Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nyantri Langsung vs Ngaji YouTube

Ayu Larasati oleh Ayu Larasati
11 September 2019
A A
ngaji

ngaji

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan agama di pesantren. Maka, banyak sekali orang yang ngaji kepada YouTube dan Google. Sebut saja contohnya seperti saudara-saudari kita yang memutuskan untuk berhijrah. Sebagai seseorang yang pernah mencicipi pendidikan di beberapa pesantren, saya pernah merasa lebih superior dibandingkan mereka yang tidak pernah mondok.

Lha wong, saya ini ngaji langsung kok, dapat barakahnya Kiai dan Bu Nyai. Nggak sekadar comot ayat dan copas dalil. Begitu pemikiran saya saat itu, terutama di saat saya berdebat dengan orang-orang di sosial media.

Padahal aslinya, zaman saya masih di pondok, saya lebih banyak bolosnya daripada ngajinya. Lebih banyak mainan HP ketimbang baca kitab. Lebih banyak tidur sampai ngilerin kitab dibandingkan mendengarkan ceramah Kiai atau asatidz dengan takzim.

Lha dengan segala kendablegan itu, kok ya berani-beraninya saya ini merasa lebih baik dari orang lain?

Setelah satu tahun lebih sedikit saya pindah dari pesantren ke kos, ada hawa kebebasan. Sekaligus kehampaan dalam hal spiritual. Biasanya, ada yang nguprak-uprak buat ngaji, salat sunah, dll. Mau nggak mau juga harus nderes Al Quran wong harus setoran hafalan. Kalau nggak lancar alamat dimarahin sama Ibuk Pengasuh Pondok.

Nah, setelah saya jadi anak kos, mau saya salat atau tidak, ya terserah saya. Tidak ada Mbak-Mbak Pengurus Keamanan yang mengintai. Tanggung jawab kita sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa dan duo malaikat pencatat amal. Mau saya baca Al-Quran atau tidak, semua terserah saya. Wong nggak ada ngaji setoran pagi lagi.

Mau saya subuhan jam lima, jam sembilan pagi, atau malah nggak subuhan sama sekali ya sudah tidak ada yang takzir lagi. Rasanya, keteguhan iman benar-benar diuji setelah saya pindah kos ini.

Pertama-tama, saya merasa sangat bebas. Bebas mau pulang jam berapa saja, tidak ada Mbak Pengurus Keamanan yang mengintai di asrama dan bersiap memberi hukuman untuk membersihkan kamar mandi kalau saya pulang melewati jam magrib. Saya tidak perlu antri kamar mandi lagi, atau malah lari-lari ke asrama lain karena tidak ada air.

Baca Juga:

Derita Ditinggal Kekasih Berhijrah: Sudah Sakit Hati, Kena Cap Dajjal Pula

Penyesalan Seorang Pembuat Konten Hijrah terhadap Aktivitas Hijrahnya

Saya juga bebas mau pakai hot pant kek, mau pakai jeans methetet kek, nggak ada lagi yang melarang-larang dan mewajibkan saya pakai rok.

Namun, lama kelamaan, kehampaan itu datang juga. Saya yang biasa cangkruk bareng teman-teman sepondok, kini di kamar kos hanya bisa ngomong sama tembok. Yang biasanya makan bersama pakai baki atau di wajannya sekalian, saya makan sendirian. Yang biasanya antri kamar mandi atau mencuci sambil ghibahin santri putra yang ganteng di asrama pondok seberang jalan, kini saya hanya ngobrol sama angin kamar mandi dan sampo sachetan.

Terlebih, kehampaan dari sisi spiritual. Sempat terpikir untuk ngaji kalong, tapi melihat tingkat kedisiplinan saya yang tiarap ini kok ya hopeless. Wong zaman masih tinggal di pondok aja saya sering bolos, apalagi kalau cuma ngalong.

Saya pun mengikuti berbagai kegiatan di luar untuk mengisi kehausan saya dalam hal spiritual. Saya mengikuti Ngaji Filsafat di Masjid Jenderal Soedirman Colombo, Suluk Kebudayaan di Sarang Building, dan lain sebagainya, tapi ya tidak bisa konsisten.

Akhirnya, saat saya merasa hampa, saya iseng menonton video-video ceramah di YouTube. Saya yang dulunya pernah mencibir para santri YouTube dan Google, pada akhirnya saya juga ngaji di YouTube dan Google. Pancen sengit iku ndulit kok.

Saya menyimak beberapa video ceramah seperti ceramahnya Gus Baha, Buya Yahya, Ustadz Yusuf Mansur, dan lain sebagainya. Rasanya ya lumayan adem. Jiwa saya jadi nggak terlalu kering kerontang lagi.

Pada akhirnya, saya menyadari satu hal. Bahwa orang-orang yang ngaji lewat YouTube, adalah orang-orang yang sepenuhnya sadar bahwa dirinya membutuhkan pencerahan. Mereka benar-benar mencari secercah cahaya, dan mencarinya lewat berbagai video di platform tersebut. Bukan karena keterpaksaan.

Sedangkan, orang-orang yang nyantri langsung, merupakan orang-orang yang privileged untuk mengenyam pendidikan agama secara mendalam. Namun, ada oknum-oknum seperti saya yang mondok karena disuruh orang tua atau berbagai alasan lain, sehingga membuat mereka mondok dengan setengah hati.

Ngaji terkadang hanya untuk sekadar mengisi presensi, atau agar tidak dihukum oleh pengurus keamanan. Intinya ya hanya karena kewajiban.

Tapi ya nggak bisa disamaratakan sih. Di luar itu, masih buanyak santri-santri yang murni mengaji karena thalabul ‘ilmi.

Setitik kesadaran tersebut membuat saya mengambil satu kesimpulan: bahwa mau ngaji di mana saja, yang penting kita bisa mengamalkannya. Toh, ilmu bisa didapat dari mana saja. Yang penting, bagaimana kita bisa menjalankan ajaran agama tanpa merasa lebih baik dari orang lain. Wis ngono wae. (*)

BACA JUGA Nonton Drama Korea tidak Termasuk Bagian dari Kafir atau tulisan Ayu Larasati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2019 oleh

Tags: hijrahngaji youtubenyatripencerahanTren Masa Kini
Ayu Larasati

Ayu Larasati

ArtikelTerkait

nikah muda

Kenapa sih Harus Nikah Muda?

4 September 2019
lirik lagu tik tok

Meresapi Lirik Lagu Tik Tok: Maknanya Dalem, Cuy!

26 September 2019
LAGU-LAGUNYA

Kalau Mau Cover Lagu-Lagunya Didi Kempot, Minta Izin Dulu, Lah

9 September 2019
musik indie

Mengkritisi Anak Indie yang Tidak Tahu Arti Musik Indie

13 Agustus 2019
slang

Mengapa Bucin, Kepo, dan Bahasa Slang Lainnya Harus Benar-Benar Kita Tahu Artinya?

29 Agustus 2019
makam BJ Habibie

Di Balik Aksi Selfie di Makam BJ Habibie

17 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.