Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kutipan dalam Karya Tulis Banyak, tapi Argumen Pribadinya Nol

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
24 Februari 2021
A A
skripsi ratusan halaman data skripsi kutipan dalam karya tulis skripsi dibuang mojok

skripsi dibuang mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sering sekali saya temui dalam setiap karya tulis mahasiswa, entah itu seperti makalah, artikel, atau bahkan skripsi sekalipun yang memiliki jumlah kutipan sangat banyak. Bahkan pernah saya temui artikel yang daftar pustakanya hingga berjumlah 2,5 persen halaman bahkan lebih dari total jumlah keseluruhan halaman artikel tersebut. Pikir saya, sudah kayak zakat saja 2,5 persen.

Sebenernya mengutip dalam suatu karya tulis itu nggak begitu bermasalah bagi saya. Hanya saja jika mengutipnya keterlaluan nggak tau diri, keblinger itu namanya. Mbok ya dipikir-pikir dulu, apalagi yang melakukan itu para akademisi seperti mahasiswa.

Pihak dosen sendiri sering menuntut agar mahasiswanya memberi banyak kutipan dalam karya tulis. Pasalnya, menurutnya bahwa kutipan yang banyak menunjukkan sebanyak itu pula jumlah bacaannya.

Menurut saya nggak tepat juga jika kutipan menunjukkan jumlah bacaan seseorang. Bisa jadi membacanya hanya satu kalimat saja untuk kepentingan kutipan, sedangkan selebihnya nggak dibaca. Bisa jadi juga seseorang memiliki banyak bacaan tapi merasa nggak pantas untuk menumpuk kutipan dalam karya tulis.

Oleh karena itu, banyaknya kutipan nggak menjamin sebanyak itu juga bacaan seseorang. Apalagi jika kutipan tersebut bertumpuk dan malah menjenuhkan.

Kutipan yang bertumpuk-tumpuk layaknya beruang dalam film We Bare Bears biasanya sering ditemui ketika penulis sedang menjelaskan konsep tertentu. Jadi, penulis memaparkan definisi dari berbagai tokoh mengenai konsep yang hendak dijelaskannya.

Ambillah contoh seperti definisi masyarakat, “Menurut tokoh A bahwa pengertian dari masyarakat adalah bla bla bla. Sedangkan, menurut tokoh B adalah bla bla bla. Berbeda dengan sebelumnya, tokoh C juga menjelaskan bahwa bla bla bla. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengertian masyarakat adalah bla bla bla.”

Coba deh kalian renungi sejenak contoh mengutip tersebut. Apakah kalian sadar bahwa gagasan hanya dipenuhi oleh kutipan pendapat orang lain. Sedangkan pendapat pribadi hanyalah secuil. Lah, kalau begitu apa bedanya dengan tugas merangkum yang biasanya dilakukan anak SD? Toh, itu juga hanya sekadar memaparkan konsep, kemudian menyimpulkannya.

Baca Juga:

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Menulis Kata Pengantar Skripsi agar Nggak Jadi Bom Waktu di Kemudian Hari

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Seminar Proposal agar Aman Tidak Dibantai Dosen Penguji

Justru menurut saya perilaku mengutip semacam itu malah mematikan kreativitas seseorang. Sehingga, akhirnya apa yang hendak disampaikan malah menjadi kabur, ditambah minimnya eksplorasi gagasan yang orisinil.

Selain itu, seolah-olah berpendapat secara pribadi itu terlalu dianggap tabu. Terutama dalam karya tulis ilmiah di ruang akademik. Setiap hendak berpendapat pasti harus menyisipkan kutipan atau pendapat dari tokoh lain, seperti “hal ini sesuai dengan pendapat tokoh A yang menjelaskan bla bla bla.”

Lah, kalau begitu ya sama saja bohong, dong. Buat apa berpendapat menurut pribadi jika akhir-akhirnya pendapat tersebut nggak jauh berbeda dengan pendapat tokoh lain. Mending langsung saja sekalian nggak usah berpendapat pribadi, kalau memang terlalu dungu untuk menghasilkan gagasan orisinil.

“Tapi, kan kutipan itu sebagai penguat keilmiahan atau penguat argumen agar suatu argumen dapat memiliki landasan” ucap kalian yang mungkin nggak sepakat dengan saya.

Kalau memang ingin memperkuat argumen, maka gunakan retorika yang kuat pula. Jika perlu, sajikan juga data-data empiris yang dapat menjadi penguat atas gagasan yang hendak disampaikan. Agar nggak selalu bergantung pada kutipan-kutipan pendapat tokoh lain.

Jika kita, terutama para akademisi masih bergantung pada berbagai kutipan yang bertumpuk sebagai latar belakang gagasan kita, lantas apa bedanya kita dengan akun media sosial yang menyajikan tumpukan kutipan yang hanya mengejar followers? Sama-sama kosong nggak bermakna.

Di sini masalahnya hanya satu, yakni keterlaluan dalam mengutip. Mbok ya, sewajarnya dalam mengutip. Setidaknya lebih banyak menyampaikan gagasan pribadi yang orisinil dibandingkan dengan hanya mencomot berbagai gagasan orang lain.

Terlebih nggak usah minder dalam berpendapat secara pribadi. Selagi retorika dan data empirisnya kuat, maka argumen kalian setara dengan argumen tokoh-tokoh besar yang biasanya omongannya dijadikan kutipan.

Kecuali, jika memang kutipan dalam karya tulis tersebut gunanya untuk memperbanyak jumlah halaman saja, entah tuntutan atau memang pengin terlihat panjang aja tulisannya. Ya, nggak apa-apa sih kalau kasusnya begitu, tapi ya kelihatan dungu saja.

BACA JUGA Kerupuk, Variabel Penting pada Kuliner Indonesia Namun Sering Tak Dianggap dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: kutipan dalam karya tulisSkripsi
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Saya Lulus Kuliah Lama Gara-gara Kecewa dengan Sosok Si Doel terminal mojok.co

Saya Lulus Kuliah Lama Gara-gara Kecewa dengan Sosok Si Doel

2 Oktober 2020
Tempat Fotokopi di Dekat UIN SAIZU Purwokerto

Tempat Fotokopi di Dekat UIN SAIZU Purwokerto yang Membantu Keuangan Mahasiswa Tua

15 November 2022
Live Streaming Seminar Skripsi di TikTok oleh Dosen Penguji Nggak Berbahaya, Malah Banyak Manfaatnya

Live Streaming Seminar Skripsi di TikTok oleh Dosen Penguji Nggak Berbahaya, Malah Banyak Manfaatnya

8 Desember 2023
Seandainya Skripsi Lenyap dari Perguruan Tinggi, Ini yang Akan Terjadi Mojok.co

Seandainya Skripsi Lenyap di Perguruan Tinggi, Ini yang Akan Terjadi

13 Maret 2025
Santai Aja, Sempro Lebih Awal Nggak Menjamin Lulus Duluan

Santai Aja, Sempro Lebih Awal Nggak Menjamin Lulus Duluan

20 November 2023
Selain Niat Mahasiswa, Dosen Pembimbing Adalah Kunci Mulusnya Proses Skripsi Mojok.co

Selain Niat Mahasiswa, Dosen Pembimbing Adalah Kunci Mulusnya Proses Skripsi

10 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.