Film Gundala sebagai film pembuka dari Jagat Sinema BumiLangit telah rilis dan ditonton oleh sebanyak 174.013 penonton di hari pertama penayangan. Kesuksesan Gundala tentu tidak lepas dari tangan dingin seorang Joko Anwar, sutradara yang tak perlu kita pertanyakan lagi reputasinya. Menariknya, entah disengaja atau tidak, banyak kesamaan antara film Gundala dengan Batman, atau Jagat Sinema BumiLangit dengan DC Extended Universe.
Dilansir dari berbagai artikel, para pengarang cerita dari superhero atau jagoan lokal ini memang terinspirasi dari karakter superhero Amerika. Pak Hasmi selaku pencipta karakter Gundala mengaku bahwa dirinya terinspirasi oleh The Flash dalam menciptakan Gundala. Begitu pula dengan pak Widodo Noor Slamet atau Wid NS yang juga menciptakan karakter Godam berdasarkan karakter Superman.
Tak perlu berlama-lama, berikut ini adalah beberapa kesamaan dari Gundala dengan Batman atau Jagat Sinema BumiLangit dengan DC Extended Universe. Tetapi sebelum membahasnya lebih lanjut, artikel ini mungkin berisi spoiler yang mungkin tidak ingin kamu ketahui sebelum menonton filmnya.
Pertama, ilustrasi karakter-karakter di Jagat Sinema BumiLangit yang dirilis pada pengumuman film-film yang akan ditayangkan oleh BumiLangit dalam beberapa tahun ke depan memiliki gaya yang sama dengan ilustrasi karakter-karakter DC di opening film DC.
Kedua, selain ilustrasi karakternya yang mirip. Beberapa karakternya sendiri pun juga memiliki beberapa gaya yang khas meskipun tidak sama seratus persen. Yakni Gundala, Godam, Sri Asih, dan Aquanus yang memiliki kesamaan dengan karakter Flash, Superman, Wonder Woman, dan Aquaman.
Ketiga, James Wan sebagai sutradara Aquaman, dan David Sandberg sebagai sutradara Shazam! adalah sutradara yang sukses dengan karya film horrornya yang termasuk dalam The Conjuring Universe. Begitu pula dengan Joko Anwar selaku sutradara Gundala yang juga sukses dengan beberapa film horornya seperti Pengabdi Setan.
Keempat, film Gundala tidak hanya menceritakan proses seorang Sancaka dari manusia biasa hingga memiliki kekuatan super. Melainkan juga menceritakan kehidupan masa kecil Sancaka yang penuh dengan perjuangan. Sama halnya dengan hampir semua film DC yang juga diawali dengan kehidupan masa kecil dari setiap superhero. Bahkan Sancaka dan Bruce Wayne sama-sama ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak masih kecil.
Kelima, Sancaka memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Pak Agung, seorang rekan kerjanya di sebuah percetakan koran. Hubungan keduanya mungkin sedikit mengingatkan kita pada Bruce Wayne dengan Alfred walaupun tidak terlalu mirip. Tetapi baik Alfred maupun Pak Agung sama-sama rela melakukan apapun untuk menolong orang terdekatnya itu dalam memerangi kejahatan. Selain Pak Agung, Sancaka juga cukup dekat dengan Ridwan Bahri. Seorang anggota dewan yang ia tolong ketika Ridwan Bahri hendak diserang oleh anak buah Pengkor. Ridwan Bahri yang sudah mendengar keberadaan Gundala sejak beberapa hari sebelumnya tentu senang akhirnya ia bisa bertemu dengan orang yang telah menolongnya itu. Sejak saat itulah mereka saling menolong untuk menjaga keamanan negara. Hubungan antara Sancaka dengan Ridwan Bahri ini juga mungkin mengingatkan kita dengan hubungan antara Bruce Wayne dan James Gordon yang juga saling membantu dalam menjaga keamaan Gotham.
Keenam, Pengkor rupanya memiliki banyak anak buah yang tersebar dan memiliki keahlian masing-masing. Karakter-karakter villain dalam jumlah cukup banyak ini tentu sangat mirip dengan kumpulan musuh-musuh Batman yang membentuk Suicide Squad. Bahkan beberapa di antara anak buah Pengkor sendiri punya ciri khas yang mirip dengan karakter Suicide Squad seperti karakter Desti Nikita yang diperankan Asmara Abigail yang mirip dengan Harley Quinn, kemudian juga ada karakter Adi Sulaiman yang punya ketawa khas seperti Joker.
Terakhir, kemunculan seorang jagoan wanita di film Gundala yang datang menolong Sancaka sama halnya dengan kedatangan Wonder Woman yang datang menolong Batman dan Superman melawan Doomsday di Batman v Superman: Dawn of Justice.
Persamaan-persamaan tersebut hanyalah cocokologi untuk hiburan semata. Mungkin memang disengaja atau tidak, yang jelas kita patut berbangga Indonesia telah berhasil memulai sebuah era baru di dunia perfilman yang seolah tak ingin kalah dengan karya-karya Hollywood. (*)
BACA JUGA CGI di Perfilman Indonesia yang Semakin Baik dan Patut Diapresiasi atau tulisan Alif Akbar Rahmat Mauludi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.