Baru-baru ini, fans BLACKPINK diberi hadiah luar biasa oleh salah satu member BLACKPINK yaitu Jennie. Tahu BLACKPINK nggak sih? Itu lo yang muncul jadi endorse Shopee di iklan tv itu, yang nyanyi lagu du du du. Iya iya, yang viral sampe ditiruin anak-anak yang kencing aja belum lurus. Emak-emak juga pasti tahu. Nah, ngerti kan?
Pada anniversarry BLACKPINK ke-3, Jennie ngasih hadiah spesial ke Blink—sebutan fans BLACKPINK. Apa itu? Mbak Jennie ngasih tahu akun kedua Instagram dia, namanya lesyeuxdenini. Kata mbaknya sih, dia buat akun kedua karena dia minat sama fotografi. Jadi, dia ngepost hasil jepretannya di akun kedua itu.
Well, membuat akun kedua bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan bersosial media anak-anak millenial. Ngaku lu yang anak millenial, siapa yang buat akun kedua dan memakai akun itu buat ngepoin hal-hal yang kamu nggak pengin temanmu tahu. Atau cuma mau ngepoin si dia tanpa dia tahu. wkwkwk
Ya, termasuk saya juga yang membuat akun Instagram kedua dan diprivate pula. Eh, tetiba akun teman-teman hidup minta izin follow akun ‘palsu’ saya. Ya, tentu saya tolak dong. Maaf, akun itu tidak boleh diikuti orang-orang yang mengenal saya dalam kehidupan nyata. hehe
Ada lagi cerita teman hidup saya yang curhat mau bikin akun ketiga Twitter. Jadi ceritanya, dia punya akun pertama yang dia bangga-banggakan karena diikuti Pak Haidar Bagir. Saya yakin, pasti waktu itu ponselnya Pak Haidar Bagir lagi dipegang cucu beliau. Asal pencet-pencet dan dari sekian juta orang, dia beruntung difollow akun Pak Haidar Bagir.
Atau, bisa jadi juga pas Pak Haidar Bagir lagi main Twitter kemudian ponselnya diletakkan di sampingnya. Tetiba ada lalat lewat, eh lihat Pak Haidar Bagir di depannya, dia tawadhu’ tuh, lalu terbang merendah. Karena terpesona dengan Pak Haidar Bagir, dia nggak sadar terbang terlalu rendah dan berakhir naas jumpalikan di ponsel Pak Haidar Bagir. Kena pencet follow akun teman saya deh. Tetapi, saya akan sangat bersyukur sekali jika Pak Haidar Bagir dengan tulus dan niat benar-benar mengikuti akun teman saya itu. Saya langsung tumpengan deh.
Sayangnya, akun pertama dia kena banned sama pihak Twitter. Hiks. Dia si nyangka mungkin karena dia spam likes, meskipun random, katanya. Jadi dikira robot deh sama Twitter. Dan dia nggak bisa memulihkan kembali karena nomor yang dia pakai buat daftar Twitter sudah nggak aktif.
Akun kedua yang dia buat adalah akun normal dia. Normal dalam arti diikuti oleh kami, teman-teman koplak, belajar, ghibah sampai diskusi. Dia juga menjalani aktivitas kehidupan normal bersosial media. Ngetag akun teman ketika ada postingan menarik, mengomentari tweet teman, ngelike postingan Mojok, dan serangkaian aktivitas normal lainnya.
Tapi, dia sepertinya menyadari ‘akun normal’ itu bukan gambaran keseluruhan tentang dirinya. Akhirnya dia curhat mau bikin akun ketiga yang mau dia fungsikan gegara dia suka yang aneh-aneh. Padahal saya juga tahu kalau dia suka yang aneh-aneh. Saya balas chatnya ‘nanti, akun palsuku follow akun palsumu’. Lalu dengan ganas dia menjawab, ‘LALU BUAT APA GERANGAN AKU BUAT AKUN PALSU YG FOLLOOOWW ELOO EELOO LAGI HAH. BMBGGG. Perut saya terkocok seketika. wkwkwk
Yah, pada akhirnya kita menyadari, bermedia sosial adalah tentang wajah mana yang ingin kita tampilkan ke publik. Bukankah sering kali kita memilah-milah foto mana yang akan kita posting, apa caption yang akan kita tulis, siapa saja yang mau kita follow. Bahkan kekhawatiran tentang bagaimana pendapat orang lain melihat postingan kita. Sudah berapa like yang kita terima. Siapa saja yang berkomentar terhadap postingan kita.
Semua itu tidaklah menggambarkan secara utuh siapa diri kita sebenarnya. Bahkan secara tidak langsung, kita melukis gambaran diri kita yang bukan kita sebenarnya. Mencoba mendapatkan cinta dari orang lain dari bayangan diri yang kita buat—bullshit. Mereka menyukai bayangan yang kita buat, bukan diri kita sebenarnya.
Maka tidak salah perkataan, jika kamu ingin mengetahui bagaimana diriku sebenarnya, temui aku dalam kehidupan nyata, bukan akun media sosialku. (*)