Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan!

Bachtiar Mutaqin oleh Bachtiar Mutaqin
6 Februari 2021
A A
Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan! terminal mojok.co

Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya kira hampir semua warga negara Indonesia pernah menikmati salah satu makanan khas NKRI yang disebut tempe, mau oseng tempe, tempe krispi, sampai tempe mendoan itu sudah familier. Makanan yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai menggunakan jamur kapang ini isunya sudah berumur ratusan tahun dan berasal dari masyarakat Jawa. 

Bahkan pada awal kemunculannya, konon tempe hanya bisa dinikmati oleh kalangan ningrat atau anggota kerajaan, seperti yang tersurat di Serat Centhini. Kalau dulu ada ribut-ribut masalah duit antar anggota kerajaan, mungkin salah satunya akan berujar, “Heh.. gajiku ini buat beli kedelai aja nggak cukup ya jingan”.

Nah, pada era fourtwenty four point one ini, akhirnya tempe sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan dikarenakan bergizi tinggi dan harganya yang terjangkau. Saking terjangkaunya, salah satu tetangga saya di Pakem, Sleman, sampai bilang ke istrinya, “Kapaaan bakul tempene mati! Tiap hari kok makan tempe terus.” Nggatheli tenan Pak’e.

Sekarang sudah ada berbagai macam olahan tempe, mulai dari kripik tempe, tempe goreng tepung, tempe bacem, jadah tempe, tempe mendoan, dan varian tempe yang lain. Namun, ada satu hal yang sebenarnya sangat mengganggu dan meresahkan, khususnya bagi saya dan para klan asli Karesidenan Banyumas. Awalnya mungkin levelnya hanya annoying namun lama-lama kok berubah jadi disgusting.

Hal tersebut adalah ketidaktahuan orang-orang dan kewatonan mereka yang menyebut tempe goreng tepung yang kering kriuk itu sebagai tempe mendoan. Nih tak kasih tahu ya. Tempe goreng dan mendoan itu dua hal yang beda ya jingan. Dari namanya saja sudah jelas bedanya, men-do-an. Mendo mendo dipangan. Alias dimakan setengah matang! Ha tempe digoreng kering mateng kok berani-beraninya disebut tempemendoan. Tak laporin ke Ivan Lanin atau Kak Iqbal Aji Daryono tahu rasa kalian!

Apalagi dilihat dari ukurannya. Tempe goreng tepung dan mendoan itu kalau dilihat dari ukurannya sungguh bagaikan langit dan bumi ya. Tempe mendoan yang asli itu ukurannya ya hampir selebar telapak tangan orang dewasa. Iya segitu itu besarnya. Lha kok wani-wanine tempe cuwilik menthik disebut sebagai mendoan. Nggatheli pol!

Selama lebih dari 16 tahun merantau keluar dari Karesidenan Banyumas, sudah tidak terhitung berapa kali saya menahan amarah terhadap para penjual dan pembeli yang menyebut tempe goreng tepung kriuk sebagai mendoan. Sudah berjuta kali saya makan di rumah makan yang di menunya ada tulisan mendoan, tapi pas datang ternyata tempe goreng tepung yang kering dan kriuk itu. Kecewa.

Ibaratnya sudah diumbulke njuk dibanting. Makanya sekarang saya ndak mau berekspektasi tinggi lah nyari mendoan di Jogja ini. Kalau bener-bener lagi kangen mendoan, solusinya ya sampai sekarang cuma satu. Telepon simbok di Banyumas, “Bu, putro waras, tempe mendoane telas. Nyuwun tulung dikirimi.” Biasanya habis itu langsung datang satu kardus tempe yang dibungkus daun dan kertas bekas ulangan. Tinggal digoreng secara mandiri. Senang.

Baca Juga:

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

5 Hal Menyebalkan di Purwokerto yang Bikin Wisatawan Mikir Dua Kali sebelum Berkunjung

Dan ternyata semakin ke sini saya melihat para pelaku bisnis kuliner itu malah semakin ugal-ugalan dan menjadi-jadi le waton alias ngawur. Suatu waktu saya menggulir menu gofud dan melihat satu menu yang terpampang nyata, “Tempe mendoan cokelat keju isi 3 pcs.” Harganya Rp12.000 kena promo jadi Rp9.600. Ya mungkin niatnya mau semacam inovasi gitu ya. Tapi, ya tolong lah agak beradab mbokan. Masa sambal kecap yang harusnya jadi pasangan tempe mendoan malah disubstitusi dengan cokelat keju?

Lagian kalau mau inovasi tolong yang agak masuk akal lah. Masa keju yang notabene asin ditabrakkan sama cokelat yang manis kayak saya ini? Bisa-bisa Anda dimarahin sama Chef Gordon Aaron Ramsey, Chef Juna, atau Chef Renata lho!

Saya jadi ingat sewaktu empat tahun sekolah di Prancis, betapa warga Prancis ini sangat ketat dalam hal makanan. Nggak ada itu nabrakin asin sama manis. Mencampur asin dan manis hukumnya hampir mirip sama memanggil temanmu dengan nama Bapaknya. Nyebahi. Sampai tiap kali ada pesta, baik di kampus maupun kampung, selalu didata dulu, siapa yang bawa makanan manis, siapa yang asin. Gitu. Meskipun katanya liberté, tetap ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar.

Nah untuk kasus Indonesia ini, saya rasa sudah saatnya pemerintah daerah Kabupaten Banyumas turun tangan. Sudah 16 tahun saya sebagai warga Karesidenan Banyumas memendam amarah. Tak terbayangkan juga itu perasaan warga Banyumas perantau yang lebih sepuh dari saya. Tentu lebih lama lagi mereka menjaga hati. Masa iya saya harus mati muda gara-gara darah tinggi karena terus-terusan mendengar dan melihat tempe goreng tepung kriuk disebut sebagai mendoan?

Pemerintah Banyumas harus hadir menyelesaikan problematika yang sudah berlarut-larut dan berkepanjangan ini. Jangan sampai generasi emas 2045 sudah tidak bisa merasakan dan menikmati tempe mendoan yang setengah matang, masih ada minyaknya, dan disajikan selagi hangat dengan sambal kecap itu…. Udah nggak bisa bahasa Banyumasan, nggak tahu mana yang benar-benar mendoan. Angel wes angel.

Dan bagi para warga, bertobatlah segera. Mungkin murka kami tak ada artinya bagi kalian. Tapi, kalau sampai Tuhan marah gara-gara kalian menyebut tempe goreng kering kriuk sebagai mendoan, kan nggak lucu to?

BACA JUGA Turunkan Harga Tempe Tahu atau Rezim Ini Tumbang! dan tulisan Bachtiar Mutaqin lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Februari 2021 oleh

Tags: Kulinertempe mendoan
Bachtiar Mutaqin

Bachtiar Mutaqin

Bapak-bapak yang malas mandi.

ArtikelTerkait

5 Hal yang Bikin Pendatang Melongo Saat di Solo

5 Kuliner Khas Solo yang Terancam Punah

11 Juli 2022
cabe sambal

Petualangan Pemula dalam Menikmati Sambal

19 Mei 2019
nasi sudah jadi bubur mojok

Ketika Nasi Telah Jadi Bubur, Jadikan Istimewa!

31 Oktober 2020
Betapa Meresahkannya Sekte Ayam Geprek yang Tidak Digeprek Terminal Mojok

Ayam Geprek Sambal Matah, Varian Kuliner yang Sering Bikin Salah Paham

18 Januari 2021
6 Makanan Khas dari Daerah yang Rasanya Berubah ketika Dijual di Jakarta

6 Makanan Khas dari Daerah yang Rasanya Berubah ketika Dijual di Jakarta

19 Mei 2024
3 Rekomendasi Kuliner di Kereta Joglosemarkerto yang Cocok untuk Menemani Perjalanan

3 Rekomendasi Kuliner di Kereta Joglosemarkerto yang Cocok untuk Menemani Perjalanan

13 Januari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.