Karena surat terbuka udah sering jadi judul, kali ini giliran saran. Siapa tahu keseringan jadi judul, surat terbuka jadi ngebosenin. Dunia perlu tahu, nggak cuma surat yang bisa terbuka, saran juga. Saran dan harapan terbuka ini semoga sampai kepada yang ditujunya.
Tempo hari secara resmi MD Entertainment mengumumkan web series My Lecturer My Husband akan diproduksi season 2-nya. Web series dengan cerita yang unik dan sederhana, tapi eksekusinya cukup paripurna ini memang berhasil membuat standar baru tontonan lokal yang bermutu. Menurutku tentu. Kalau menurutmu beda, ya tulis sendiri sana.
Harapan standarnya sih semoga sekuelnya tidak dibikin hanya karena season 1 hype luar biasa, tapi karena memang ada kisah logis yang hendak diantarkannya. Logis di sini artinya drama dan konflik yang dibangun harus mengakomodasi akal sehat, tidak mengada-ada, dinamika interaksinya manusiawi, bisa capturing and delivering every single feeling smoothly, dan yang terpenting: karakternya tetap in line dengan penokohan yang sudah terbangun selama ini.
Dengan pemain sekelas Reza Rahadian dan Prilly Latuconsina serta sutradara Monty Tiwa, harapan ini jelas nggak berlebihan. Tinggal skripnya yang harus matang dan menantang.
Mumpung skripnya sepertinya belum selesai dibikin atau malah belum ditulis, aku sampaikan harapan ini, siapa tahu bisa diakomodasi. Namanya juga usaha.
Saran untuk My Lecturer My Husband Season 2 #1 Nggak mengulangi logika aneh My Lecturer My Husband season 1
Di season satu kemarin menurutku ada logic yang agak diabaikan, jadi semoga di season 2 ini ada perbaikan. Logika yang kurang kena yang kutangkap itu di antaranya:
Pertama, bucinnya Tristan sebagai sebagai anak FK terasa agak berlebihan. Di dunia fakta, rasanya anak kedokteran tidak bisa selonggar itu sampai bisa nemenin sang pacar lembur ngerjain tugas dan nyamperin ke kampus sospol. Kalo dibalik malah lebih mungkin. Anak sospol nyamperin ke kedokteran gitu. Kuliah FK kan sangat menyibukkan. Kelakuan sebucin itu lebih cocok dilakukan oleh anak sastra, hukum, psikologi, ekonomi, atau filsafat. Kalaupun harus anak eksak, ya MIPA, biologi, geografi, kehutanan, peternakan, pertanian, dan teknik. Eh, ini esai apa brosur universitas sik.
Karakter anak kedokteran yang umumnya ambis, logis, dan sibuk rasanya nggak mungkin juga bikin doi meninggalkan koas demi pacar. Kuliah kedokteran kan serius, panjang, dan berat, apalagi koasnya. Kalo semua ditinggalin demi cinta, ya gimana yaaa. Tapi wong sudah telanjur Tristan ditaruh di FK, ya sudahlah atur aja gimana baiknya. Bucin boleh, bodoh jangan ya, Tan.
Kedua, tiap adegan Arya Inggit pulang dari perjalanan jauh, Jogja-Jakarta PP roadtrip, kok bisa sampai rumah masih segar bugar, cantik jelita, dan ganteng memesona serta siap meributkan apa saja. Beneran nggak ada capek-capeknya gitu. Padahal kalo sedikit lecek dan messy, Pak Arya itu kayaknya lebih seksi. Eh, maksudku, kalau habis nyetir 9 jam itu pantesnya ada kucel-kucelnya dikit gitu.
Fenomena segar bugar buat langsung berantem habis roadtrip panjang ini menurutku menunjukkan setidaknya empat kemungkinan.
Kemungkinan pertama: jalan tol trans Jawa berfungsi dengan sangat baik sehingga bisa menghemat energi dan menjaga mood sopir serta memangkas waktu perjalanan. Jadi asumsinya Pak Arya milih jalur utara. Lebih panjang tapi lebih cepat karena 80 persen ruas jalannya tol semua. Kalo lewat jalur selatan, kemungkinan Pak Arya sampai rumah nggak berantem, tapi langsung rebahan. Jalur selatan meski lebih pendek, medannya jauh lebih menantang dan melelahkan. Ada banyak kelokan dan tikungan tajam, tanjakan dan turunan curam, persis kisah cinta kalian.
Jadi waktu balik Jakarta dari Jogja itu masuknya di tol Bawen, keluar di Cawang. Itu 6 jam menurut Google Maps. Mampir rest area anggap saja jadi 7 jam. Jogja-Bawen itu sekitar 2,5 sampai 3 jam. Kalo di Magelang kota dan Jalan Magelang macet durasinya bisa jadi 3,5 jam. Soalnya berdasar pengalaman, along weekend dan weekdays jam tertentu Jalan Magelang itu suka pamer paha (padat merayap tanpa harapan). Buat yang belum tahu, Jalan Magelang itu adanya di kota Jogja, dan kota Magelang masih 45 km ke utara.
Meski memang lebih cepat kalau lewat tol, tetap saja stamina Pak Arya hebat banget. Sembilan jam nyetir lalu sampai tujuan masih rapi kinyis-kinyis, nggak ada ngantuk-ngantuknya, nggak ada kusut-kusutnya. Mungkin sebelum sampai rumah Pak Arya mampir tiduran lalu mandi dan sisiran di rest area. Tapi ini kan jaman corona, tidak disarankan dong mampir rest area lama-lama. Gimana dong?
Kemungkinan kedua, mobil Toyota Innova itu nyaman banget sampai-sampai perjalanan Jogja-Jakarta kayak menggelinding ke kampung tetangga aja gitu. Sopir dan penumpang segar bugar setelah perjalanan sejauh itu nggak mungkin terjadi kalo mobilnya nggak prima. Sungguh, jika pun cuma aku seorang yang ngeh dengan fakta ini, sisipan iklan sehalus ini lumayan bekerja. Setidaknya ada yang ngeh lalu menuliskannya. Ehm.
Kemungkinan ketiga, Pak Arya jago banget nyetir. Ngebut banget tapi alus. Jadi biarpun perjalanan jauh, penampakan tetap mulus. Sampai rumah masih bisa meladeni ngamuk dan sengaknya Inggit dengan luar biasa sabar. Mari kita berdoa semoga Tuhan menciptakan makhluk seunggul ini banyak-banyak. Kloningannya juga nggak papa deh.
Keempat, tim produksinya kurang cermat memperhitungkan kejelian dan level kejulidan aku penonton Indonesia. Ini sih kemungkinan terbesarnya. Tapi mana di antara keempat kemungkinan itu yang paling mendekati fakta sebenarnya, silakan tebak saja.
Ketiga, wardrobe agak pilih kasih, setidaknya di episode terakhir. Inggit sudah tiga kali ganti baju, Pak Arya nggak dikasih baju ganti. Dari balik ke Jakarta, trus ke luar kota, nginep pula, sampai paginya Pak Arya masih pakai baju yang sama, kaos panjang biru dan celana katun cokelat susu. Mungkin Pak Arya ini seperti Mark Zuckerberg si bos Facebook, kaosnya banyak tapi semua warna abu-abu. Bedanya Pak Arya warna biru.
Semoga di season dua baju Pak Arya dibanyakin warnanya. Biar kelihatan gitu kalo ganti bajunya. Dan biar mitos bahwa baju istri selemari sementara baju suami cuma beberapa biji itu segera melenyapkan diri.
My Lecturer My Husband Season 2 #2 Tolong tokoh Arya jangan dibikin terlalu ideal
Viralnya karakter Pak Arya bikin standar suami ideal naiknya nggak kira-kira. Ini bikin para jomblowati halunya ketinggian, jomblowan insecure–nya kebangetan. Keduanya mengenaskan. Jadi biar semua orang bisa kembali menjejak bumi dengan sadarnya, di season 2 cacatnya Pak Arya harap dibanyakin, biar lebih manusiawi gitu. Biar orang sadar bahwa punya suami matang, mapan, tampan dan menawan itu juga gede ongkosnya. Ongkos psikologis terutama.
Di akun IG @officialpilarez, fanbase-nya Reza Rahadian, di tiap post My Lecturer My Husband ada banyak komen ibu-ibu yang ingin tukar suami. Etdah. Jadi ternyata Pak Arya itu tak hanya meresahkan para jomblowati, tapi juga bikin mahmud terobsesi. Apa mereka nggak mikir bahwa ongkos psikologis punya suami seperti Pak Arya itu berat? Pelakor mengintai setiap saat lho. Shortly, he’s just too too hard to handle.
My Lecturer My Husband Season 2 #3 Kami butuh keberagaman makanan!
Tayangan yang viral adalah kesempatan menyisipkan promosi kuliner Nusantara biar ragam kuliner kita yang kaya-raya ini lebih mendunia, atau setidaknya rame di kawasan ASEAN dulu deh. Biar kayak ramyeon, jajangmyeon, kimbab, kimchi, tektaboki (salah sendiri nama makanan susah amat) dan aneka korean food yang sukses disisipkan dalam drakor dan jadi mendunia.
Jadi kalau Pak Arya mau masak, jangan barbeque dan mi dong! Sate, soto, rawon, pecel, karedok, gudeg, gado-gado, pempek, apa pun yang lokal dan enak, potensial banget disisipkan. Kalo Inggit mau ngidam ya asinan, acar, atau rujak. Kalo mau ngemil ya cilok, kelepon, cucur, lupis, lapis, combro, kemplang, wingko, getuk, dodol, sriping, marning, lanting, keripik, you name it. Kalo mau minum ya es kopyor, es teler, es kuwut, es pisang ijo, es klamud, es dawet, dan entah apa lagi. Jangan boba, thai tea-boba, thai tea mulu.
My Lecturer My Husband Season 2 #4 Say no to konflik mengada-ada
Soal drama dan konflik, dinamika hubungan Arya dan Inggit sebagai pasutri dengan age and character gap itu sudah cukup unik buat dieksplorasi dan diulik, jadi tak perlulah ditambah dengan konflik yang mengada-ada dan melebar ke mana-mana. Soalnya bagian paling menarik dari series ini sebenarnya kan akting dan chemistry mereka berdua.
Drama rumah tangga sehari-hari seperti handuk basah yang ditaruh di kasur, seprai yang ujungnya pada kabur, tumpukan baju yang ditarik ancur, cara menata pakaian waktu dijemur, kunjungan mertua yang shock liat polah asli si menantu, dan sekitarnya udah cukup bisa bikin rame tapi nggak mengada-ada.
My Lecturer My Husband Season 2 #5 Harapanku pribadi yang hehehe
Terakhir tapi paling penting, boleh dong berharap kalau sebelum season 2 digarap, Reza dan Prilly nikah beneran, ups! Biar kalau mau ngapa-ngapain di depan maupun di belakang layar udah halal gitu. Waktu season 1 ending, aku sebenarnya pengin komentar that was a pretty damn charming ending tapi kan nggak mungkin aku bilang charming untuk kissing scene antara yang bukan mahram. Haram euy. Kalau mereka udah nikah kan adegan malam pertama yang tertunda itu bisa dibikin dengan lebih leluasa. Eh.
Btw, mereka ngerti nggak sih kalo wajah, senyum, dan vibrasi mereka itu tampak saling melengkapi? They looks like an incredible sweet couple. On screen and off screen. Jodoh itu memang seperti corona, misterius gitu sapa yang giliran kena. Semoga di project ini giliran mereka berdua yang kena jodohnya.
Good luck untuk My Lecturer My Husband season 2. Semoga web series ini bisa jadi lokomotif untuk tayangan lokal bermutu lainnya.
Sumber gambar: Instagram @officialpilarez
BACA JUGA Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers dan tulisan Siti Maryamah lainnya.