kebencian di media menjadi melonjak tinggi.

Berdasarkan Siaran Pers No. 69/HM/KOMINFO/04/2019, Tim AIS berhasil mengidentifikasi sebanyak 453 hoaks hanya sepanjang Maret 2019 terkait isu politik menyasar pada isu-isu lainnya seperti kesehatan, kriminalitas, ras dan agama, penipuan, perdagangan, pendidikan hingga isu-isu internasional pun tak luput dari hoaks, sampai-sampai Tim AIS Kemkominfo harus mengerahkan 100 personil yang di dukung mesin AIS yang bekerja 24 jam 7 hari tanpa henti hanya untuk mengatasi ke-chaos-an di media populer. Tidak berhenti sampai di situ saja, akibat sudah tak terkendalinya pemberitaan-pemberitaan berbagai arah yang membuat resah, pemerintah sampai membatasi akses internet dalam kurun waktu tertentu~wahhh, kecepatan cahaya bisa-bisa kalah nih sama kecepatan penyebaran informasi oleh netizen.

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Melawan polarisasi yang secara jelas sudah tercermin melalui media sosial, peran media arus utama dalam menggiring opini publik menjadi kurang efektif dikarenakan kekuatan media sosial jauh lebih masif daripada sebelumnya. Misalnya #GejayanMemanggil yang sempat ramai beberapa waktu lalu, sadar atau tidak, pada kenyataannya, tagar tersebut mendorong lebih banyak orang untuk turut bersuara atau bertindak terlepas dari alasan apakah mereka benar-benar prihatin, ikut merasa muak, atau sekedar ikut-ikutan tanpa tahu substansi dan esensi dari aksi ataupun tindakan lain yang mereka lakukan.

Beginilah, bagaimana kekuatan media sosial melahirkan perang opini mulai dari yang ekstrimis hingga yang sekedar numpang pamor ataupun ikut-ikutan. Dampaknya ya dapat mengakibatkan chaos hingga ke dunia nyata. Hari ini, kita harus lebih berhati-hati dalam menerima, menelaah, dan menanggapi tren informasi agar tidak mudah terprovokasi oleh pihak yang tak bertanggungjawab dan dipolitisasi atau ditunggangi oleh kelompok kepentingan tertentu secara tidak sadar. Be a smart netizen. (*)

BACA JUGA Siksakubur Jadi ‘Musisi Istana’: Metalheads Kecewa atau tulisan Ulfa Setyaningtyas lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2019 oleh

Tags: media mainstreamMedia SosialNetizenoligarkiPolitik Indonesia
Ulfa Setyaningtyas

Ulfa Setyaningtyas

ArtikelTerkait

3 Hal yang Mungkin Terjadi Andai Luna Maya Beneran Jadi Ketua RT terminal mojok

3 Hal yang Mungkin Terjadi Andai Luna Maya Beneran Jadi Ketua RT

20 November 2021
Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

7 Mei 2022
Fitur Gift TikTok Harusnya Juga Dihapus seperti TikTok Shop

Fitur Gift TikTok Harusnya Juga Dihapus seperti TikTok Shop

20 Oktober 2023
5 Hal yang Selalu Ada di Warung Madura dan Tidak Disadari Pelanggan

Menjawab Gosip Netizen Perihal Warung Madura

24 Juli 2022
TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian? terminal mojok.co

TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian?

22 Juli 2021
bahaya berbagi password media sosial dengan pacar Macam-Macam Password Akun Media Sosial Orang Indonesia

Macam-macam Password Akun Media Sosial Orang Indonesia

31 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.