Masjid adalah tempat paling suci bagi umat Islam, wabilkhusus sebagai tempat beribadah dengan Sang Maha Kuasa. Sayangnya, kekhusyukan dan konsentrasi beribadah kerap buyar, bisa dikarenakan faktor dari diri sendiri maupun dari luar. Salah satu faktor eksternal yakni gangguan dari anak-anak kecil, entah itu suara tangisan, teriakan, anak-anak yang main petak umpet, bahkan balapan lari di dalam saf salat. Hal tersebut secara tidak langsung mengganggu konsentrasi saat beribadah, sehingga memiliki kemungkinan dapat membatalkan salat kita.
Gangguan ini nyata adanya, bahkan seorang teman menceritakan kejadian saat tengah salat Jumat di salah satu masjid di Pamulang. Suasana di dalam masjid tersebut cukup padat dengan jamaah, bahkan hingga ke luar masjid lantaran tidak muat. Nah, saat mulai salat, imam membaca Al-Fatihah, dan saat ayat terakhir, imam berkata, “Waladhdhaalliin.”
Tiba-tiba ada suara anak kecil berteriak keras sekali, “SEMUA BILANG APA?”
Lantas, karena refleks, para jamaah menyahut, “Aamiin…”
Tragisnya, hampir semua yang salat pada cekikikan, “Hahaha…”
Alhasil, salat Jumat semua jamaah di masjid di Pamulang hari itu batal semua…
Hal tersebut sangat mengganggu ya, Mylov, khususnya bagi para orang tua yang mengajak anaknya. Niat mau beribadah dengan khusyuk, eh malah buyar. Saya sendiri juga pernah mengalami distraksi serupa. Saat sedang Jumatan, ada anak kecil yang menangis dari rakaat kedua sampai selesai salat Jumat. Selesai salat, banyak jamaah yang menengok ke arah anak kecil tersebut. Orang tua anak itu pun terlihat malu dan tidak enak dengan jamaah lain.
Bahkan yang paling ngeselin menurut saya yaitu ketika mau sujud, eh ada anak kecil yang malah tiduran atau jongkok di depan kita. Bikin kita kikuk tentunya, mau sujud ke mana coba? Kalau di samping tidak ada jamaah lain sih kita bisa sujud melipir di samping anak tersebut, lah jika ada orang? Ya mosok saya harus telungkupi anak itu sembari sujud?
Sebenarnya membiasakan anak kecil beribadah ke masjid sangatlah bagus, karena jika tidak dimulai sedari dini, mau kapan lagi? Bahkan di masjid desa saya di Malang, rata-rata jamaahnya adalah para orang tua dan juga anak kecil, ini para pemudanya ke mana coba? Di sinilah sebenarnya peran anak-anak ini sebagai penerus jamaah masjid selanjutnya. Bahkan acara semeriah takbiran di masjid saja yang mengisi kebanyakan anak kecil. Mungkin yang remaja cukup update di media sosial kali, ya? Saya juga malah lebih sering melihat anaknya daripada orang tuanya. Karena ya anak-anak ini bermain di luar pengawasan orang tua mereka.
Sebenarnya sah-sah saja memarahi anak-anak kecil ini. Patut digarisbawahi juga, walau para orang tua beralasan mengajak anak ke masjid agar bisa mendidik mereka salat berjamaah di masjid, maslahatnya hanya untuk satu orang, sedangkan kerugiannya bisa ada pada banyak orang.
Perilaku anak-anak kecil yang bermain di dalam masjid, ya memang fitrahnya sebagai anak kecil. Justru di sini peran sebenarnya orang tua untuk menanamkan dan mengenalkan adab-adab di dalam masjid, khususnya agar bisa anteng di dalam masjid. Atau bisa mengajak anak ke masjid ketika mereka sudah bisa membedakan baik dan buruk, pun mendampingi anak di masjid dan tidak membiarkan mereka bermain ke sana kemari. Ingat, pola asuh dan didikan orang tua itu sangat penting.
BACA JUGA Pencinta Truk Oleng Adalah Entitas Pencinta Kendaraan Bermental Baja dan tulisan Wikan Agung Nugroho.