Bagi sebagian orang, kucing adalah binatang peliharaan kesayangan. Bulu-bulunya yang halus membuat kucing terlihat seperti boneka yang menggemaskan dan imut. Tidak mengherankan banyak karya sastra bertemakan kucing lahir. Sedangkan bagi sebagian yang lain, kucing adalah binatang yang sama sekali tak memberikan kebermanfaatan apa-apa. Tidak bisa diternakkan dalam skala besar sehingga memberikan keuntungan ekonomi. Tidak bisa disembelih sebagaimana ayam, bebek, atau entok. Oleh karena itu, tak ada alasan untuk memeliharanya dan beberapa memutuskan untuk mengusir kucing dari area hunian.
Saya dan keluarga saya bagian dari yang kedua. Kami tak pernah memelihara kucing. Tetapi, kucing-kucing berdatangan di sekeliling rumah kami. Menurut amatan saya, kucing-kucing itu terlampau sering memungut tulang-tulang ikan atau tulang-tulang ayam sisa makanan yang biasanya kami buang di sebelah utara rumah. Dan itu, membuat kucing-kucing itu betah. Bagi kami, jika kucing itu tak keterlaluan tak masalah. Kami biarkan saja berada di sekeliling rumah.
Kucing adalah hewan yang pandai merajuk. Dan itu membuat banyak orang bisa luluh. Seperti bayi 1,5 tahun yang minta apa saja ke orang tuanya yang tidak akan mungkin tidak dituruti.
Hal tersebut kami alami. Salah satu kucing yang berada di sekeliling rumah, seiring berjalannya waktu merasa nyaman. Dan akhirnya mulai berani masuk rumah. Ia tak membuat keonaran apa-apa. Hanya tidur di keset, mungkin karena hangat. Atau tidur di mana saja yang ia sukai. Pada titik itu, kami tidak merasa bermasalah dengan kucing itu dan tidak ada niatan mengusir kucing tersebut.
Ternyata kenyamanan membuat kucing mulai ngelunjak. Ia berani naik-naik ke meja makan. Kalau ada lauk yang tidak ditutupi dan tidak ada orang yang mengawasi pasti hilang. Tidak hanya itu, plastik berisi abon yang tidak kami masukkan toples dicakar-cakar.
Anehnya, kendati kami merasa jengkel, kami diamkan saja kucing itu. Sebab ketika di depan orang, si kucing tampil memelas, manja, suka merajuk. Biasanya mengelus-eluskan ekornya di kaki saya atau anggota keluarga saya yang lain. Saya kira, pada keadaan itu, kami berhasil diluluhkan oleh kucing tersebut.
Mencuri lauk adalah salah satu jenis keonaran. Kenyamanan memang berbahaya. Kucing itu semakin ngelunjak. Ia menciptakan keonaran-keonaran yang lain. Kucing tersebut adalah kucing betina. Sebagaimana yang banyak diketahui orang, kucing betina itu doyan kawin, dan tentu saja doyan beranak. Setelah beberapa waktu perutnya terlihat besar, kucing tersebut melahirkan.
Sebagaimana induk kucing pada umumnya, ia memindah-mindahkan anaknya yang baru lahir berkali-kali. Dan yang membuat kami jengkel, kami pernah menemui kucing itu memindahkan anak-anaknya di tumpukan baju yang baru beberapa waktu sebelumnya kami angkat dari jemuran. Di waktu lain, pernah saya menemui mereka di dalam lemari plastik resleting yang pada saat itu bagian bawahnya memak agak terbuka. Dengan ulah-ulah semacam itu, siapa yang tidak jengkel coba?
Kami masih sabar. Kami tidak memutuskan untuk membawa atau mengusir kucing itu jauh-jauh dari rumah. Sebagaimana nasihat para pencinta kucing yang melarang siapa saja membuang kucing. Sebenarnya, kalau kami jauhkan tak pas jika disebut membuang. Kami tak pernah memelihara kucing itu. Kucing itu yang memutuskan untuk berada di sekitar rumah kami. Kami juga tak menyengaja memberi makan kucing tersebut. Kucing itu memakan sisa makanan dari kami.
Kali lain, kucing tersebut membuat keonaran yang membuat kami benar-benar jengkel. Kucing yang doyan kawin dan melahirkan itu setelah beberapa waktu sebelumnya melahirkan, hamil lagi. Kami mengantisipasi dengan menutup rapat-rapat pintu kamar dan memastikan almari-almari tertutup rapat supaya kejadian sebelumnya tak terulang.
Di luar dugaan. Entah bagaimana kronologinya, di teras rumah kami tercecer semacam bangkai anak-anak kucing yang begitu menjijikkan. Kelihatannya, kucing tersebut tidak melahirkan secara mulus. Tentu saja saya buang dengan perasaan bercampur antara sebal dan jijik. Saya yang memungutnya hampir muntah. Lantainya saya pel, dan saya beri wangi-wangian cukup banyak untuk menghilangkan baunya.
Pada titik ini, kesabaran kami terasa sudah habis. Kami memutuskan untuk menjauhkan dan mengusir kucing tersebut dari rumah kami. Sekali lagi saya tegaskan, ini berbeda dengan membuang. Kalau membuang, sebelumnya memang dipelihara. Kemudian, entah karena alasan apa dibawa jauh-jauh dari rumah. Dengan membawanya jauh-jauh siapa tahu ada yang memungutnya. Atau siapa tahu kucing tersebut punya rezeki makanan berlimpah di lain tempat.
Kami memutuskan menjauhkan dan mengusir kucing tersebut dari rumah karena memang sudah keterlaluan ngelunjaknya. Nyatanya, salah satu kucing lain yang tidak ngelunjak kami biarkan saja berada di sekeliling rumah. Itung-itung bisa bantu membersihkan sampah tulang-tulang sisa makanan yang biasanya kami buang di sebelah utara rumah.
BACA JUGA Manajemen Tai Kucing untuk Meningkatkan Harkat dan Martabat Mereka dan tulisan Dani Ismantoko lainnya.