Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Siapa Sangka Kalau Deadliner adalah Simulasi Underpressure Menuju Dunia Kerja yang Sesungguhnya

Ade Vika Nanda Yuniwan oleh Ade Vika Nanda Yuniwan
21 Agustus 2019
A A
deadliner

Realita di Balik para Mahasiswa yang Suka Dikejar Deadline

Share on FacebookShare on Twitter

Pertama-tama, saya perlu memperkenalkan diri saya yang bukan deadliner. Saya bukan tipikal orang yang bisa mengerjakan tugas karena kepentok deadline. Sama sekali tidak! Sebab bagi saya, mengerjakan pekerjaan dengan deadline yang mepet justru membuat inspirasi buntu karena tersumbat keriweuhan dan kegupuhan saya. Tulisan ini adalah bentuk kesepakatan hati dan pikiran saya tentang teman-teman saya yang dominan deadliner.

Mulanya saya berpikir bahwa orang-orang yang suka menunda tugas hingga mendekati masa deadline adalah orang-orang malas. Termasuk teman-teman saya yang biasanya suka menunda tugas. Mereka seringkali mengerjakan tugas dalam jangka waktu beberapa jam dari batas deadline yang ditentukan. Contohnya ya saat mengerjakan tugas kuliah. Kebetulan yang kami kerjakan waktu itu adalah ujian akhir take home yang dikumpulkan lewat WAG kelas.

Saya menyiapkan tugas itu jauh-jauh hari sebelum deadline pengumpulan semakin dekat. Namun berbeda dengan teman saya. Ia sengaja menunda tugas ujian akhir karena merasa sama sekali belum mendapat inspirasi. Jadilah ia mengerjakan tugas ujian akhir itu beberapa jam menjelang batas pengumpulan. Ajaibnya, ia berhasil menyelesaikan tugas itu dengan tepat waktu dan ia memperoleh nilai A untuk mata kuliah tersebut.

Saya yang sempat suuzon bahwa teman saya ini adalah seorang yang mbeler alias kurang disiplin. Akhirnya saya jadi menyadari sesuatu jika sebenarnya dia yang bertipikal deadliner ini justru lebih disiplin di bawah tekanan, dari pada saya yang akhirnya berleha-leha di sisa waktu. Akhirnya iseng saya ngobrol sama teman saya yang deadliner ini soal apa motivasinya bisa mengerjakan tugas dalam waktu yang sesingkat itu.

Katanya, bagi seorang deadliner, bekerja di bawah todongan deadline bukan karena mereka pemalas. Hanya saja memang mereka benar-benar baru menemukan inspirasi pada detik-detik terakhir. Lagi pula menjadi deadliner juga bisa menjadi simulasi dalam dunia kerja yang penuh tekanan. Jadi, jangan memandang deadliner sebelah mata dengan menganggap mereka adalah barisan orang-orang pemalas. Jauhkan asumsi buruk itu dari mereka.

Menurut teman saya menjadi deadliner memilki banyak keuntungan kalau jeli menyadari. Tidak selamanya bekerja karena kepentok deadline terlihat buruk. Orang-orang awam pun (selain golongan deadliner) pasti tidak menyadari keuntungan ini.

1. Membiasakan diri bekerja di bawah tekanan dan deadline

Kalau kalian pernah membaca lowongan kerja yang pada kolom persyaratan mencantumkan ‘dapat bekerja di bawah tekanan’, para deadliner ini justru maju di garda terdepan. Lha piye Jeh? Wong mereka ini sudah terbiasa sama tekanan yang mereka ciptakan sendiri. Mengatasi diri mereka yang penuh tekanan tugas saja sudah terlatih, ya saatnya mundhak level tekanan dong. Hidup kan nggak selamanya adem ayem kayak hubunganmu sama doi. 

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Ya begitu. Para pekerja deadline ini bisa menjadikan kebiasaan nugas mepet deadline ini sebagai simulasi di dunia kerja. Jadi, jangan suuzan dulu gais. Kalau ada teman kalian yang suka nunda-nunda tugas sampai mepet deadline, percayalah jika teman kalian ini para survivor. Alias, hidupnya kurang lengkap tanpa tekanan—tekanan deadline misalnya.

2. Mengasah kreatifitas dan problem solving dalam waktu singkat

Sudah bukan rahasia umum, jika para deadliner ini sukanya menyelesaikan pekerjaan mereka ya dengan sistem SKS alias sistem kebut semalam. Dengan bekerja kepentok deadline mereka bisa membiasakan diri dengan munculnya masalah yang tiba-tiba dan proses pemecahan masalahnya pun mereka dapat dalam waktu singkat. Bingung ya?

Jadi begini my luv, mereka yang suka bekerja dibawah tekanan deadline jadi terbiasa memecahkan masalah dalam waktu yang singkat meskipun pada detik-detik terakhir. Inspirasi yang datangnya mbontot di detik-detik akhir deadline bisa membuat mereka berpikir cepat untuk menyelesaikan pekerjaan. Tentu ini baik untuk persiapan sebelum memasuki dunia kerja. Kita tidak akan pernah tau, masalah apa yang bisa tiba-tiba muncul saat berada di dunia kerja.

3. Menjadi pribadi dengan kemampuan multitasking

Keuntungan selanjutnya saat menyelesaikan tugas karena kepepet deadline adalah menjadi pribadi yang multitasking. Kita sangat tahu, jika kemampuan multitasking tidak semua orang memilikinya. Namun, para deadliner ini bisa mendapatkan kemampuan itu dari kebiasannya yang suka menyelesaikan pekerjaan di ujung-ujung deadline.

Mereka dapat melakukan banyak hal dan menyelesaikan pekerjaan lain yang juga kepentok deadline dalam jangka waktu yang berdekatan. ‘Sekalipun kelarnya mepet, nggak masalah kan? Dari pada nggak dikerjakan sama sekali?’ begitulah kiranya kata mereka untuk memotivasi dirinya sendiri demi mengejar deadline.

4. Menjadi pribadi yang tepat waktu, disiplin, dan bertanggung jawab

Menurut pengamatan saya terhadap teman-teman saya yang para deadliner ini, biasanya mereka menyelesaikan tugas di akhir-akhir batas pengumpulan karena memang mereka memilki tanggung jawab lain di luar satu tugas kuliah. Mereka bisa saja sedang bekerja part time, menjadi pengurus organisasi kampus, atau masih berkutat dengan tugas kuliah lain yang lebih deadline. Pokoknya mereka ini tidak sedang malas-malasan, gais.

Mereka para deadliner dapat mengasah kebiasan mereka untuk tepat waktu, menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban dan amanah-amanah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Meskipun diselesaikan dengan deadline mepet, toh pada akhirnya mereka tepat waktu juga. Tanggung jawab pun terselesaikan semua dengan tepat waktu. Good job!

5. Melatih kecerdasan intrapersonal

Dengan bekerja di bawah tekanan deadline mereka jadi mempunyai kecerdasan memahami diri mereka sendiri. Mereka juga dapat berlatih menguasai diri dari kepanikan-kepanikan karena menjelang deadline. Ini berdasarkan pengamatan saya yang melihat teman-teman saya meskipun dikejar deadline juga santuy santuy aja tuh. Rasanya berbeda dengan teman saya yang bukan deadliner tapi suka gopoh karepe dewe alias suka panik sendiri (ini termasuk saya, sih).

6. Menjadi pribadi yang optimis

“Wes to, mari mari. Sing tuenang,” artinya sudahlah, semua akan selesai. Tenang saja. Benar kan? Selain santuy, optimis juga jadi keistimewaan para deadliner ini. Mereka jadi sering berdoa biar nutut deadline dan jadi insan yang bertawakal. Ya kan sudah tugas semua manusia untuk bertawakal? Memang sih, tapi belum tentu semuanya bisa. Tapi untuk barisan deadliner ini sudah pasti bisa, ye khan?

Dengan bekerja mepet deadline, mereka bisa jadi pribadi yang optimis saat di dunia kerja. Optimis kerjaan yang numpuk bakal kelar juga—misalnya.

Biasanya juga ndilalah. Banyak kejadian-kejadian yang ajaib pada teman saya yang deadliner ini. Entah dosen yang tiba-tiba memundurkan batas deadline, dosen absen di kelas, atau bahkan tugasnya dibatalin dan diganti tugas lain yang lebih mudah. Pokoke ngger optimis wae.

Begitulah sobat-sobat seqalean. Menjadi deadliner tidak selamanya buruk. Tulisan ini juga tidak bermaksud mengatakan bahwa jadi pemalas banyak keuntungan. Namun, beberapa keuntungan di atas adalah bentuk kesepakatan diri saya terhadap deadliner yang sering disalah persepsikan sebagai barisan pemalas. Tidak begitu, my luv.

Tapi tetap—bagi saya, selama pekerjaan dapat diselesaikan sebelum batas pengumpulan tiba ya lebih baik cepat diselesaikan. Biar bisa leyeh-leyeh rehat lah paling tidak. Bagaimana dengan kalian? (*)

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 31 Januari 2022 oleh

Tags: deadline tugasdeadlinerdunia kerjaKapan LulusMahasiswaTugas Kuliah
Ade Vika Nanda Yuniwan

Ade Vika Nanda Yuniwan

Pekerja literasi yang mencintai buku, anak-anak, dan pendidikan. Suka berdiskusi sambil nulis ringan untuk isu-isu yang di sekelilingnya.

ArtikelTerkait

tukang pangkas rambut

Tukang Pangkas Rambut Berpenghasilan 45 Juta Tiap Bulan: Makanya Jangan Suka Menyepelekan Pekerjaan Orang

8 Agustus 2019
Proker KKN Kadang Nggak Nyambung sama Jurusan Kuliah dan Kita Harus Berdamai dengan Itu

Proker KKN Nggak Nyambung sama Jurusan Kuliah: Mahasiswa Harus Berdamai dengan Itu

11 Agustus 2023
Jalan Pandega Marta Jogja Pembelah Labirin “Kasultanan Pogung”. Kawasan Mewah, Sayang Jalannya Memprihatinkan Mojok.co

Jalan Pandega Marta Jogja Pembelah Labirin “Kasultanan Pogung”. Kawasan Mewah, Sayang Jalannya Memprihatinkan

9 Mei 2024
7 Toko Online untuk Belanja OOTD Jelang Kuliah Luring Terminal Mojok

7 Toko Online untuk Belanja OOTD Jelang Kuliah Luring

11 Juni 2022
Kata Siapa Kos Tahunan Bikin Menderita? Nyatanya Nggak Seburuk Itu, kok, Asal Survei dengan Benar

Kata Siapa Kos Tahunan Bikin Menderita? Nyatanya Nggak Seburuk Itu, kok, Asal Survei dengan Benar

3 Mei 2024
Kuliah di Sekolah Kedinasan Nggak Cocok buat Orang Gengsian karena Nggak Bisa Dibanggakan

Kuliah di Sekolah Kedinasan Nggak Cocok buat Orang Gengsian karena Nggak Bisa Dibanggakan

21 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.